Israel Akui Serangan Udara 2007 Atas Fasilitas Nuklir Suriah

Foto yang dirilis oleh militer Israel menunjukkan fasilitas yang diyakini lokasi reaktor nuklir yang dihancurkan Israel, di wilayah Deir el-Zour, 450 kilometer (sekitar 300 mil), di barat laut Damaskus, Suriah. Militer Israel, Rabu (21/3), membenarkan pihaknya melakukan serangan udara pada 2007 di Suriah untuk menghancurkan fasilitas yang diyakini sebagai reaktor nuklir. (IDF via AP)

Militer Israel, Rabu (21/3), membenarkan pihaknya melakukan serangan udara pada 2007 di Suriah yang menghancurkan fasilitas yang diyakini sebagai reaktor nuklir, Associated Press melaporkan. Pengakuan ini mengungkap tabir kerahasiaan salah satu operasi yang paling berani dan misterius baru-baru ini.

Pasukan Pertahanan Israel (IDF) merilis video kokpit dan foto yang konon menunjukkan serangan itu.

Kantor berita Associated Press tidak bisa memverifikasi secara independen video atau gambar yang dirilis oleh IDF itu.

Meskipun Israel diyakini berada di balik serangan udara 6 September 2007 tersebut, Israel belum pernah terang-terangan mengakuinya.

Dalam rilis yang panjang, militer Israel mengungkapkan bahwa delapan jet tempur F-15 melakukan serangan udara rahasia terhadap fasilitas di wilayah Deir el-Zour, 450 kilometer barat laut Damaskus, menghancurkan sebuah lokasi yang telah dibangun selama bertahun-tahun dan dijadwalkan mulai beroperasi pada akhir tahun itu.

Keterlibatan Israel menjadi salah satu hal yang paling dirahasiakan dan tidak jelas mengapa sekarang Israel memutuskan untuk mengungkapnya.

Uzi Rabi, Direktur Pusat Studi Timur Tengah dan Afrika, Moshe Dayan Centre dari Tel Aviv University mengatakan "mempublikasikan fakta bahwa Israel berada di balik serangan pada t2007 di Suriah dimaksudkan atau ditujukan kepada Iran atau agar sampai ke telinga Iran."

“Pada dasarnya, apa yang dilakukan Iran di Suriah adalah memperluas infrastruktur militernya, dan Israel setelah menyadari bahwa hal itu dengan cepat mendekati garis bahaya, berusaha untuk mempublikasikan apa yang harus dipublikasikan sebagai semacam tanda peringatan kepada Iran," kata Uzi Rabi menambahkan. [my/ds]