This is Google's cache of https://ekonomi.kompas.com/read/2015/08/05/192311826/Jokowi.Mulai.September.Pertumbuhan.Ekonomi.Indonesia.Akan.Meroket. It is a snapshot of the page as it appeared on Apr 12, 2024 07:21:30 GMT. The current page could have changed in the meantime. Learn more.
Full versionText-only versionView source
Tip: To quickly find your search term on this page, press Ctrl+F or ⌘-F (Mac) and use the find bar.
Jokowi: Mulai September, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Akan Meroket
×
Baca Berita Terbaru Tanpa Terganggu Banyak Iklan di Aplikasi Kompas.com
Install

Jokowi: Mulai September, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Akan Meroket

Kompas.com, 5 Agustus 2015, 19:23 WIB
Baca di App
Sabrina Asril

Penulis

Komentar Baca Cepat
Presiden Joko Widodo memberikan gambaran makro ekonomi Indonesia dalam silaturahmi dengan dunia usaha di Jakarta Convention Center, Kamis (9/7/2015). Dalam acara tersebut, Presiden berdiskusi terkait tantangan ekonomi bersama 400 ekonom yang merupakan bagian dari Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia. KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN Presiden Joko Widodo memberikan gambaran makro ekonomi Indonesia dalam silaturahmi dengan dunia usaha di Jakarta Convention Center, Kamis (9/7/2015). Dalam acara tersebut, Presiden berdiskusi terkait tantangan ekonomi bersama 400 ekonom yang merupakan bagian dari Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia.

BOGOR, KOMPAS.com — Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah memprediksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2015 akan berada di level 4,67 persen. Dia yakin angka itu akan melambung jauh pada semester kedua mulai bulan September.

"Mulai agak meroket September, Oktober. Nah, pas November itu bisa begini (tangan menunjuk ke atas)," kata Jokowi di Istana Bogor, Rabu (5/8/2015).

Dia menganggap lambatnya pertumbuhan ekonomi hingga kuartal kedua ini karena serapan anggaran baik di tingkat pusat maupun daerah yang belum tersalurkan. Selain itu, ada juga faktor eksternal yang membuat negara-negara lain termasuk Indonesia mengalami perlambatan.

Namun, memasuki semester kedua, Jokowi yakin pertumbuhan ekonomi Indonesia akan membaik. Saat ditanyakan apakah pemerintah optimistis hingga akhir tahun ini pertumbuhan bisa mencapai lebih dari 5 persen, Jokowi belum bisa memastikan. Hal ini karena pertumbuhan ekonomi dipengaruhi banyak faktor.

"Banyak hal yang pengaruhi. Bukan hanya masalah serapan anggaran saja, tapi juga spending dari BUMN, belanja dari swasta. Itu pengaruh sekali. Jadi kalau bertanya seperti itu, jawabannya pada akhir Desember," kata Jokowi.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi triwulan-II 2015 mencapai 4,67 persen secara tahunan. Angka itu lebih rendah jika dibandingkan pertumbuhan ekonomi triwulan-I 2015, yakni 4,72 persen, dan triwulan II-2014, yakni 5,03 persen. (Baca: Kuartal II, Ekonomi Indonesia Tumbuh 4,67 Persen)

BPS menyebutkan, pertumbuhan pada triwulan II melambat karena dipicu masih rendahnya harga berbagai komoditas, baik migas maupun nonmigas. Misalnya, harga gandum, harga beras, kedelai, kopi, ikan, dan gula cenderung menurun pada triwulan kedua. Harga batu bara, gas, biji besi, uranium, dan timah juga mengalami penurunan secara global.

Pertumbuhan ekonomi negara mitra dagang Indonesia cenderung stagnan, bahkan melemah, seperti Amerika Serikat yang melemah dari 2,9 persen pada triwulan-I 2015 menjadi 2,3 persen pada triwulan-II 2015, serta Tiongkok yang stagnan pada posisi pertumbuhan 7 persen.

Selain itu, ketidakpastian kondisi pasar keuangan terkait dengan ketidakpastian kenaikan Fed Fund Rate juga menjadi penyebab lemahnya kondisi ekonomi.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
 
Pilihan Untukmu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Topik Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terkini

Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Oke

Artikel ini tidak tersedia di Baca Cepat.
Tetap buka Baca Cepat

Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com