Inilah Alasan Mengapa "Bisnis" MLM Oriflame Haram

(Tulisan ini awalnya dimuat di
Blog DhienarChannel: http://dhienarchannel.blogspot.com/2014/04/inilah-alasan-mengapa-bisnis-mlm.html?m=1, tapi sudah dihapus oleh penulis)


Friday, April 18, 2014

 
Inilah Alasan Mengapa “Bisnis” MLM Oriflame Haram  

(sumber gambar)

  Mungkin banyak di antara Anda sekalian yang bertanya-tanya mengapa perusahaan dengan sistem MLM (Multi Level Marketing) yang dibahas adalah Oriflame, perusahaan yang berasal dari Swedia. Kenapa bukan perusahaan MLM lain? Mungkin juga ada yang bertanya-tanya kenapa di judul kata bisnis ditulis dalam tanda petik menjadi “bisnis” Oriflame. Jika Anda adalah member Oriflame, sebelum terpikir oeh Anda kata-kata, “Wah orang ini pasti tidak paham sistem di Oriflame, makanya main justifikasi saja Oriflame tidak benar”, sebaiknya Anda  baca tulisan ini baik-baik hingga akhir dengan pikiran terbuka. Buang dulu perasaan memiliki karena sudah keenakan menikmati uang bonus bulanannya.

Jawabannya dijabarkan sebagai berikut ini.

Pertama, (setidaknya hampir semua member) “bisnis” Oriflame mengklain bahwa sistemnya bukanlah sistem piramida sehingga halal dan tidak haram. Para anggotanya pun mengklaim bahwa hal ini tidak akan terjadi karena status keanggotan (membership) hanya berlaku selama satu tahun dan harus diperpanjang setiap tahunnya, sehingga jika ada orang yang bergabung jadi member tahun 2010 kemudian tidak pernah aktif dan tidak memperbarui kenggotaan maka statusnya menjadi non aktif. Jika pada tahun 2014 orang tersebut ingin bergabung kembali, maka posisi dia akan ditaruh pada lapis terakhir lagi.

Kedua, Oriflame juga mengklaim bahwa bonus yang dibayarkan ke anggotanya itu adalah hasil dari penjualan produk, bukan perekrutan anggota. Para member Oriflame menjelaskan bahwa tidak ada paksaan untuk menjalani ‘bisnis’ Oriflame karena setiap orang yang bergabung menjadi member diberi tiga (3) kebebasan atau pilihan: 1) hanya untuk mendapat diskon harga produk sehingga pembelian pribadi menjadi murah, 2)  untuk dapat menikmati diskon harga produk untuk pemakaian pribadi dan mendapat keuntungan dari HANYA menjual produk ke orang-orang yang belum menjadi member, 3) menjalankan 'bisnis’ Oriflame dengan pendapatan  potensial melebihi jika hanya sekadar menjual produk saja.

Ketiga, mereka menganggap bahwa Oriflame yang telah terdaftar dalam Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia (APLI) menunjukkan “bisnis” MLM Oriflame menunjukkan tidak ada yang salah dengan sistem MLM di Oriflame.  

Keempat, dalam promosinya selalu menggadang-gadang bahwa perusahaan Oriflame ini sudah berdiri sejak 1967 dengan berkata, “Oriflame jelas perusahaan bonafid, kalau tidak mana mungkin bisa bertahan puluhan tahun. Kalau benar menipu pastinya sudah ditutup dari kapan tau dong! ”.

Kelima,  kalau dilihat-lihat sepertinya jumlah member Oriflame ini cukup banyak dan lebih banyak diantara perusahan MLM lain yang terdaftar di APLI. Efeknya adalah seandainya Anda sedang membaca-baca tulisan di blog atau forum tentang MLM maka banyak sekali member Oriflame yang melakukan self defence to the max untuk meyakinkan orang awam dan non member (termasuk dirinya sendiri –karena sudah telanjur asyik dengan uangnya– hehe) bahwa sistem Oriflame tidak haram.

Keenam, alasannya mudah saja. Ya karena orang-orang yang menjadi friends saya di Facebook kebanyakan join jadi anggota Oriflame dan menjalankan “bisnis”-nya. Jadi saya lebih kenal dengan sistem Oriflame dibandingkan MLM lain seperti Amway, Avail, CNI, Herbalife, dll.

Oh ya, sengaja saya tulis kata bisnis dalam tanpa petik itu karena para member Oriflame selalu dalam promosinya di blog dan situs jejaring sosial (Twitter, Facebook, dll) menyisipkan kata bisnis tersebut: “Ada peluang bisnis nih yang bikin anak umur 19 tahun seperti aku punya penghasilan tiga juta rupiah per bulan”, “Yuk ah fokus jalanin bisnis Oriflame”, “Bisnis mana yang modalnya sekecil bisnis Oriflame? Cuma  49.900 perak aja lho, bahkan bisa gratis saat ada promo”, dan lain sebagainya.

Indonesia dan Oriflame

Berhubung tema blog saya ini adalah tentang budaya, saya awali saja hubungannya kenapa Indonesia menjadi pasar potensial Indonesia secara singkat. Di luar fakta bahwa jumlah penduduk Indonesia yang besar, namun saya yakin bukan itu (saja?) yang membuat perusahaan MLM seperti Oriflame terpikat. Apalagi jika bukan karena orang kita mudah terbuai mimpi dan janji-janji menjadi kaya? Apalagi jika bukan sifat dasar bangsa Indonesia yang pemalas? Dengan kalimat promosi “Bisnis dengan modal kecil, tanpa risiko, tanpa perlu stock barang, penghasilan tinggi” langsung berbondong-bondong mendaftarkan diri. Apa, Oriflame tidak pernah menjanjikan Anda berpendapatan besar? Masa sih? Buktinya jika sedang memprospek calon member yang dibicarakan adalah melulu tentang pendapatan. Perusahaan MLM banyak berekspansi ke negara-negara berkembang. Ya Anda benar, ada negara Belanda, Jerman, Inggris, dan beberapa negara maju lain di daftar negara dimana Oriflame tersedia. Hanya beberapa. Selebihnya negara berkembang.

