Lihat ke Halaman Asli

Inilah Gaya Hidup Anak Muda Jogja Saat Ini!

Diperbarui: 4 April 2017   17:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya hiduo anak muda Jogja saat ini adalah gaya hidup yang cerdas bukan lagi bagian dari masalah akan tetapi justru menjadi bagian dari "solusi" . Berbagai predikat untuk Daerah Istimewa Jogjakarta. . Jogja atau Daerah Istimewa Jogjakarta adalah sebuah kota yang mempunyai banyak predikat. Antara lain adalah kota budaya, kota pariwisata dan kota pelajar. Selain predikat diatas Jogja pernah juga diberi predikat sebagai kota sepeda. Kenapa Jogja bisa diberi predikat Kota Budaya ? Itu tak lain karena sangat banyak sekali peninggalan-peninggalan sejarah dan budaya yang ada di Jogja; diantaranya adalah Kraton Jogja dengan segenap tradisi dan budaya adilluhung yang mengajarkan kepada kita akan nilai nilai budaya Jawa yang begitu tinggi termasuk didalamnya adalah budaya dalam berbicara dan bertutur kata kepada orang lain dengan menanamkan aturan-aturan baku dalam berbahasa yaitu ada bahasa ngoko, madya dan karma inggil. Warisan budaya lainnya adalah dengan banyaknya peninggalan berupa candi-candi yang kebanyakan berada disekitar wilayah Jogja bagian utara dan timur. Sedangkan mengenai kenapa Jogja juga diberi predikat kota pariwisata adalah tak lain juga berhubungan dengan peninggalan sejarah dan budaya tersebut yang otomatis membuat orang diluar kota Jogja tertarik untuk melihat dan membuktikannya. Mengenai predikat sebagai kota pelajar, awal sejarahnya adalah bahwa Jogja adalah tempat pertama kali semua jenjang pendidikan baik dari TK/SD sampai perguruan tinggi ada, sehingga pada masa dimana di kota lain belum ada tempat menimba ilmu yang lengkap dan di Jogja sudah ada maka berduyun-duyunlah orang dari berbagai daerah dari luar kota Jogja datang untuk menimba ilmu alias belajar. Itulah makanya Jogja akhirnya disebut juga sebagai kota pelajar. Satu hal yang ingin sedikit saya ulas sebelum saya mengulas tentang Jogja sebagai kota sepeda adalah bahwa untuk masalah makanan, Jogja juga mempunyai banyak jenis makanan (khas) yang bisa di produksi antara lain adalah geplak, tiwul, geblek, gethuk dan masíh banyak lainnya. Namun dari sekian banyak makanan khas yang ada yang paling berkesan dan bertahan serta terkenal sampai saat ini dan selalu menjadi santapan utama bagi orang-orang baik itu orang Jogja sendiri maupun orang luar kota Jogja adalah satu yaitu “Gudeg”. Untuk itulah Jogja juga biasa disebut sebagai “Kota Gudeg” . Predikat Jogja sebagai kota sepeda . Beralih tentang sebutan Jogja sebagai kota sepeda, tak lain karena dahulu di Jogjakarta alat transportasi utamanya baik pelajar maupun pegawai dan juga para buruh bangunan serta yang lainnya adalah sepeda; sehingga adalah sebuah hal yang lumrah pada setiap jalan yang kita lalui rombongan orang bersepeda selalu nampak disepanjang jalan. Seiring berjalannya waktu, saat kendaraan bermotor mulai membanjiri Jogja, saat itu pula perlahan sepeda mulai tersisihkan. Meskipun demikian saat kendaraan bermotor sudah cukup banyak, di beberapa sudut jalan seperti jalan Bantul(Jogja arah selatan), jalan dari arah prambanan/kalasan (Jogja bagian Timur) masih banyak yang bisa kita jumpai sekelompok pemakai jalan masih menggunakan sepeda. Bahkan pada waktu-waktu tertentu yaitu pagi dan sore rombongan mereka terlihat bak konvoi sepeda dengan berjajar tiga-tiga atau bahkan empat-empat yang untuk saat ini hal yang demikian sudah sangat sulit untuk kita jumpai. Saya sendiri mempunyai sebuah kerinduan untuk melihat hal seperti itu terjadi lagi, dimana jalan penuh bukan oleh besarnya badan motor/mobil yang kadang hanya terisi satu/sedikit orang dengan segala ketergesaannya, akan tetapi penuh dengan orang bersepeda yang menampakkan bahwa antara satu orang dengan orang yang lain masih bisa berbicara santai disepanjang jalan, memperbincangkan berbagai hal dalam bentuk kelompok dan dengan (hati) yang terasa begitu dekat! , Ada masa sepeda ditinggalkan, ada masa sepeda dicari kembali. . Setelah laju produksi sepeda motor dan mobil tak bisa di bendung lagi karena juga