Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945

Kompas.com - 17/08/2019, 08:42 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

Tujuh belas Agustus tahun empat lima, itulah hari kemerdekaan kita...
Hari merdeka nusa dan bangsa..
Hari lahirnya bangsa Indonesia...
Merdeka. Sekali merdeka tetap merdeka...

JAKARTA, KOMPAS.com - Demikian penggalan lirik Hari Merdeka karya H Mutahar yang diciptakan pada 1946.

Hari ini, 74 tahun lalu, ikhtiar panjang bangsa Indonesia untuk terbebas dari belenggu penjajahan tunai pada 17 Agustus 1945.

Pada hari itu, Indonesia memprolamirkan kemerdekaannya di Jalan Pegangsaan Timur, Jakarta Pusat.

Suasana haru dan bahagia mewarnai saat Ir Soekarno membacakan teks proklamasi.

Baca juga: Fakta Menarik Seputar Proklamasi 17 Agustus 1945

Momentum ini tak akan terjadi tanpa serangkaian peristiwa yang melatarbelakanginya.

Kekalahan Jepang dari Sekutu

Pada 6 Agustus 1945, Kota Hiroshima, Jepang, luluh lantak akibat bom atom yang dijatuhkan oleh Amerika Serikat.

Tak berhenti di situ, Kota Nagasaki, Jepang, menjadi sasaran bom selanjutnya pada 9 Agustus 1945, tiga hari setelah bom di Kota Hiroshima.

Dalam beberapa detik, kedua bom itu mengakibatkan ratusan ribu orang meninggal dunia.

Dua peristiwa tersebut memaksa Jepang untuk menyerah kepada sekutu, sekaligus menandai berakhirnya Perang Dunia II.

Mengetahui hal itu, golongan muda Indonesia mendesak Soekarta dan Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Penculikan Soekarno-Hatta

Kesepakatan untuk menculik Soekarno dan Hatta didapatkan setelah para pemuda mengadakan rapat di Asrama Baperpi.

Hal itu dilakukan agar Soekarno-Hatta tidak dipengaruhi oleh Jepang.

Sebelumnya, Soekarno dan Hatta telah menolak desakan para pemuda untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Menurut Soekarno dan Hatta, kemerdekaan harus dipersiapkan secara matang dan menunggu Panitia Persiapan Kemerdekaan (PPKI) yang telah dibentuk.

Baca juga: 17 Agustus: Ende Rahim Pancasila...

Pada 16 Agustus 1945 dini hari, Soekarni, Wikana, Chaerul Saleh, dan beberapa orang lainnya membawa Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok, Karawang.

Selama satu hari di Rengasdengklok dan terus mendapat desakan dari golongann muda, Soekarno dan Hatta akhirnya setuju dan menjamin proklamasi akan dibacakan paling lambat pada 17 Agustus 1945.

Dengan kesepakatan itu, Soekarno dan Hatta diantar oleh Ahmad Soebardjo kembali Jakarta untuk mempersiapkan teks proklamasi.

Penyusunan Teks Proklamasi

Setibanya di Jakarta, rumah perwira tinggi Angkatan Laut Jepang di Indonesia, Laksamana Tadashi Maeda dipilih sebagai lokasi perumusan teks proklamasi.

Kala itu, dini hari 17 Agustus 1945.

Pemilihan rumah Laksama Maeda bukan tanpa alasan. Ia memiliki kedekatan dengan Ahmad Soebardjo dan Hatta.

Tak hanya itu, hak imunitas yang dimiliki oleh Laksana Maeda selaku perwira tinggi Angkatan Laut Jepang juga dianggap menjadi tempat yang aman untuk Soekarno dan Hatta.

Hatta dan Ahmad Soebardjo bertugas untuk menyampaikan pikiran, sedangkan Soekarno bertindak sebagai penulis konsep proklamasi.

Golongan muda yang diwakili oleh Sukarni, Sudiro, dan BM Diah menyaksikan langsung penyusunan teks proklamasi itu.

Setelah melalui perdebatan panjang, akhirnya teks proklamasi pun disepakati.

Ketegangan kembali muncul ketika penandatanganan teks proklamasi.

Menurut Soekarno, semua yang hadir dalam permusan itu agar ikut menandatangani teks proklamasi.

Pendapat itu kemudian ditolak oleh golongan muda. Di tengah ketegangan itu, Sayuti Malik mengusulkan agar teks itu ditandatangani oleh Soekarno-Hatta.

"Saya kira tidak akan ada yang menentang kalau Soekarno dan Hatta yang menandatangani proklamasi atas nama Bangsa Indonesia," usul Sayuti.

Akhirnya, usul itu pun disepakati dan diiringi oleh tepuk tangan.

Dari Lapangan Ikada, Asrama Prapatan 10, hingga Pegangsaan Timur 56

Menjelang subuh 17 Agustus 1945, Chaerul Saleh tiba di Prapatan 10 untuk menunjukkan teks proklamasi yang akan dibacakan pada hari itu.

Awalnya, pembacaan teks proklamasi kemerdekaan akan dilakukan di Lapangan Ikada.

Akan tetapi, pasukan Jepang yang terus berpatroli di sekitar Lapangan Ikada menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya bentrokan.

Akhirnya, rumah Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur 56 pun dipilih sebagai tempat pembacaan teks proklamasi.

Untuk mengantisipasi kegagalan proklamasi di Pegangsaan Timur, para mahasiswa di Asrama Prapatan 10 mengadakan upacara paralel.