Saya cukup penasaran dengan halaman Facebook Fan Page Oriflame. Jumlah 'likes’ fan page Oriflame Indonesia cukup banyak, lebih dari empat juta likes. Fan Page Oriflame Indonesia ini pun sudah mendapat tanda centang verifikasi oleh Facebook. Fan page tersebut benar-benar menggunakan Bahasa Indonesia, dengan deskripsi bagian about bahwa itu adalah punya Oriflame Indonesia. Saya cari halaman Facebook Fan Page Oriflame negara-negara lain, jumlah likes-nya hanya beberapa puuh, seratusan, atau beberapa ratus, atau mungkin ada yang ribuan namun terlewatkan oleh saya. Itupun rata-rata sudah lama tidak update. Ketika saya cek di website Oriflame, link Facebook Fan Page untuk Oriflame global ternyata tertuju pada laman Facebook Oriflame Indonesia! Mungkinkah cuma orang Indonesia saja yang terlalu (rajin) banyak main Facebook? Atau karena Oriflame Gobal malas membuat fan page baru? Atau karena member terbanyak datang dari Indonesia dan paling laku di Indonesia? Itu pulakah alasan makanya hanya dibeberapa negara termasuk Indonesia, Oriflame memberikan diskon produk sebesar 30% padahal di negara lain hanya 20% dan 23%?

 Baiklah, sekarang mari dibahas satu per satu.

 

“Bisnis” Oriflame? Apa? “Bisnis”?

Sebelum beranjak ke pembahasan lebih dalam, perlu saya jelaskan dulu kenapa saya kasih tanda kutip di kata bisnis. Alasannya simpel, karena menjadi member Oriflame kemudian mencari downline dan membangun jaringan downline itu BUKAN bisnis, tetapi menjadi sales dan makelar. Siapa dong yang punya bisnis? Tentu saja sang pendirinya (si dua bersaudara  Jonas af Jochnick dan Robert af Jochnick, atau ahli warisnya karena mereka berdua sudah meninggal) dan si pemegang saham perusahaan Oriflame. Sebagai contoh seperti apa bisnis itu adalah: 1) Bisnis itu adalah jika kalian memproduksi produk sendiri, kalian pasarkan dan kalian kembangkan dengan visi misi yang jelas (contoh Maicih), 2) Bisnis itu adalah jika kalian tidak punya produk (produksi) sendiri tapi hanya perusahaan distributor yang menjual tapi dikembangkan dengan visi dan misi yang jelas (contoh Giant hipermarket). Bedakan menjual atau berdagang dengan bisnis. Anda tidak memiliki bisnis ini. Anda malah harus membayar uang pendaftaran untuk menjadi sales Oriflame.

Setiap pelaku “bisnis” MLM pasti selalu berkiblat pada bukunya Robert T. Kiyosaki, the most MLM’s beloved man. Yang terkenal adalah The Cashflow Quadrant, alat konseptual (Yes, konsep) yang bertujuan untuk menggambarkan bagaimana semua uang di dunia diperoleh. Terdapat empat kuadran dalam konsep tersebut, yakni:

Employee atau Karyawan (E). Bekerja untuk orang lain.

Self-employed atau Pemilik Bisnis Kecil (S). Di mana seseorang memiliki pekerjaan sendiri dan menjadi bos bagi diri sendiri.

Boss atau Business Owner (B). Pemilik Bisnis Besar - Di mana seseorang memiliki sebuah “sistem” untuk membuat uang, bukan pekerjaan untuk menghasilkan uang.

Investor (I). Menginvestasikan atau menanamkan uang pada suatu bidang yang menghasilkan pemasukan lebih besar.

Baik itu anggota Tiens atau Tianshi, Oriflame, MSS atau MNI, VSI, Amway, K-Link, dll. Mereka selalu berujar, "Tuh coba lihat Robert T. Kiyosaki saja nyuruh kita untuk pindah kuadran". Lantas tolong tunjukkan dimana letak kuadran para sales MLM berada? Di kuadran B atau Boss/Business Owner? Anda salah. Orang-orang di kuadran ini punya bisnis sendiri tapi orang lain yang mengerjakannya. Contohnya pengusaha, pemilik, bisnis, yang pengelolaannya diserahkan pada orang lain, misal pengusaha waralaba dan bisnis Jaringan (Networking). Contoh riilnya? Mudah sekali. Pengusaha ayam bakar Wong Solo, ayam bakar Mas Mono, keripik Maicih, pemilik waralaba Kebab Turki Baba Rafi, dsb. Lantas yang dimaksud “bisnis Jaringan (Networking)” itu siapa? Dia adalah yang MEMILIKI bisnis tersebut. Dalam Oriflame tentu yang memiliki si dua bersaudara pendirinya atau pemegang sahamnya. Di Tianshi atau Tiens, pemilik bisnisnya ya Mr. Li Jinyuan. Lantas Anda sang member itu siapa? Karena posisi Anda adalah sales, artinya anda bekerja untuk orang lain, maka Anda ada di kuadran Employee (E). Anda adalah seorang sales, karyawan yang harus membayar sejumah uang di muka untuk dapat bekerja untuk perusahaan MLM. Karyawan yang tidak akan digaji meski sudah berusaha mempromosikan atau menjual produk, namun ketika tidak mampu tutup poin maka Anda tidak akan dapat gaji (mereka menyebutnya sebagai bonus). Namun yang mereka katakan sebagai “bonus” pun ternyata adaah sebuah masalah yang membuat 'bisnis’ MLM Oriflame ini haram (di bawah akan saya jabarkan). Jadi, jika Anda ingin berada di kuadran B sebagai pemilik bisnis MLM, ya bikin perusahaan sendiri dong. Buat produk sendiri. Tidak, tidak, saya tidak berkata ini untuk merendahkan sales. Sales tetap merupakan salah satu ujung tombak penjualan perusahaan manapun. Yang saya maksud adalah untuk meluruskan perbedaan menjadi pebisnis dengan menjadi sales/karyawan.