seiring dengan keinginan banyak orang untuk mencari efisiensi waktu, maka alat transportasi sepeda mulai ditinggalkan banyak orang; sepeda mulai tidak populair lagi di Jogja sehingga di sepanjang jalan yang terlihat adalah laju dan deru mesin motor dan juga mobil yang ternyata semakin lama juga semakin membuat permasalahn baru yaitu selain efek polusi yang dihasilkan juga efek kemacetan yang mulai dirasakan oleh banyak orang. Meskipun demikian tak ada solusi yang bisa memecahkan hal tersebut, karena semua orang hanya menginginkan hasilnya saja akan tetapi tidak bersedia menjadi bagian dari solusi tersebut. Dan untuk hal yang satu ini memang akan butuh waktu yang panjang untuk memecahkannya … :'( . Munculnya banyak kelompok/komunitas penghobi bersepeda menimbulkan kesadaran baru . Pada kurun waktu lima sampai sepuluh tahun terakhir, sebenarnya sudah banyak bermunculan kelompok/komunitas/klub bersepeda di Jogja; akan tetapi dari sekian banyak komunitas hanya ada beberapa yang masih eksis(bisa bertahan lama hingga sekarang). Diantaranya adalah VOC, Podjok, Opoto dan yang lainnya ( saya mohon maaf bila ada yang belum sempat saya sebutkan, mohon tambahan informasi/referensi untuk bisa saya tambahkan disini) Dan karena dari militansi merekalah sekarang timbul (lagi) komunitas sepeda yang muncul bak jamur di musim penghujan; salah satu contoh diantaranya adalah sebuah klub bersepeda yang bernama BCC (Bethesda Cycling Club) yang kebetulan pengurusnya tak lain adalah saya he .. he ..:) .

Untuk Rekreasi tidak harus dengan biaya yang mahal, dengan sepedapun bisa! Kegiatan rutin BCC saat gowes ke Pantai Parangtritis . Dan sebenarnya BCC sudah terbentuk sejak lama, bahkan lebih lama dari Podjok dan Opoto. Dan Jujur saja, dikarenakan terinspirasi oleh bermunculannya kembali berbagai kelompok bersepeda terutama adalah Podjok maka kelompok BCC sekarang digiatkan kembali dengan mengadakan acara gowes rutin pada setiap bulannya yang diikuti tidak kurang dari 50 pada setiap kegiatannya. Satu hal yang menjadi catatan; bahwa sejauh yang saya ketahui, dari sebuah rumah sakit baru Rumah Sakit Bethesda saja yang memiliki dan melakukan kegiatan rutin beresepda ini. Tentu saja saya tidak bermaksud untuk menengadahkan kepala akan tetapi justru sebaliknya, saya akan lebih senang bila ada Rumah Sakit atau instansi lain juga akan melakukan hal yang sama. O ya sedikit yang hampir saya lupa bahwa peranan Bapak Herry Zudianto saat menjadi walikota Jogja juga sangat menunjang untuk kembali munculnya berbagai kelompok bersepeda, program “segosegawe”(sepeda kanggo sekolah lan nyambut gawe)nya sungguh sebuah gebrakan yang sangat besar efek positifnya! . Inilah gaya hidup anak muda Jogja saat ini! . . Bagaimana peranan anak muda berhubungan dengan masalah sepeda ? Disini peranan anak muda tidak bisa diabaikan begitu saja, bahkan atas prakarsa merekalah kini muncul (banyak) kelompok sepeda beranggotakan anak muda, baik itu kelompok kecil yang beranggotakan dua tiga orang maupun beranggotakan banyak yang aktif bersepeda; baik bersepeda dengan kelompok mereka sendiri maupun bergabung bersama-sama dalam sebuah kegiatan. . . Adalah sebuah komunitas yang pada awalnya beranggotakan beberapa orang yang mempunyai ide untuk membuat sebuah kegiatan bersepeda secara rutin untuk seluruh “penggemar bersepeda” dan kelompok tersebut membuat sebuah kegiatan rutin yang dinamakan JLFR (Jogja Last Friday Ride) . . “Jogja last friday ride” adalah kegiatan bersepeda setiap jumat akhir bulan dengan mengumpulkan sebanyak-banyaknya para pesepeda dari komunitas sepeda apapun di yogyakarta. Kegiatan ini terilhami oleh peristiwa Critical Mass yang ternyata sudah menjadi tradisi gerakan bersepeda di lebih dari 300 kota di dunia. Satu pesan yang dibawa dari kegiatan jogja last friday ride adalah mengkampayekan sepeda sebagai sebuah alat transportasi untuk bekerja, ke kampus, ke pasar dan kemana saja. Badan menjadi sehat, bumi terawat dan temanpun menjadi banyak. Critical Mass yang ternyata sudah menjadi tradisi gerakan bersepeda di lebih dari 300 kota di dunia, yang lazim dilakukan pada Jum’at