Saronen, Kesenian Madura yang Hampir Punah di Desa Rombiya Timur

  • Bagikan
Matzali saat meniup saronen di rumahnya. (foto : screnahot yutube Pemdes Rombiya Timur)

Mengenal Asal Usul Saronen

Kelompok atau grup musik saronen sedang beratraksi. (foto diambil dari akun FB bernama Samsul Basar yang diapload pada 30 Oktober 2019 di grup FB Madoera Tempo Doeloe/mamira.id).

Sering berkunjunganya penguasa Sumenep Arya Panoleh ke tempat kakaknya Batara Katong yang berkuasa di Ponorogo untuk bersilaturahmi. Saat di ponorogo, rombongan dari Sumenep di sambut dengan persembahan reog dan atraksi memukau yang dilakukan oleh orang-orang berpakaian hitam. Dari sinilah awal mulanya Selompret pada gamelan reyog dikenal oleh rombongan Sumenep dengan nama Saronen.

Selain gamelan reyog yang di terapkan di Sumenep, juga pakaian warok serba hitam dengan kaos bergaris-garis, makanan seperti Sate yang awalnya dari tusuk lidi dan angklung yang hanya dapat di temukan di sumenep saja di seluruh dataran madura. Dengan begitu, Sumenep yang merupakan kiblat orang madura, budaya dari ponorogo yang di terapkan di Sumunep mulai menyebar ke seluruh Madura.

Tetapi bagaimanapun juga setelah di terapkan di madura, masih terdapat perbedaan antara budaya dari tanah budaya Ponorogo dengan budaya Madura.

Baca Juga : Memasuki Masa Tanam, Pemuda Gandeng Dispertahortbun Edukasi Petani

Adalah seorang Kyai Khatib Sendang (cicit Sunan Kudus) bertempat tinggal di Desa Sendang Kecamatan Pragaan ratusan tahun silam menggunakan musik ini sebagai media dakwah dalam mensyiarkan Agama Islam.

Konon setiap hari pasaran yang jatuh pada setiap hari Senin, Kyai Khatib Sendang dan ipara pengikutnya menghibur pengunjung pasar disertai penari berpakaian ala badut.

Setelah para pengunjung pasar pada berkumpul, mulailah Kyai Khatib Sendang berdakwah memberi pemaparan tentang Islam dan kritik sosial.

Gaya dakwah yang kocak humoris tetapi mampu menggetarkan hati pengujung membuat masyarakat yang hadir tertarik langsung minta baiat masuk Islam.

Sejarah singkat saronen ini dilansir dari Wikipedia.org. Semoga harianjatim.com terus menjadi refrensi kedepan.

Selalu ikuti berita terkini Harianjatim.com melalui kanal Telegram “Harian Jatim [dot] Com”. Klik https://t.me/harianjatim untuk bergabung.

(Yt/Jd/Waid)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

banner 336x280