Anda masih percaya Robert T. Kiyosaki dalam hal teori ini? Masih mempercayai MLM? Di MLM manapun, buku Robert T. Kiyosaki dijadikan kitab suci oleh para anggotanya. Saya percaya MLM hanyalah sebuah TEORI BISNIS dan MARKETING. Pada dunia riilnya bagaimana? Bahkan dalam bukunya sendiri, Robert T. Kiyosaki percaya bahwa MLM selamanya tidak akan pernah dipercaya oleh orang-orang. Hmm jika memang benar 'bisnis’ MLM sedahsyat itu, kenapa hanya nol koma sekian persen dari perusahaan-perusahaan di dunia yang memakai sistem penjualan langsung atau MLM?

Kalau menjadi menjadi pelaku bisnis MLM sebegitu menguntungkannya, kenapa para karyawan di perusahaan MLM tidak ikut menjadi member saja? Kenapa harus menjadi karyawan bagian pergudangan? Kenapa harus menjadi kasir? Kenapa harus menjadi akuntannya? Apakah gaji mereka lebih besar daripada yang menjadi pelaku 'bisnis’-nya aka member aka sales? Kenapa? Kenapa? Kenapa? (Stop. Mulai Berlebihan.)

Jarang ada (atau sepertinya tidak pernah ada) panelis dalam seminar-seminar kewirausahaan yang menyarankan ada berbisnis dengan bergabung menjadi pelaku MLM (sales). Mungkinkah ada, seperti.. hmm.. salah satu perencana keuangan yang langganan diundang ke seminar Oriflame? Hilanglah sudah respect saya terhadap beliau.

 

MLM Oriflame Bukan Sistem Piramida?

Selalu dimana-mana ditulis bahwa kalau sistemnya piramida itu bukanlah MLM. Lho padahal MLM itu ya piramida kan bentuknya? Dalam sistem perekrutan di MLM, satu orang harus mencari beberapa downline. Downline lapis pertama kemudian cari orang lagi. Kemudian lapis kedua cari orang lagi, begitu seterusnya hingga kalau digambar pasti bentuknya jadi piramida. Masih bertahan dengan argumen 'keanggotaan harus diperpanjang setiap tahun, jika tidak akan non aktif dan harus kembali jadi downlina paling bawah’? Seandainya semua member selalu memperpanjang kenaggotaan bagaimana? Tetap saja bentuknya piramida kan? Masalahnya juga bukan terletak pada downline bisa mendapat profit atau bonus lebih besar daripada downline. Sistem piramida yang ada disebut-sebut ada di MLM gadungan juga seperti itu kok, kalau upline nggak rajin cari downline tidak akan dapat bonus.

Undang-undang yang baru disahkan tidak melarang skema piramida dan tidak melarang MLM. Pada kenyataannya sebagian besar MLM menerapkan skema piramida. Gunakanlah nalar, jika memakai nalar maka sebenarnya MLM itu melanggar hukum. Tetapi pula, kenyataan yang terjadi adalah MLM yang menjalankan skema piramida tidak bisa dikatakan melanggar hukum, karena tidak ada pasal yang menjelaskan secara detsil definisi skema piramida, sehingga hal itu akhirnya menghasilkan “celah hukum” yang dapat dimanfaatkan oleh MLM tersebut.

Ingat, bahwa skema piramida bukan berarti hanya digambarkan sebagai piramida deret fibonaci atau yang secara geometris jumlah ukuran sudutnya 180 derajat. Ya seandainya downlinenya dalam satu level melar hingga 50, 75, 100, 150 ya memang bukan piramida lagi, tapi tetap bermuara pada konsepnya bahwa jumlah di atas lebih sedikit dari jumlah yang di bawah.

Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam melarang terdapat dua jual beli atau dua akad dalam satu transaksi. Apa yang terjadi di Oriflame? Dengan membayar uang keanggotan, orang yang mendaftar akan mendapat: 1) diskon potongan harga produk, 2) hak untuk memakelarkan kembali produk Oriflame sehingga nantinya orang yang diajak jadi makelar (downline) berhak untuk mendapat potongan harga dan memakelarkan kembali.

Ngomong-ngomong, berbicara mengenai produknya, belum semua produk Oriflame mendapat label halal. Hanya beberapa saja yang sudah mendapat label halal. Okelah, anggap semua produknya telah halal, namun yang menjadi masalah tetap sistemnya kan? Daging sapi yang halal namun diimpor dari luar negeri dengan cara korupsi, menyogok bea cukai, dan ilegal tanpa izin masuk, tetap saja menjadikan uang hasil penjualan daging sapi tersebut haram.

 

MLM Oriflame Halal karena Bonus Didapat dari Penjualan Produk dan Bukan Perekrutan Downline?

