Anda di halaman 1dari 32

Tugas

“Retinopati Diabetik”

Pembimbing :
dr. H. Ibrahim, Sp.M

Disusun oleh:
Nama : Arika Shafa Nabila
Nim : 712020067
RETINA
• Lembaran jaringan saraf berlapis yang tipis dan semitransparan yang melapisi
bagian dalam 2/3 posterior dinding bola mata.
• Retina membentang ke anterior hampir sejauh korpus siliare dan berakhir pada ora
serrata dengan tepi yang tidak rata.Ketebalan retina kira-kira 0,1 mm pada ora
serata dan 0,56 mm pada kutub posterior.
• Cahaya difokuskan ke retina dan disalurkanke otak melalui saraf optik.
DEFINISI

Retinopati diabetika adalah kelainan mata pada pasien diabetes


yang disebabkan kerusakan kapiler retina dalam berbagai
tingkatan sehingga menimbulkan gangguan penglihatan mulai dari
yang ringan sampai berat bahkan sampai menjadi kebutaan
permanen
Epidemiologi
• Pasien dewasa dengan kejadian tersering pada usia 40
tahun ke atas. Secara global, sekitar 95 juta orang
(35,4%) pasien diabetes mellitus mengalami retinopati
diabetik.

• Secara global, insidensi retinopati diabetik mengalami


peningkatan seiring dengan angka penderita diabetes
mellitus yang meningkat.

• Prevalensi kebutaan global adalah sebesar 1,5 miliar dan


0,4 juta di antaranya dilaporkan disebabkan oleh
retinopati diabetik
Epidemiologi
• Sebuah studi potong lintang berbasis populasi di
Yogyakarta menunjukan bahwa prevalensi retinopati
diabetik adalah sebesar 43,1% pada populasi berusia 30
tahun ke atas dengan diabetes mellitus tipe 2.
Etiologi

• Retinopati diabetika terjadi karena diabetes mellitus yang tak


terkontrol dan diderita lama. Pada makula terjadi hipoksia yang
menyebabkan timbulnya angiopati dan degenerasi retina. Angiopati
dapat menyebabkan mikroaneurisma dan eksudatlunak. Sedangkan
mikroaneurisma dapat menimbulkan perdarahan.
Faktor Risiko
1. Durasi diabetes
2. Kontrol glukosa darah yang buruk.
3. Kehamilan, biasanya dihubungkan dengan bertambah progresifnya
retinopati diabetik.
4. Hipertensi yang tidak terkontrol, biasanya dikaitkan dengan
bertambah beratnya retinopati diabetik dan perkembangan retinopati
diabetik proliferatif pada DM tipe I dan II.
5. Nefropati, jika berat dapat mempengaruhi retinopati diabetik.
6. Faktor resiko yang lain meliputi merokok, obesitas,anemia dan
hiperlipidemia.
Patofisiologi
Patofisiologi
Patofisiologi
Terdapat beberapa mekanisme yang diduga berperan pada
kerusakan mikrovaskuler dan retinopati diabetes, antara lain:
polyol pathway, glikasi non-enzimatik, aktivasi protein kinase C
(PKC), faktor genetik, inflamasi, dan stres oksidasi.

polyol pathway
Patofisiologi
Terdapat beberapa mekanisme yang diduga berperan pada
kerusakan mikrovaskuler dan retinopati diabetes, antara lain:
polyol pathway, glikasi non-enzimatik, aktivasi protein kinase C
(PKC), faktor genetik, inflamasi, dan stres oksidasi.

Formasi advanced glycation endproducts


(AGEs)
Klasifikasi

Tabel. Derajat keparahan retinopati


diabetes menurut Early Treatment
Diabetic Retinopathy Study
Klasifikasi

(A) Foto fundus retinopati diabetes. AN (arteriol narrowing), NFH (nerve


ber hemorrhage), VB (venous beading), CWS (cotton wool spot), HE (hard
exudate), PRH (pre-retinal hemorrhage)

(B) Perbandingan retina normal dan retinopati diabetes.


Klasifikasi
Klasifikasi Retinopati Diabetik berdasarkan ETDRS :
1. Retinopati Diabetika Nonproliferatif (RDNP)
a. Retinopati nonproliferatif minimal
• Terdapat satu atau lebih tanda berupa dilatasi vena,
mikroaneurisma, perdarahan intraretina yang kecil atau eksudat
keras
b. Retinopati nonproliferatif ringan sampai sedang
• Terdapat satu atau lebih tanda berupa dilatasi vena derajat ringan,
perdarahan, eksudat keras, eksudat lunak atau IRMA.
c. Retinopati nonproliferatif berat
• Terdapat satu a t a u l e b i h t a n d a b e r u p a p e r d a r a h a n d a n
mikroaneurisma pada 4 kuadran retina, dilatasi vena pada 2
kuadran, IRMA ekstensif minimal pada 1 kuadran
d. Retinopati nonproliferatif sangat berat
• Ditemukan dua atau lebih tanda pada retinopati nonproliferatif
berat.
Klasifikasi
Klasifikasi

Menunjukan abnormalitas
mikrovaskular (dilatasi Menunjukkan perdarahan Menunjukkan perdarahan,
kapiler). retina dan mikroaneurisma. eksudat lemak kuning, dan
cotton wool spot.
Klasifikasi
Klasifikasi Retinopati Diabetik berdasarkan ETDRS :

2. Retinopati Diabetika Proliferatif (RDP)

a) Retinopati proliferatif tanpa resiko tinggi


• Bila ditemukan minimal adanya neovaskular pada diskus (NVD)
yang mencakup lebih dari satu per empat daerah diskus tanpa
disertai perdarahan preretina atau vitreus; atau neovaskular di
mana saja di retina (NVE) tanpa disertai perdarahan preretina
atau vitreus.
Klasifikasi
2. Retinopati Diabetika Proliferatif (RDP)

b) Retinopati proliferatif resiko tinggi


Apabila ditemukan 3 atau 4 faktor risiko berikut :
a) Ditemukan pembuluh darah baru dimana saja di retina.
b) Ditemukan pembuluh darah baru pada atau dekat diskus
optikus.
c) Pembuluh darah baru yang tergolong sedang atau berat yang
mencakup lebih dari satu per empat daerah diskus.
d) Perdarahan vitreus
• Adanya pembuluh darah baru yang jelas pada diskus
optikus atau setiap adanya pembuluh darah baru yang
disertai perdarahan, merupakan dua gambaran yang paling
sering ditemukan pada retinopati proliferatif dengan resiko
tinggi.
Klasifikasi
2. Retinopati Diabetika Proliferatif (RDP)

b) Retinopati proliferatif resiko tinggi


Apabila ditemukan 3 atau 4 faktor risiko berikut :
a) Ditemukan pembuluh darah baru dimana saja di retina.
b) Ditemukan pembuluh darah baru pada atau dekat diskus
optikus.
c) Pembuluh darah baru yang tergolong sedang atau berat yang
mencakup lebih dari satu per empat daerah diskus.
d) Perdarahan vitreus
• Adanya pembuluh darah baru yang jelas pada diskus
optikus atau setiap adanya pembuluh darah baru yang
disertai perdarahan, merupakan dua gambaran yang paling
sering ditemukan pada retinopati proliferatif dengan resiko
tinggi.
Klasifikasi

Fotografi fundus berwarna RDP yang menunjukkan


neovaskularisasi, perdarahan neovaskularisasi,
pelepasan retina dari makula.
Manifestasi Klinis
• Retinopati diabetik pada tahap awal biasanya
asimptomatik. Seiring dengan progresivitas yang
terjadi, beberapa keluhan dapat dialami seperti
floaters, pandangan kabur, dan penurunan tajam
penglihatan yang progresif.
Diagnosis Banding

1. Oklusi Vena Retina Cabang.


• Kelainan vaskular retina yang terjadi karena aterosklerosis
pada vena di luar cabang utama yaitu sekitar daerah diskus

2. Retinopati Hemoglobinopati.
• Kelainan molekul hemoglobin pada eritrosit sehingga
terjadi kerusakan sel yang menyebabkan vaso-oklusi
sehingga terjadi hipoksia retina, iskemia, neovaskularisasi,
dan fibrovaskularisasi.

3. Makroaneurisma Retina
• Kondisi dilatasi pada arteriol besar retina. Hal ini berkaitan
dengan kondisi sistemik seperti hipertensi, penyakit
aterosklerosis, atau hiperkolestrolemia.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan terkait diabetes mellitus, seprti kadar HbA1C, kadar


gula darah puasa, dan kadar gula darah 2 jam post-prandial.

2. Beberapa pemeriksaan penunjang mata : Angiografi Fluoresein,


foto fundus berwarna, optical coherence tomography (khususnya
untuk penilaian kondisi edema makula dan area nonperfusi kapiler),
dan ultrasonografi (khususnya untuk menilai kekeruhan vitreus
dan retina).
Diagnosis

1. Anamnesis

• Pada tahap awal retinopati diabetik, pasien umumnya asimptomatik.

• Diagnosis bisa ditegakan ketika pasien diabetes mellitus menjalani skrining


kesehatan mata.

• Gejala progresif berupa pandangan kabur, penurunan visus, adanya benda


melayang pada penglihatan (floaters), bagian gelap pada lapang pandang,
gangguan dalam melihat warna, hingga kebutaan.

• Pada kasus retinopati diabetik juga perlu ditanyakan secara rinci mengenai
diagnosis diabetes mellitus.
Diagnosis

2. Pemeriksaan Fisik

• Pemeriksaan visus.
• Tekanan intraokular.
• Lapang pandang.
• Pemeriksaan mata anterior.
• Funduskopi.
Tatalaksana
1. Terapi Medikamentosa

• Pemberian metformin, hingga penggunaan insulin.

2. Anti-VEGF

• Pada retinopati diabetik tipe proliferatif atau disertai dengan


edema makula. maka dipertimbangkan pemberian anti-VEGF. Hal
ini bertujuan untuk mencegah progresivitas. Beberapa pilihan
anti-VEGF adalah ranibizumab, pegaptanib, aflibercept, dan
bevacizumab.
Tatalaksana
3. Tindakan laser
• Fotokoagulasi laser akan menjadi salah satu pilihan utama bila
terjadi progresivitas berupa retinopati diabetik tipe proliferatif
atau komplikasi berupa edema makula. Hal ini bertujuan untuk
menutup kebocoran pembuluh darah dan mencegah progresivitas
neovaskularisasi sehingga penurunan tajam penglihatan dapat
ditekan.
Tatalaksana
4. Terapi pembedahan
• Pada pasien yang tidak mengalami perbaikan klinis atau
mengalami komplikasi yang lebih berat, vitrektomi dapat
dipertimbangkan. Indikasi vitrektomi antara lain:
• Ablatio retina traksional daerah macula
• Kombinasi ablatio retina traksional dan regmatogen
• Edema makula yang difus disertai dengan traksi hialoid
• Perdarahan vitreus yang rekuren
Tatalaksana
Terapi Non Farmakologi
• Penatalaksanaan yang menjadi pilihan utama untuk retinopati
diabetik adalah melakukan kontrol terhadap faktor risiko dengan
cara mengontrol kadar glukosa darah. Hal ini dapat dilakukan
dengan modifikasi gaya hidup
Komplikasi
Komplikasi retinopati diabetik umumnya terjadi akibat adanya
kerusakan pembuluh darah yang progresif disertai dengan proses
inflamasi yang kronis. Beberapa komplikasi yang telah dilaporkan
adalah ablatio retina, diabetik makular edema, perdarahan vitreus,
glaukoma khususnya tipe neovaskular, sampai dengan kebutaan.
Prognosis
• Prognosis retinopati diabetik untuk fungsi dan kesembuhan sangat bergantung
pada kontrol glukosa darah. Deteksi dini dan kontrol gula darah adekuat dapat
menekan laju progresivitas kerusakan vaskular dan mencegah terjadinya
komplikasi.

• Pada pasien dengan progresivitas yang cepat atau deteksi yang terlambat,
kehilangan tajam penglihatan permanen dapat terjadi. Pemeriksaan mata rutin
dan penatalaksanaan diabetes mellitus adekuat dapat meningkatkan prognosis
dan mencegah kebutaan.

• Quo Ad Vitam : Dubia ad bonam.


• Quo Ad Fungsionam : Dubia ad bonam.
• Quo Ad Sanationam : Dubia ad bonam.
TERIMA KASIH!

Anda mungkin juga menyukai