KREASI KULINER

Menikmati Batik dari Sepotong Bolu Gulung

Tri Wahyuni | CNN Indonesia
Selasa, 06 Jan 2015 10:22 WIB
Bolu gulung merupakan salah satu camilan yang populer di Indonesia. Saking populernya, saat ini sudah banyak variasinya, salah satunya bolu gulung batik.
Bolu batik karya Retno Dyah (Dok. Retno Dyah)
Jakarta, CNN Indonesia -- Swiss roll atau yang dikenal dengan bolu gulung merupakan salah satu camilan yang populer di Indonesia. Saking populernya, saat ini sudah banyak sekali variasi bolu gulung dengan berbagai penampilan dan rasa. Ada yang polos begitu saja, ada yang bergambar karakter kartun, sampai bolu gulung yang berhias motif batik.

Ya, motif batik. Namanya bolu gulung batik. Beberapa waktu lalu kehadirannya cukup menggemparkan dunia kuliner Indonesia. Tak ayal, dalam sekejap bolu gulung batik menjadi buruan setiap orang yang mengetahui keberadaannya.

Bolu gulung batik memang terlihat sangat cantik. Motifnya pun beragam, mulai dari motif batik pada umumnya, seperti parang dan sidomukti, sampai motif batik kreasi yang berwarna-warni. Semua memikat hati. Akhirnya, bolu gulung batik pun tak hanya menjadi sebuah produk makanan biasa, melainkan bisa juga dianggap sebagai karya seni.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Retno Dyah, adalah orang di balik menyebarnya demam bolu batik. Ia berhasil mempopulerkan bolu gulung batik hingga memikat perhatian orang banyak. Penampilan yang cantik dan rasa yang enak juga tekstur yang lembut membuat bolu gulung batik milik Retno laris dipesan pelanggan.

Awalnya Retno bukanlah orang yang gemar memasak. Semua bermula ketika ia mencoba menggunakan Facebook. Ia pun mulai bergabung dengan sebuah grup memasak. Dari situ ia mulai senang untuk mencoba berbagai resep. Saat itu, japanesse roll cake sedang populer di grup memasak tersebut. Banyak orang membuat bolu gulung dengan motif berbagai karakter animasi, seperti doraemon, hello kitty, bahkan minion. Saking banyaknya bolu gulung bermotif karakter yang bertebaran, ia pun merasa tertantang untuk mencoba sesuatu yang berbeda.

ADVERTISEMENT

"Saya pengin menampilkan yang berbeda tapi belum ketemu. Pas kebetulan teman saya ada yang kontak mau beli kain batik saya, itu saya sambil membereskan kain batik saya gulung-gulung. Nah, disitu tiba-tiba, kayaknya batik ini diaplikasikan ke bolu cantik deh. Akhirnya saya bikin," kata Retno saat berbincang dengan CNN Indonesia beberapa waktu lalu.

Ya, selain bolu batik, Retno dulu pernah berbisnis batik. Mulai dari pakaian jadi sampai tas batik telah ia produksi. Kecintaannya pada batik memang sudah terbentuk sejak ia kecil. Hidup di kebudayaan Yogyakarta yang begitu kental membuatnya mengenal batik. Kesukaannya pada batik juga dipengaruhi oleh teman-temannya yang berbisnis batik.

Retno mencoba membuat bolu gulung batik pada Juni 2014 lalu. Perjalanannya membuat bolu batik pun tidak mudah. Ia harus mengalami kegagalan selama 14 kali sebelum mendapatkan resep bolu gulung batik yang enak menurutnya.

"Pertama saya bikin, masih bredel. Tapi saya udah seneng ternyata batik bisa diaplikasikan ke bolu. Itu belum saya upload (ke Facebook NCC) karena masih malu. Yang kedua sudah rapi tapi bantet," ujar Retno.

Retno adalah tipikal orang yang tidak mudah menyerah. Ia selalu merasa tertantang jika ia belum menguasai suatu hal yang ia senangi. Akibatnya, selama 14 kali berturut-turut ia mencoba menemukan resep bolu gulung yang ia inginkan. Akhirnya, keluarganya pun yang jadi korban. Setiap hari keempat anak Retno dan suaminya disuguhkan bolu gulung bantet ala Retno.

"Akhirnya hari ketiga anakku pulang sekolah, dia bilang ‘hah ibu bikin lagi? Udah dong bikin yang lain.’ Yang lucu lagi suamiku,‘hah bikin lagi?’ waduh kalau tiga hari sampai seminggu makan bolu terus ya enek.’ Kata suami saya," ungkap Retno bercerita.