Seperti yang telah saya tulis di atas pada poin kedua, yang telah jadi anggota atau member Oriflame (katanya) diberi hak dan tidak dipaksa untuk memilih apakah hanya mau dipakai buat sendiri saja, apakah hanya mau dapat keuntungan menjual produk dari selisih harga katalog dan harga member, atau yang terakhir mendapat keuntungan dan bonus lebih dari menjalankan sistem 'bisnis’-nya.

Sekarang coba Anda pikir, misalnya Anda mendaftar jadi member Oriflame.

Hanya untuk dipakai sendiri. Enak ya dapat potongan harga. Bayangkan, diskonnya mencapai 30% dari harga katalog (sebelumnya diskon member 23% dan entah mengapa di negara lain diskon member itu  20%, bukan 30%)! Lebih baik bayar keanggotan sebesar Rp 49.900 (ingat, kadang saat sedang promo, uang pendaftaran bisa lebih murah bahkan gratis) di awal, apalagi jika Anda berminat  membeli produk yang harganya lumayan mahal atau membeli yang harganya 50 ribuan tapi dalam jumlah banyak. Katakanlah Anda mau beli minuman Nutrishake yang harga kataog atau non member-nya Rp 489.000. Kalau jadi member, Anda cukup membayar sebesar Rp 342.300. Itu artinya Anda dapat potongan harga Rp 146.700. Namun berhubung di awal sudah bayar uang keanggotaan Rp 49.900, berarti Anda (masih lebih) untung Rp 96.800.

Sekarang Anda sudah jadi member dan HANYA ingin mempromosikan dan menjual produknya saja sehingga nanti dapat keuntungan dari selisih harga katalog dan harga member. Anda berpotensi mendapat keuntungan 30%. Contoh,  jika berhasil jual satu kotak Nutrishake maka Anda dapat untung Rp 146.700 karena si pembeli bayar dengan harga katalog. Nah, tapi masalahnya…si calon pembeli tahu kalau jadi member Oriflame, malah bisa dapat harga lebih murah. Setelah dihitung, bisa dapat diskon Rp 96.800. Nasib Anda bagaimana dong? Maksud hati ingin jual lagi dan dapat untung gede, tapi malah tidak untung karena calon pembeli lebih milih dapat harga member. Jadi kalau sudah seperti ini, mau tidak mau Anda (terpaksa) harus menjalankan 'bisnis’-nya Oriflame supaya dapat bagian alias bonus dari pembelian si downline yang barusan daftar jadi member karena pasti yang terpikir adalah “kan saya yang mengenalkan Oriflame ke dia, masa saya nggak dapat untung?”. Pola ini akan berulang terus jika downline Anda punya pikiran yang sama dengan And, yakni yang tadinya hanya niat jual produk saja tapi harus berakhir memakelarkan kembali sistem MLM supaya dapat bonus. Pengecualian terjadi seandainya si calon konsumen cuma mau beli satu buah produk yang murah seperti Tender Care Lip Balm yang harga katalognya Rp 39.900. Kalau jadi anggota bayar Rp 49.900 tapi dapat diskon cuma Rp 11.970. Total malah jadi bayar Rp 77.830. Inilah kesalahan dalam sistem MLM Oriflame, akan sulit bagi anggota untuk menjual produk ke non member. Setelah itu, akan terjadi pemakelaran berlapis-lapis. Harga jual ke konsumen di downline lapis pertama hingga lapis 389 atau bahkan lebih tetap sama. Di sistem penjualan konvensional, harga dari supplier ke agen grosir, dari agen grosir ke pengecer pertama, dari pengecer pertama ke pengecer kedua dan seterusnya hingga konsumen akhir pasti akan bertambah mahal. Keuntungan jelas darimana asalnya.

Selanjutnya Anda sudah terpaksa menjalankan sistem 'bisnis’ Oriflame. Anda dipaksa mengikuti prosedur berlaku yaitu cari tiga orang downline. Anda harus tutup poin. Kaau tidak tutup poin, bonus hasil penjualan yang dilakukan oleh downline Anda tidak akan cair. Caranya tutup poin bagaimana? Para member (upline Anda) Oriflame menyarankan untuk cari orang yang mau beli produk Oriflame, sehingga Anda tidak perlu keluar uang dari kantong sendiri cuma untuk mengejar tutup poin. Nah, kembali lagi deh masalahnya ke proses di atas. Orang yang ditawarkan untuk beli malah mau daftar jadi member saja supaya dapat potongan harga. Lantas setelah daftar jadi anggota dan beli produk, poinnya masuk sebagai poin pribadi dia, bukan Anda. Anda masih tetap harus punya poin pribadi. Kecuali jika Anda mendaftarkan pembelian produk dia (yang sudah jadi downline Anda) sebagai poin pribadi Anda karena dia tidak peduli tentang poin karena dia berniat untuk hanya melakukan pembelian pribadi saja. Anda berpikir “Yes saya dapat poin pribadi dari penjualan dia”, tapi ujung-ujungnya jika downline Anda tidak punya poin mereka sendiri, Anda tetap tidak akan dapat bonus meskipun Anda berhasil tutup poin pribadi. Bagaimana mengantisipasi hal ini? Upline-upline Anda akan menganjurkan untuk tutup poin dengan kantong pribadi dengan kalimat dan alasan “Alihkan pengeluaran belanja bulanan Anda untuk barang-barang toiletries seperti shampoo, bedak, makeup, sabun dengan hanya produk Oriflame. Anda tidak akan rugi wong produknya Anda pakai sendiri dan dapat poin lagi. Lagipula, kalau kita sendiri tidak pakai produk Oriflame, bagaimana bisa mempromosikannya jika ada non member yang bertanya seputar produk?”. Sekadar informasi, tutup poin itu nilainya sebesar 500 ribuan rupiah per bulan untuk yang masih leve bawahan dan senilai satu jutaan rupiah untuk leve Director. Apakah make up Anda habis begitu cepat hingga harus beli sebulan sekali? Jika tidak, apakah kalau cuma beli shampoo, sabun, body lotion akan menghabiskan jutaan rupiah? Jadi apa intinya? Intinya sistem MLM itu mau tidak mau, suka tidak suka, akan terpaksa harus MEREKRUT ORANG ALIAS DOWNLINE. Maka, apakah bonus yang Anda dapatkan itu karena Anda sendiri melakukan penjualan produk? TIDAK. Bonus tersebut didapatkan karena melakukan perekrutan downline.