Piet Mamahit, dikutip dari buku Kilas Balik Revolusi karya Abu Bakar Loebis, ditugaskan untuk menghadiri upacara di Pegangsaan Timur dan terhubung melalui telepon dengan Asrama Prapatan 10.

Baca juga: Siap-siap, Ada Kejutan Jelang Detik-detik Proklamasi 17 Agustus di Istana

Setelah upacara dimulai, Piet manghubungi temannya di Prapatan 10.

Melalui sambungan telepon itu, orang-orang mereka mendengarkan pembacaan teks proklamasi dan nyanyian lagu Indonesia Raya.

Kabar mengenai kemerdekaan Indonesia juga disebarkan ke seluruh rakyat Indonesia melalui radio.

Jusuf Ronodipuro, penyiar di Hoso Kyoku Jakarta, berperan penting dalam proses penyebaran itu.

Ia berhasil mengelabui Jepang dengan menggunakan pemancar siaran luar negeri yang sudah tak digunakan.

Berita kemerdekaan pun berhasil ia sebarkan pada pukul tujuh malam.

Alasan Pemilihan 17 Agustus

Selain sosok yang jenius, Soekarno punya alasan memilih tanggal 17 Agustus untuk memproklamasikan kemerdekaan.

Dalam buku 17-8-45, Fakta, Drama, Misteri karya Hendri F. Isnaeni, pemilihan tanggal 17 Agustus 1945 sudah direncanakan Soekarno sejak berada di Saigon.

Angka 17 dianggap angka yang suci dan keramat.

Dalam kalender Jawa, 17 Agustus 1945 jatuh pada hari Jumat Legi. Dalam bahasa Jawa, legi memiliki arti manis.

Soekarno juga mengaitkan tanggal 17 dengan peristiwa turunnya Al-Quran serta jumlah rakaat shalat yang harus dilakukan umat Islam dalam sehari.

Dirgahayu Indonesia!

(Sumber: Kompas.com/Aswab Nanda Pratama, Rakhmat Nur Hakim, Kristian Erdianto, Ihsanuddin).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sejarah Hari Buku Nasional

Sejarah Hari Buku Nasional

Nasional
Tanggal 15 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 15 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
UPDATE BNPB: 19 Orang Meninggal akibat Banjir Bandang di Agam Sumbar

UPDATE BNPB: 19 Orang Meninggal akibat Banjir Bandang di Agam Sumbar

Nasional
KNKT Investigasi Kecelakaan Bus Rombongan Siswa di Subang, Fokus pada Kelayakan Kendaraan

KNKT Investigasi Kecelakaan Bus Rombongan Siswa di Subang, Fokus pada Kelayakan Kendaraan

Nasional
Partai Buruh Berniat Gugat Aturan Usung Calon Kepala Daerah ke MK

Partai Buruh Berniat Gugat Aturan Usung Calon Kepala Daerah ke MK

Nasional
Cerita Sulitnya Jadi Ketua KPK, Agus Rahardjo: Penyidik Tunduk ke Kapolri, Kejaksaan, Sampai BIN

Cerita Sulitnya Jadi Ketua KPK, Agus Rahardjo: Penyidik Tunduk ke Kapolri, Kejaksaan, Sampai BIN

Nasional
Jemaah Haji Mulai Diberangkatkan, Fahira Idris: Semoga Sehat, Selamat, dan Mabrur

Jemaah Haji Mulai Diberangkatkan, Fahira Idris: Semoga Sehat, Selamat, dan Mabrur

Nasional
Jemaah Haji Gelombang Pertama Tiba di Madinah, Disambut Meriah

Jemaah Haji Gelombang Pertama Tiba di Madinah, Disambut Meriah

Nasional
Jokowi Diminta Tak Cawe-cawe Pemilihan Capim KPK

Jokowi Diminta Tak Cawe-cawe Pemilihan Capim KPK

Nasional
PBNU: Pratik Haji Ilegal Rampas Hak Kenyamanan Jemaah

PBNU: Pratik Haji Ilegal Rampas Hak Kenyamanan Jemaah

Nasional
Prabowo Disebut Bisa Kena Getah jika Pansel Capim KPK Bentukan Jokowi Buruk

Prabowo Disebut Bisa Kena Getah jika Pansel Capim KPK Bentukan Jokowi Buruk

Nasional
Gerindra Dorong Penyederhanaan Demokrasi Indonesia: Rakyat Tak Harus Berhadapan dengan TPS

Gerindra Dorong Penyederhanaan Demokrasi Indonesia: Rakyat Tak Harus Berhadapan dengan TPS

Nasional
Sekjen Gerindra Sebut Revisi UU Kementerian Negara Dimungkinkan Tuntas Sebelum Pelantikan Prabowo

Sekjen Gerindra Sebut Revisi UU Kementerian Negara Dimungkinkan Tuntas Sebelum Pelantikan Prabowo

Nasional
Pimpinan Komisi X Bantah Pernyataan Stafsus Jokowi soal Banyak Keluarga dan Orang Dekat DPR Menerima KIP Kuliah

Pimpinan Komisi X Bantah Pernyataan Stafsus Jokowi soal Banyak Keluarga dan Orang Dekat DPR Menerima KIP Kuliah

Nasional
Gerindra Siapkan 4 Kader Maju Pilkada DKI, Ada Riza Patria, Budi Satrio, dan Sara

Gerindra Siapkan 4 Kader Maju Pilkada DKI, Ada Riza Patria, Budi Satrio, dan Sara

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com