akhir pada setiap bulannya, tergerak untuk melakukan hal serupa di kota Jogja. . . Jogja Last Friday merupakan wujud nyata (komunitas sepeda Jogja) untuk menjaga bumi. Berbagai comunitas (bisa) sepeda mengikuti acara ini. Mulai dari komunitas sepeda MTB, fixed gear, seli, sepeda onthel, low rider, dll, mereka semua antusias dengan acara bernamakan Jogja Last Friday. Selain mengurangi polusi, kegiatan JLFR juga mengkampanyekan sepeda sebagai alat transpostasi, untuk ke tempat kerja, kampus, dll. http://aantkickass.blogspot.com/2011/01/jlfr-jogja-last-friday-ride.html . . Dari keterangan yang langsung saya cuplikan dari blog/link http://aantkickass.blogspot.com/2011/01/jlfr-jogja-last-friday-ride.html dengan sedikit merubah beberapa kata, begitu jelas terlihat bahwa kelompok yang kebanyakan beranggotakan anak muda adalah sebuah kelompok yang tidak tanggung-tanggung untuk membuat sebuah kegiatan, itu terbukti dalam setiap kegiatannya selalu banyak diikuti oleh komunitas sepeda ataupun pesepeda perorangan, bukan hanya puluhan akan tetapi bahkan ratusan; termasuk yang saya ikuti baru-baru ini pada kegiatan JLFR21 alias sudah pada bulan yang ke 21! Memang ada beberapa orang yang memberi kesan bahwa karena kegiatan ini tidak formal dan berdasarkan kesuka-relaan saja maka ada yang mengatakan bahwa kegiatan ini “sedikit tidak terkonsep”. Hanya saja berdasarkan penuturan dari beberapa teman-teman muda seperti mas Agung Botol, Mas Bintang Hanggoro dan Mas Jamaludin Latif, kelompok penggerak JLFR yang di komandani oleh mas Vallon ini walaupun tidak membuat konsep secara detail, kelompok mereka sendiri selain bertugas mengajak kelompok-kelompok pesepeda di Jogja yang lain baik melalui jejaring sosial maupun dari mulut ke mulut, di kelompoknya sudah mempunyai semacam koperasi untuk mereka sendiri. Dan bila kegiatan ini dianggap atau terkesan sedikit tidak terkonsep atau terkoordinir tetapi pada kenyataannya bisa bertahan cukup lama. . . Dan bagi saya pribadi, dengan keadaan yang “pyurrr” alami seperti itu saya malah jadi mempunyai “sisi” pemikiran lain; bahwa walaupun mereka tidak dikoordinasi secara formal mereka tetap (selalu) bersedia untuk mengikuti kegiatan ini dengan sukarela dan senang hati. Justru dari hal inilah bisa saya simpulkan bahwa kegiatan ini dilakukan secara alami dan atas dasar kesadaran dan kerelaan mereka sendiri, tanpa ada rekayasa! . Ya, tak ada rekayasa karena mereka terlihat begitu bisa menikmati kegiatan ini, mereka menikmati dengan berbagai gaya mereka, gaya selayaknya anak muda saat ini, sebuah gaya yang tidak harus menggunakan sepeda motor/mobil yang katanya adalah gaya modern dan berkelas. Mereka sudah merasa berkelas ketika mereka sudah menjejakkan pedal mengendarai sepeda dengan atribut atau berbagai gadged yang mereka pakai; baik atribut yang sudah tersedia maupun atribut yang mereka kreasikan sendiri. Dan tak lupa, pakain yang mereka kenakan juga sangat fashionable! Mereka merasa bahwa bersepeda bukan lagi sebagai sebuah hal yang rendah, Pesepeda bukan lagi rakyat kelas dua! . . So, what next ? Lalu apalagi ? Nah dari hal itu saya bisa mengambil sebuah kesimpulan; bahwa karena kegiatan mereka positip sebaiknya mari kita dukung dengan sepenuh hati. Ditengah makin maraknya peredaran narkoba, bukankah kegiatan anak-anak muda ini justru sebuah kegiatan / gerakan yang bisa menangkal hal yang negatif tersebut ? Saya tidak akan berbicara/menulis banyak lagi karena dari kiprah mereka telah cukup berbicara banyak; hanya saja kalau boleh menjadi muda lagi dan mewakili mereka saya akan menggunakan slogan ini sebagai bahan refleksi kita bersama :. Karena bersepeda adalah solusi cerdas untuk kesehatan kita maka : . Jauhi narkoba marilah kita bersepeda. Inilah gaya hidup anak muda kota Jogja saat ini, gaya hidup bersepeda! . Untuk sahabat-sahabat muda JLFR, terimalah salam hormat saya, salam kehormatan dan kebanggan kita; Salam gowes! Lereng merapi di kehangatan setelah pancal sepeda, 30 Januari 2012 . Beberapa gambar tentang JLFR yang di unduh dari Google : .

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline