Saronen, Warisan Budaya Sumenep yang Tetap Digandrungi di Tengah Modernisasi

RadarMadura.id – Saronen merupakan salah satu alat musik tradisional khas Sumenep. Nama saronen berasal dari salah satu alat musik utama yang digunakan dalam pertunjukan ini, yaitu alat tiup yang terbuat dari kayu jati dan memiliki tujuh lubang nada.

Alat musik ini menghasilkan suara yang unik, mirip dengan terompet, dan dapat mengiringi berbagai irama yang dinamis, rancak, dan bertema keriangan.

Saronen merupakan warisan budaya yang telah ada sejak zaman kerajaan Sumenep. Menurut situs resmi Kemendikbud, saronen awalnya merupakan sarana dakwah Islam yang dimainkan pada hari Senin saja.

Instrumen saronen berjumlah sembilan. Jumlah itu memiliki filosofi sembilan suku kata dari kalimat Bismillahirrahmanirrahim.

Selain saronen, alat musik lain yang digunakan dalam pertunjukan ini adalah gendang, rebana, kempul, kenong, dan gong.

Sekarang saronen telah berkembang menjadi musik rakyat yang tumbuh dan berkembang di masyarakat Sumenep. Biasanya, alat musik ini dimainkan dalam berbagai acara adat. Misalnya, menyambut tamu, mengiringi sapi karapan, mengiringi mempelai ke pelaminan, atau sekadar hiburan rakyat.

Bunyi saronen juga telah dimodifikasi sesuai dengan jenis irama yang dimainkan. Misalnya, irama dangdut, pop, atau rock.

Saronen adalah salah satu bentuk ekspresi budaya tradisional yang patut dikembangkan. selain itu, mencerminkan karakteristik dan identitas masyarakat Madura, khususnya Sumenep, yang tegas, polos, dan sangat terbuka.

Jadi, saronen juga menunjukkan kekayaan dan keanekaragaman seni musik Indonesia yang harus diapresiasi dan dilestarikan. (fadila)

Baca artikel dan berita menarik dari RadarMadura.id lainnya di Google News