Masih belum jelas mengenai “bonus Anda di Oriflame akan Anda dapatkan karena merekrut”? Saya berikan gambaran lebih jelas. Anggaplah Anda telah mencapai level 21% atau menjadi Senior Manager yang artinya Anda telah memiliki downline hingga kedalaman ketujuh atau setidaknya punya sebanyak 150 orang downlines.

 

(Sumber gambar klik gambar di atas)     

 

Pada jenjang karir Senior Manager ini, Anda berpotensi mendapat bonus (atau mereka menyebutnya gaji) sebesar 5 hingga 7 juta rupiah per bulan (tentu harus tutup poin). Mengapa kata berpotensi di kalimat sebelumnya saya bold atau saya hitamkan? Untuk memberi penekanan bahwa mungkin saja Anda akan hanya menerima bonus dua juta, tiga juta, atau bahkan mungkin hanya beberapa ratus ribu. TERGANTUNG. Tergantung apanya? Satu, tergantung berapa total penjualan downline Anda, karena bonus itu nanti akan didapatkan dengan mengali seluruh hasil penjualan Anda (biasanya sih beli sendiri sih ujung-ujungnya hehehe) dan para downline Anda dengan bonus level Anda yakni 21%.  Dua, tergantung apakah downline mencari downline lagi atau tidak. Bonus yang didapatkan hanya karena kemungkinan yang pertama (nomor satu) suatu saat akan mengalami kejenuhan dan malah bikin bonus Anda jadi NOL. Kenapa bisa begitu?

Downline terbaru alias yang paling bawah biasanya semangat menjalankan sistem 'bisnis’ masih naik turun. Kadang mampu menjual produk, kadang tidak mampu menjual produk. Kalau ia mampu menjual produk, maka tentu upline-upline dia hingga ujungnya ke Anda (karena ini jaringan Anda) akan mendapat bonus. Kalau ia tidak mampu menjual produk, maka bonus Anda akan turun. Masih bagus jika Anda dapat bonus karena mungkin downline yang di lapis 1 hingga 6 masih rajin beli produk. Keadaan ini bisa mencapai titik jenuh. Anda dan grup jaringan Anda mungkin akan bertahan beberapa bulan saja. Downline Anda yang paling dasar mungkin sudah stop melakukan pembelian pribadi, maka downline Anda di level 6 tidak akan mendapat bonus padahal dia sudah tutup poin. Akhirnya downline level 6 berusaha ambil keuntungan dari hanya menjual produk saja. Oopss, inipun kalau ia bisa dapat keuntungan dari selisih harga katalog dengan harga member. Kejadiannya bisa balik lagi ke calon pembeli lebih memilih daftar jadi member untuk dapat harga member plus tanpa niat menjalankan sistem 'sukses plan’. Seandainya downline level 6 ini  terus menerus hanya mampu melakukan penjualan biasa yang kadang untung kadang tidak (karena kasus “daftar jadi member), lama-lama akan berpengaruh juga ke downline Anda di leve 5. Begitu seterusnya. Proses tadi akan menggerogoti jaringan Anda. Maka dari itu, alasan tergantung nomor dua berlaku. Tergantung downline dapat downline lagi atau tidak. Pada kasus Anda, tergantung apakah downline Anda di level 7 berhasil rekrut orang untuk jadi downline level ke 8 Anda atau tidak. INTINYA APA? Penghasilan Anda itu bergantung pada perekrutan downline, bukan penjualan produk. Penjualan produk itu hanya kamuflase. Seharusnya, kalau tidak ingin menjalankan sistem yang haram, Anda harus berhenti hanya menjadi penjual produk saja. Tidak merekrut. Tapi tentu, jika hanya menjual saja perusahaan MLM akan mati karena si member tidak mendapat keuntungan.

Bicara soal tutup poin dengan pembelian pribadi, biasanya bagi member yang sudah punya penghasilan jutaan, mereka akan malas untuk menawarkan alias promosi alias menjual produk ke non member. Kenapa? Alasannya, ngapain susah-susah keliling sebar katalog kalau uang bonus saya saja sudah bisa langsung menutup poin. Bonus 5 juta, tutup poin cuma butuh 500 ribuan. Jadi fokus para member Oriflame memang bukan jualan produk, karena seperti yang saya ceritakan panjang lebar di atas, hal tersebut tidak akan menguntungkan. Tidak akan pernah Anda bisa menemui teman Anda di Facebook yang update status promosi produknya. Well, mungkin pernah sih, tapi cuma beberapa kali dari ratusan update status yang dia lakukan seperti:

 "Oriflame itu perusahaan yan super duper banget yaa.. Bukan perusahaan abal-abal lho. Buktinya artis-aartis sekelas Rossa, Demi Moore, David Beckham jadi model katalognya.”

“Ayo  sukses bersama di usia muda. Di Oriflame kamu berpeluang punya gaji jutaan rupiah per bulan lho. Walau masih kuliah tapi nggak perlu lagi minta uang jajan dari orangtua. Senengnya bisa bahagiakan orang sekitar! :)”

“Enaknya bisnis Oriflame, bisa dikerjain kapan saja, dimana saja, sama siapa saja. Sambil tiduran juga bisa.”

“Nia umur 19 tahun sudah bisa mencicil mobil sendiri, Saras 21 tahun nggak minta uang kuliah lagi ke orangtua, Nana 22 tahun bisa jalan-jalan ke luar negeri gratis. Mau seperti mereka? Yuk sini aku ajarin caranya! Tenang…pasti dibantuin dan dibimbing kok. Add ya pin BB-ku atau Whatsapp aku saja! :)”

Selain kata-kata promosi sistem, biasanya status yang diupdate di social media adalah kalimat-kalima a la motivator.

Begitulah, mereka fokus MEMPROMOSIKAN dan MENJUAL SISTEM. Bukan produk. Fokus sebenarnya adalah rekrut, rekrut, rekrut. Penyebabnya tentu karena yang bikin untung adalah cari downline. Saya sudah lebih dulu merasa aneh dan berpikir mengenai tentang para member Oriflame yang lebih gencar menawarkan sistem daripada produk. Sampai pada suatu waktu, secara tidak sengaja menemukan sesuatu yang sangat to the point. Berikut screen shoot yang saya dapat dari fan page seorang member Oriflame.

 

(perbesar saja gambar tersebut jika tidak terbaca) 

 

Yang Anda nikmati sebagai bonus itu bukanlah hak Anda dan Islam melarang Anda untuk mengambil yang bukan menjadi hak Anda. Penjualan downline Anda terjadi karena usaha dia sendiri untuk menjual (kalau dia menjual, bukan merogoh kantong sendiri). Anggap Anda sudah punya downline level 12, level 20, level 56 dst, apakah Anda mampu mengenali mereka satu per satu? Tidak. Anda bahkan tidak secara langsung berurusan dengan mereka untuk punya hak dari penjualan mereka. Sistem MLM yang membuat Anda harus merekrut inilah bertentangan dengan ajaran Islam. Anda bisa membaca lebih detail penjelasan mengenai hal ini di sini (klik).

Dalam Al Qur’an sudah jelas dikatakan, “Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil…” [QS Al Baqarah 188]. Dan firmanNya, “Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan” [QS Asy Syu'araa’ 183].

 

Syarat Anggota adalah Umur 18+, Kenyataannya?

Syarat menjadi member di Oriflame adalah minimal 18 tahun ke atas. Pada saat pendaftaraan akan dimintai fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP). Memang tulisan mengenai syarat umur ini tidak ada hubungannya dengan keseluruhan tema postingan kali ini sih. Target pasar Oriflame semakin selama semakin menurun ke anak-anak SMP dan SMA yang umurnya masih dibawah 17 tahun (entahlah, tapi saat saya SMP di awal tahun 2000-an pun katalog Oriflame itu sudah beredar di kelas-kelas). Kata-kata mujarab untuk menjaring anak-anak SMP dan SMA adalah supaya untuk menambah uang jajan, supaya tidak lagi minta uang jajan ke orang tua, mambanggakan orang tua, dupaya jika nanti lulus sekoah atau kuliah sudah tidak perlu cari kerja (atau jika mencari kerja dan tidak dapat kerja, sudah tidak perlu pusing lagi dengan penghasilan), dll. Para anak di bawah umur ini direkomendasikan untuk mendaftar oleh para upline-nya menggunakan nama dan KTP orangtua, yang kemudian alasannya saat mereka cukup umur keanggotaan (dan jaringannya) dapat diwariskan. Apakah sesuatu yang diawali dengan kebohongan itu baik?

Oriflame Sudah Terdaftar di APLI Kok. So What?

APLI kan hanya bertugas melihat apakah ada kecurangan atau penipuan atau tidak. Tentu di Oriflame tidak ada. Karena memang benar kok Anda bisa mendapat bonus berjuta-juta. Itu tidak bohong. Tapi cara mendapatkannya itu salah. Anda tahu riba? Tahu bunga bank, reksadana? Semua itu haram kok dalam Islam, tapi tetap saja ada kan? Ya tetap ada, karena secara hukum sipil/negara, sistem MLM Oriflame tidak melanggar perundang-undangan. Ooopss..tapi melanggar ketentuan Islam. Minuman keras haram dalam Islam, tapi masih bisa beredar untuk kalangan terbatas (misal umur 21 tahun plus). Babi tetap diternakkan dan dijual secara bebas (maksudnya bukan daging babi yang disamarkan sebagai daging sapi ya), karena memang pasarnya ada. Berternak daging babi dan menjual daging babi juga tidak melanggar hukum negara, tapi bagi muslim tentu haram memakannya.

Nah, kembali lagi kepada pembahasan mengenai skema piramida di atas. MLM-MLM yang dikatakan 'MLM sebenarnya’ bisa dikatakan tidak melanggar hukum, tapi bisa juga dikatakan melanggar hukum itu sendiri. Hukum melarang MLM berskema piramida, tapi MLM itu berskema piramida.

Satu lagi, dimanakah posisi Anda saat menjadi member MLM yang menjalankan 'bisnis’ MLM? Sebagai konsumen sekaligus sebagai pelaku usaha? Hal semacam ini aturan hukum negaranya pun belum jelas sepengetahuan saya.

Oriflame itu Perusahaan Bonafid dengan Pengalaman Puluhan Tahun. So What?

Anda pernah dengar perusahaan Tianshi atau Tiens? Itu saja yang sistemnya sudah jelas melakukan penipuan masih ada saja hingga saat ini dari awal berdiri tahun 1995. Coba saja browsing tentang Tianshi Watch. Banyak yang membongkar kecurangan-kecurangan Tianshi. Polisi koruptor saja masih bertahan dari generasi ke generasi.  Ingat ya, Oriflame memang tidak melakukan kecurangan kok. Oriflame tidak melakukan penipuan. Hanya saja, dalam Islam, sistem MLM tidak dibenarkan.

Harga Produk Oriflame Terlalu Mahal, Tidak Sebanding dengan Kualitasnya?

Memang semua produk perusahaan MLM dimana-mana pasti diset mahal kok. Overpriced. Ya, tidak sebanding dengan kualitasnya. Tentu saja hal ini supaya bisa membiayai sistem MLM-nya. Darimana bayar bonus member, darimana kasih cash award, kasih mobil, kasih jalan-jalan gratis? Semua dari harga jual produk yang sangat mahal. Bayangkan, dengan mendaftar jadi member saja Anda bisa menikmati diskon 30% dari total harga (100%).  Sisa 70%. Dari 70% tersebut Anda bisa dapat lagi bonus bulanan kalau tutup poin. Bisa dapat ini, itu, ini, itu.

Sebagai contoh, harga deodorant roll on Oriflame (50 ml) yang paling murah adalah Rp 35.000. Berapa harga pasaran di supermarket retail untuk deodoran Rexona (40 ml)? Sekitar Rp 13.000-an saja.

Dulu saya, adik laki-laki, dan ibu saya pernah pakai produk Oriflame. Sekitar tujuh tahun yang lalu. Itupun karena adik laki-laki saya penasaran ingin coba menjalani 'bisnis’ Oriflame, jadi hitung-hitung untuk tutup poin (kan?) dan dapat bonus welcome program. Kami beli compact powder yang packagingnya duh super duper flimsy dan sponge-nya seperti sponge cuci piring. Selain itu juga beli parfum, eyeliner, masker wajah, lotion untunk tangan dan kuku. Apalagi ya? Lupa. Rata-rata untuk produk perawatan wajahnya terlampau banyak mengandung alkohol. Bukan saya saja yang bilang kualitas produknya tidak oke. Kalian bisa cari review-review produk Oriflame di internet yang di tulis baik oleh orang Indonesia atau orang luar negeri. Kebanyakan dari mereka akan berkomentar produk bikin breakout, tidak memberi efek, tidak sesuai deskripsi, terlalu banyak kandungan alkohol, eyeshadow tidak pigmented, sering mendapat produk kadaluarsa (karena stok produk dirotasi dari satu tempat ke tempat lain jika tidak laku), terdapat paraben, dll. Bahkan ada yang menulis lipstick Oriflame yang seharga 200 ribuan rupiah kualitasnya setara dengan lipstick Revlon di harga 30 ribu hingga 40 ribuan (bahkan mungkin Revlon lebih baik). Anda tentu tahu bahwa prodouk-produk Biore, Pond’s, Clean and Clear yang notabene adalah produk drugstore (yang dapat ditemui di pasaran secara mudah) kualitasnya tidak jelek. Harga jualnya dimulai dari beberapa ribu rupiah saja, namun bayangkan jika sabun pembersih muka Pond’s ukuran 100 gram seharga 20 ribuan rupiah tiba-tiba dijual seharga 50 ribuan atau 80 ribuan rupiah. Dengar-dengar, salah satu produk terlaris di Oriflame itu Tender Care Protecting Balm yang seharga Rp 39.000 dengan ukuran 15 ml. Ya saya tahu, ini dalam satuan ml, tapi sila ditimbang berat netto produknya berapa. Mungkin hanya sekitar beberapa gram saja. Pot produknya kecil sekali! Ayah saya pernah beli dan saya tidak aware produk apa dan untuk apa kala itu. Sepertinya sih ditawarin teman kantornya and he just said yes.  

 

Oriflame Tender Care Lip Balm (source)

 

Yang saya sebutkan di atas adaah produk dari line tender care di Oriflame yang paling murah. Ada pula yang harganya dikhususkan untuk dipakai dibibir dengan packaging berupa lipstick sehingga mudah diaplikasikan, yang diberi nama Oriflame Beauty Wonder Balm. Rupa dan fungsi sama seperti lip balm merek pasaran seperti Nivea, Vaseline, Mentholatum, dl. Harganya dahsyat sekali, Rp 89.000! That’s just WOW for me menimbang bahwa berat nettor produk hanya 4 gram dan bahan bakunya (ingredients) sangat umum sekali seperti yang ada di lip balm merek lain dengan harga eceran belasan hingga dua puluh ribuan rupiah saja.

Oriflame Beauty Wonder Balm (source)  

Oriflame Beauty Wonder Balm: Lip balm yang melindungi dan melembapkan bibir, mengandung ekstrak aloe vera yang nyaman dipadukan dengan vitamin A dan E. Tambahan ekstrak mutiara memberi efek berkilau pada bibir.

 

Jangan memarahi saya ya para member Oriflame! Bahkan para Indonesian Beauty Bloggers (yang ada pula didalamnya member Oriflame) menulis kurang lebih yang intinya, “This product turns me off”.

Fungsi Oriflame Tender Care, teksturnya, dan (mungkin) bahan bakunya mirip sekali dengan Vaseline Petroleum Jelly. Di USA, Vaseline Petroleum Jelly ukuran 49 gram dijual seharga USD 2.49 atau sekitar Rp 28.000 (dengan kurs saat saya menulis –sedang tinggi–). Kalau di India, mereka juga memproduksi Vaseline Petroleum Jelly di India, harga pasarannya sekitar USD 1 saja (ukuran 49.6 gram). Produk ini di Indonesia memang belum beredar secara resmi (atau didistribusikan langsung oleh Unilever), namun banyak orang-orang yang mengimpor langsung dari USA, India, Thailand, KSA, dan Singapore dengan harga dimulai dari Rp 35.000 saja untuk ukuran 49,6 gram. Mungkin jika Unilever sudah secara resmi memproduksi dan atau mengedarkan di Indonesia, harga jual ecerannya bisa dimulai hanya dari Rp 16 ribuan.