Tidak tega melihat keluarganya bosan menyantap bolu bantet buatannya, akhirnya Retno memberikan percobaan bolu gulung batiknya pada ayam kampung miliknya. "Kebetulan Alhamdulillah saya punya ayam kampung, akhirnya begitu gagal ayam kampung saya makan bolu sampai dua minggu," tutur Retno sambil terkekeh.

Sampai akhirnya pada percobaan ke-15, Retno benar-benar menemukan resep bolu batik gulung yang ia inginkan. Saat itu ia langsung membuat tiga bolu sekaligus dan memberikannya pada teman-teman di tempat ia mengaji. Tidak sia-sia, respons mereka pun baik. Kue bolu gulung batik milik Retno sukses memanjakan lidah teman-temannya. Enak.

Berbagi ilmu dan rejeki

Peserta kursus bolu batik Retno Dyah (Dok. Retno Dyah)
Kesuksesannya membuat bolu gulung batik yang enak, ternyata tidak menimbulkan keinginan Retno untuk membuka perusahaan bolu gulung batik sendiri. Latar belakangnya sebagai guru, membuat perempuan kelahiran Yogyakarta, 10 Juli 1973 ini malah membagikan pengetahuan dan keterampilannya pada orang lain dengan menggelar pelatihan.

"Karena ternyata ilmu yang kita bagikan semakin dipakai orang, semakin pahala ngalir ke kita. Saya mikirnya cuma apa yang aku dapat, aku bagikan, aku nanti dapatnya lebih banyak lagi. Dan ternyata Alhamdulillah iya," ucap anak ke 4 dari 8 bersaudara itu.

"Kalau resep itu saya pegang sendiri, saya bikin perusahaan bolu batik, mungkin dari segi materi saya bisa berlebih ya. Tapi dengan mengajar, saya kenal dengan orang baru, saya bisa bersilaturahmi dengan orang lain, yang tadinya enggak kenal. Bagi saya itu juga rezeki karena rezeki itu bukan sekadar materi aja. Mendapatkan teman yang baik juga rezeki bagi saya," tukas Retno.

Akhirnya, setelah sukses membuat bolu gulung batik, keesokan harinya Retno langsung membuka kelas pelatihan membuat bolu gulung batik. Ia berhasil menjaring 10 peserta melalui Facebook. Retno pun melakukan pelatihan pertama di rumahnya.

Tidak hanya mengajarkan cara membuat bolu gulung, dalam pelatihan yang digelarnya, Retno juga mengajarkan filosofi batik pada murid-muridnya.

"Jadi saya enngak sekadar ngajarin bikin bolu, tapi saya juga mengajarkan filosofi batik itu seperti apa, yang boleh buat hantaran tuh apa. Misalnya, motif sidomukti pengharapan kepada pengantin supaya hidupnya sukses. Terus ada motif truntum, menceritakan kesetiaan seorang istri," papar perempuan berumur 41 tahun itu.

"Segulung bolu batik bukan sekadar makanan yang dimakan habis, tapi ada filosofi yang saya ajarkan ke murid saya. Jadi memang kalau batik klasik sebenarnya ada makna dari penciptaan sebuah batik," imbuhnya.

Selain mengajarkan pola batik pada umumnya, Retno juga mengajarkan untuk membuat kreasi batik. "Sekarang batik itu siapa saja boleh menciptakan motif batik. Enggak masalah. Jangan sampai pengetahuan yang sedikit menghalangi kita untuk berkreasi," katanya.

Ia juga mengatakan, untuk membuat bolu gulung batik hanya dibutuhkan sebuah kemauan. Tak perlu harus memiliki latar belakang seni atau memasak. Asal ada kemauan, menurut Retno, semua pasti bisa membuat bolu gulung batik. "Apapun itu kalau ada kemauan dan niat pasti bisa. Kalau hasil bagus atau enggak itu butuh jam terbang," pungkasnya.

Walaupun ia juga tak memungkiri bahwa hasil pencinta batik akan berbeda dengan orang yang sama sekali tidak tahu batik. "Tapi enggak usah khawatir semua itu bisa dipelajari. Dengan semakin lama latihan hasilnya semakin bagus," saran Retno.

Tidak hanya berbagi ilmu dengan murid-muridnya, Retno pun kerap berbagi rezeki pesanan kue dengan murid-muridnya. Jika ia sedang mendapatkan banyak pesanan, dan ia tidak bisa menanganinya sendiri, ia akan merekomendasikan muridnya pada pelanggan bolu gulung batiknya. "Di sini juga enggak semua saya kerjain sendiri. Pernah saya lagi ke luar kota, ada pesenan, saya lempar ke murid saya. Bagi-bagi rezeki lah," ujar perempuan yang juga suka seni itu.

(mer/mer)
REKOMENDASI UNTUK ANDA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER