Musik saronen mengiringi festival jaran Serek sumenep

Sumenep, Bangsapedia.com - Musik tradisional Saronen mengiringi festival aran Serek yang digelar pada Sabtu (27/5/2023).

Musik ini merupakan khas Sumenep. Saronen kerap kali dijumpai saat acara mantenan, karapan sapi, kontes sape sonok, dan acara sakral lainya.

Pada saat festival Jaran Serek, peserta pasti didampingi dengan musik saronen yang bernuansa Keraton. 

Pantau Media Bangsapedia.com musik saronen menjadi bagian penting penting gelaran festival jaran serak yang masuk kalender even Sumenep. 

Saronen, konon kesenian Sumenep ini sudah berusia lebih dari 500 tahun. Saronen diciptakan oleh Ki Hatib dari Desa Sendang, Kecamatan Peragaan.

Adapun instrumen saronen yang berjumlah sembilan merupakan filosofi dari sembilan suku kata dari kalimat 'bis mil la hir rah ma nir ra him'. 

Pasalnya, pada zaman itu, saronen digunakan sebagai sarana dakwah.

Awalnya, saronen dinamakan sennenan karena selalu dimainkan pada Senin di Pasar Ganding, Kecamatan Ganding. 

Saat itu saronen diiringi dua orang pelawak yang menari (atandang) sesuai dengan irama musik.

Sesekali, kedua pelawak tersebut berhenti menari dan melantunkan pantun yang bernada dakwah.

Lama-kelamaan, saronen digunakan sebagai pengiring pengantin, rokat, khitanan, kerapan sapi, sapi sono’, dan lainnya.

Saronen berbentuk kerucut dan terbuat dari kayu jati. Terdapat enam lubang berderet di depan dan satu lubang di belakang.

Pada bagian pangkal atas alat musik tersebut terdapat penambahan aksen sebuah sayap dari tempurung yang menyerupai kumis, sehingga sang peniup akan tampak memiliki kumis saat memainkannya.

Mahrus Ali, Sumenep

Pagelaran Festival Jaran Serek Sumenep Meriah, Ini Kata Warga

Artikel Sebelumnya

Festival Jaran Serek, Bupati Achmad Fauzi: Strategi Tingkatkan Perekonomian Pasca Pandemi

Artikel Selanjutnya

You may also like

More in Regional