Pemerintah menganggap remeh pelemahan daya beli. (ilustrasi/aktual.com)

Jakata, Aktual.com – Pemerintah harus menanggung pertumbuhan ekonomi yang berjalan stagnan. Hal ini akibat dari ulah pemerintah sendiri yang terkesan menganggap remeh pelemahan daya beli yang terjadi selama ini.

Dengan kondisi tersebut, berdasar data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pertumbuhan ekonomi kuartal III 2017 cuma mencapai 5,06 persen. Angka itu di bawah ekpsektasi yang mestinya bisa tumbuh lebih baik lagi.

“Hasil pertumbuhan PDB kuatal III itu memang dibawah ekspektasi. Ini yamg disayangkan. Belanja pemerintah diharapkan bisa menggerakan konsumsi rumah tangga, tapi ternyata hanya tumbuh 3,46% (yoy),” tutur ekonom Indef, Bhima Yudhistira Adhinegara, di Jakarta, Kamis (9/11).

Sementara konsumsi rumah tangga mengalami stagnasi di angka 4,93%. Porsi konsumsi rumah tangga terhadap PDB juga menurun menjadi 55,6%.

“Angka tersebut mencerminkan pelemahan daya beli khususnya masyarakat menengah ke bawah,” ujar Bhima.

Motor pendorong terhadap pertumbuhan ekonomi itu, dia menegaskan, yang berasal dari ekspor memang tumbuh hingga 17,2% (yoy), tapi impornya juga naik signifikan menjadi 15,09% (yoy).

“Ini sebagai bukti bahwa pertumbuhan ekonomi kualitasnya berkurang. Harusnya ekspor naik, tapi di sisi yang lain impornya rendah,” katanya.

Salah satu yang mejadi harapan, kata dia, ada di investasi PMTB yang naik 7,11% (yoy). Harapannya investasi langsung masih bisa bertahan tumbuh di 7% hingga akhir tahun.

“Melihat kondisi tersebut, proyeksi pertumbuhan ekonomi di tahun 2017 adalah 5,05% atau dibawah ekspektasi sebelumnya yang bisa tumbuh 5,2%,” kata dia.

Busthomi

Artikel ini ditulis oleh: