Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tongkonan, Rumah Adat Toraja

Kompas.com - 25/01/2021, 12:00 WIB
Ari Welianto

Penulis

KOMPAS.com - Rumah adat Tongkonan merupakan salah satu rumah tradisional masyarakat Toraja Provinsi Sulawesi Selatan.

Tongkonan adalah rumah adat orang Toraja yang merupakan sebagai tempat tinggal, kekuasaan adat, dan perkembangan kehidupan sosial budaya orang Toraja.

Dikutip dari buku Injil dan Tongkonan: inkarnasi, kontekstualisasi, transformasi (2008) karya Theodorus Kobong, Tongkonan berasal dari kata tongkon yang berati "duduk", "menyatakan belasungkawa".

Tongkonan berati tempat duduk, rumah, teristimewa rumah para leluhur, tempat keluarga bertemu untuk melaksanakan ritus-ritus adat secara bersama-sama, baik ART maupun ARS.

Bangunan Tongkonan bukan sekedar rumah adat, bukan sekedar rumah keluarga besar, tempat orang memelihara persekutuan kaum kerabat.

Apabila sepasang suami istri membangun rumah, pada prinsipnya sebuah Tongkonan telah lahir, walupun tidak dengan sendirinya setiap rumah harus menjadi Tongkonan.

Baca juga: Rumah Dulohupa, Rumah Adat Gorontalo

Model asli Tongkonan dibuat di langit ketiak Puang Matua dengan bantuan Pande Manarang dan Pande Paliuk membuat rumah dari besi di pusat langit.

Aluk yang menyangkut pembangunan rumah, yaitu upacara penahbisannya juga sudah ditentukan di langit.

Dasar Tongkonan adalah setiap pasangan suami istri harus membangun rumah sendiri yang kemudian dipelihara oleh keturunannya.

Rumah tersebut menjadi persekutuan bagi setiap orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan pendirinya khususnya keturunan dalam hubungan vertikal.

Melalui Tongkonan, orang Toraja dapat dengan mudah menyatakan identitasnya. Menurut tradisi yang diturunkan dari generasi ke generasi, tongkonan pertama yang dikenal adalah Benua Puan di Marinding yang didirikan oleh Tangdilino.

Bentuk rumah Tongkonan

Tongkonan merupakan bangunan panggung persegi panjang. Tapi, yang terkenal dengan atapnya berbentuk perahu dengan buritan.

Baca juga: Rumah Walewangko, Rumah Adat Minahasa

Ada juga yang menyamakannya dengan tanduk kerbau. Bahkan atapnya terbuat dari daun kepala atau daun nipa, yang mampu bertahan hingga 50 tahun.

Dikutip dari buku Arsitektur Benteng dan Rumah Adat di Sulawesi (2018) karya Kasdar, dilihat dari sejarah pembuatan tempat tinggal masyarakat suku Toraja awalnya baru mengenal tempat tinggal dua tiang yang disanggakan dengan tebing dan kemudian beratapkan daun.

Setelah masa dua tiang kemudian mereka mengenal masa tiang yang dibuat berbentuk segitiga.

Pada masa ini dikenal dengan masa peralihan, karena mereka masuk pada masa peralihan ke masa mengenalan empat tiang.

Dari empat tiang inilah, masyarakat suku Toraja terus mengembangkan rumah tinggal mereka hingga mengalami kesempurnaan.

Pada masa kesempurnaan, masyarakat juga sudah mengenal ornamen berupa simbol-simbol yang menandakan status sosial seseorang pada pemilik rumah tersebut.

Baca juga: Metode Penelitian Sejarah

Bagian rumah juga terlihat susunan tanduk kerbau. Semakin banyak tanduk kerbau yang terpasang pada atas rumah Tongkonan menandakan semakin tinggi pula strata sosial.

Rumah adat tersebut ternyata menyerupai perahu Kerajaan China zaman dahulu. Dulu rumah adat tersebut hanya dimiliki oleh kepala suku atau raja bersama kerabatnya.

Rumah adat Tongkonan juga dapat tahan hingga ratusan tahun. Rahasia dibalik kokohnya rumah adat tersebut adalah bahan.

Di mana bahan dasarnya kayu pilihan atau kayu aru atau kayu besi yang umurnya dapat dibilang puluhan tahun.

Pengambilan pohon sebagai bahan dasar rumah pada saat itu, diambil secara adat.

Banyak rumah penduduk , makam serta gedung perkantoran di Toraja dibangun bergaya Tongkonan, rumah adat penduduk Toraja, Sulawesi Selatan.KOMPAS/AGNES SWETTA PANDIA Banyak rumah penduduk , makam serta gedung perkantoran di Toraja dibangun bergaya Tongkonan, rumah adat penduduk Toraja, Sulawesi Selatan.
Macam-macam rumah Tongkonan

Orang Toraja dalam kehidupannya terikat oleh sistem adat yang berlaku, sehingga hal tersebut berimbas kepada keberadaan Tongkonan.

Baca juga: Prasasti Peninggalan Sejarah Kerajaan Mataram Kuno

Oleh karena itu dari Tana Toraja dikenal beberapa Tongkonan sesuai dengan peranannya di dalam masyarakat Toraja, yaitu:

  • Tongkonan Layuk

Tongkonan Layuk merupakan Tongkonan pertama dan utama. Karena di dalam adat sebagai sumber kajian dalam membuat peraturan-peraturan adat.

  • Tongkonan Pekamberan atau Pekaindoran

Tongkonan Pekamberan adalah Tongkonan kedua yang berperan sebagai pelaksana atau yang menjalankan aturan, perintah dan kekuasaan adat di dalam masing-masing daerah adat yang dikuasainya.

  • Tongkonan Batu Ariri

Tongkonan Batu Ariri merupakan tingkatan Tongkonan yang ketiga. Karena tidak mempunyai kekuasaan di dalam adat, tetapi berperan sebagai tempat persatuan dan pembinaan keluarga dari turunan yang membangun Tongkonan pertama kali.

Baca juga: Sejarah Musik Jazz

Tata ruang rumah Tongkonan

Pada rumah Tongkonan terdapat tata ruang bangunan dan tiap ruang memiliki fungsi yang berbeda.

Berikut bentuk tata ruang rumah Tongkonan:

  • Banua Sang Borong atau Sang Lanta

Dikutip dari situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (kemdikbud), bentuk ruang dalam dari bangunan tersebut tidak mempunayi sekat. Sehingga hanya membentuk satu ruangan saja, di mana semua kegiatan dilakukan dalam satu ruangan tersebut.

  • Banua Duang Lanta

Banua Duang Lanta merupakan rumah tradisional yang tidak mempunyai peranan adat dan umumnya merupakan rumah keluarga.

Jenis bangunan tersebut terdapat dua ruangan, yaitu:

  • Sumbung, ruang bagian selatan sebagai tempat istirahat atau ruang tidur.
  • Sali, ruang bagian utara yang dibuat lebih rendah lantainya sekitar 30-40 centimeter (cm) sumbung, tetapi lebih panjang dan luas karena di ruang inilah tempat seseorang memasak, makan dan tempat menyimpan jenazah bila ada yang meninggal dan belum atau sedang diupacarakan.

Baca juga: Sejarah Musik Pop

  • Banua Talung Lanta

Umumnya banua talung lanta merupakan rumah adat yang mempunyai peranan adat sebagai Tongkonan Kaperengngesan (pekambaran), yaitu sebagai pemerintahan Adat Toraja.

Tapi ada juga Banua talung lanta yang tidak mempunyai peranan adat yang disebut Tongkonan Batu Ariri milik bangsawan sebagai rumah pertalian keluarga semata.

Pada bantua talung lanta terdiri dari tiga ruangan, yakni:

  • Sumbung, ruang tidur yang terletak di bagian selatan.
  • Sali, ruang tengah sebagai ruang kedua dari selatan yang laintainya lebih rendah 40 cm sebagai tempat pengabdi, ruang dapur dan makan, dan tempat meletakkan jenazah jika ada yang meninggal untuk keperluan upacara pemakaman.
  • Tangdo, ruang bagian uatar sebagai ruang terdepat dengan ketinggian lantai sama dengan tinggai lantai ruang Sumbung. Di mana dipergunakan sebagai tempat istirahat yang punya rumah.
  • Banua Patang Lanta

Pada banua patang lanta terbagi dalam dua bagian, yakni banua patang lanta di lalang tedong dan banua patang lanta di salembe.

Baca juga: Sejarah Musik Klasik

Pada banau patang lanta di lalang tedong dibagi menjadi empat ruang, yakni ina kabusungan, sumbung, sali tangnga, dan sali iring. Sementara Banua Patang Lanta’ di salembe juga terdapat empat ruangan dengan ketinggian lantai yang berbeda-beda pula.

Sumbung, ruang paling selatan dengan lantai tertinggi, Sali Tangnga ruang kedua dari selatan turun 40 cm, Sali Iring ruang ketiga dari selatan turun lagi 40cm, dan Palanta’ (Tangdo) merupakan ruang terdepan/utara yang lantainya naik lagi 40 cm sehingga sejajar dengan lantai Sali Tangnga. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com