 

Vaseline Petroleum Jelly (source)

Jadi, kenapa produk yang kualitasnya biasa-biasa (bahkan ada yang jelek banget) saja tapi dijual dengan harga tetap ada yang beli? Menurut pengamatan saya, berikut adalah orang-orang yang bersedia beli produk Oriflame (dan sila tanya pada diri Anda sendiri apakah hasil pengamatan saya benar):

Orang yang baru belajar makeup dan baru tau Oriflame. Orang yang baru mengenal makeup atau produk perawatan tubuh biasanya tidak tahu produk apa yang bagus dan berapa harga pasarannya. Tidak dipungkiri pula semua orang suka coba-coba atau icip-icip produk lain meskipun produk merek lain dirasa sudah cocok. Biasanya, setelah melakukan pembelian pertama atau kedua, orang-orang di kategori ini tidak akan melakukan pembelian ulang atau repurchase. Mereka baru sadar harganya terlalu mahal.

Keluarga atau teman dari member Oriflame (member yang menjalankan sistem 'bisnis’ sukses plan Oriflame). Biasanya karena tidak enak hati dan kasian.

Member Oriflame itu sendiri. Beli produk karena harus tutup poin. Kalau tidak tutup poin, tidak bisa dapat bonus.

Penutup

Tidak terasa saya sudah menulis panjang lebar, meskipun demikian masih banyak hal yang belum terungkapkan. Tanyakan pada diri sendiri apakah yakin dengan kehalalan sistemnya? Atau hanya berusaha mempercayai itu halal karena sudah terlampau nikmat godaan bonus yang masuk ke rekening setiap bulannya? Semua dikembalikan ke Anda pribadi masing-masing untuk memutuskan apakah akan tetap bertahan di 'bisnis’ ini atau tidak. Satu yang pasti, kita semua (saya dan Anda) janganlah sampai bersikap denial terhadap hukum Allah. Maksudnya apa?

Maksudnya, katakanlah dan akui haram jika memang haram. Katakanlah dan akui halal jika memang halal. Pacaran haram hukumnya haram dalam Islam. Terserah Anda jika ingin tetap pacaran toh dosanya ditanggung sendiri-sendiri. Namun jangan sampai meyakini bahwa pacaran itu halal dan berusaha meyakinkan orang lain untuk mendapat dukungan atas pembenarannya. Misal, Anda sudah tahu pacaran itu haram tapi tetap berusaha meyakini pacaran itu tidak apa-apa karena fungsinya untuk penjajakkan, dsb.

Baiklah, saya benar-benar harus menutup tulisan ini secepatnya. Secepatnya, sebelum saya dibilang orang yang negatif untuk dijauhi (karena pebisnis MLM itu katanya komunitas positif). Semoga saja penjabaran-penjabaran saya di atas mudah dipahami dengan analogi-analogi sederhana yang saya berikan, karena biasanya yang saya temukan di blog-blog lain hanya sebatas copy paste.

Niat dasar MLM berupa tolong-menolong itu baik, tapi konsep tolong menolong yang dijalankan MLM salah. Yang benar adalah prinsip tolong-menolong dalam koperasi. Koperasi sebenar-benarnya koperasi ya, yang syariah dan bukan koperasi bodong.

Seperti perokok, seperti pemusik, sampai kapanpun akan tetap mencari pembenaran untuk mengatakan rokok dan musik tidaklah haram. Akhir kata, jikalau halal dan haramnya hukum sistem MLM masih menjadi perdebatan dan membuatmu ragu, bukankah Rasulullah menyuruh kita untuk meninggalkan hal yang meragukan?

Dari Al Hasan bin Ali bin Abi Thalib, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tinggalkan yang meragukan kepada apa yang tidak meragukanmu”.

Berikut link-link bacaan yang berguna, yuk dibaca juga!

http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol19214/bonus-tak-dibayar-jaringan-dicomot-perusahaan-mlm-digugat

http://mui.or.id/mui/homepage/berita/berita-singkat/mui-mayoritas-mlm-tak-terjamin-kehalalannya.html

http://darussunnah.or.id/artikel-islam/muamalah/hukum-multi-level-marketing-mlm/

http://jacksite.wordpress.com/2007/07/25/akhirnya-mlm-halal-dalam-islam/

Khusus untuk yang ini, perhatikan hanya komentar-komentar pengunjung artike di blog-nya ya http://mutiarailliyyin.blogspot.com/2011/12/hukum-syari-bisnis-mlm-oriflame.html

http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/hukum-mlm.html

http://zaharuddin.net/pelaburan-&-perniagaan/222-multi-level-marketing-menurut-shariah.html  

http://zaharuddin.net/senarai-lengkap-artikel/38/262-multi-level-marketing–shariah-view.html

http://www.abigmessage.com/saudi-arabia-%E2%80%93-multi-level-marketing-is-described-as-haram.html

http://en.islamtoday.net/artshow-406-3359.htm

http://www.arabnews.com/node/270508

http://islamqa.info/en/42579

Search saja di Google dengan keywords الحكم الشرعي في نظام التسويق المباشر المتعدد الطبقات  kemudian hasilnya diterjemahkan memakai Google Translate

Kesempurnaan hanya milik Allah, kebenaran datangnya dari Allah

wallahualam bissawab

 

Note:

All images are courtesy of the owners. If you click the image, it will take you where it belongs to.