Lihat ke Halaman Asli

rezza widia utami

informasi sangat penting!

Dampak COVID-19 bagi Pendidikan dalam perspektif sosiologi

Diperbarui: 3 April 2020   00:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Virus Corona COVID-19  saat ini telah berdampak bagi seluruh masyarakat dan bagi sektor pendidikan di Indonesia. hal ini telah diakui oleh (UNESCO) pada kamis (5/3) bahwa wabah Virus Corona telah berdampak terhadap sektor pendidikan. hampir 300 juta siswa terganggu kegiatan sekolahnya diseluruh dunia dan mengancam hak-hak pendidikan mereka di masa depan. Sejak Presiden Joko widodo  mengumumkan kasus pertama COVID-19 di Indonesia pada (2/3), Jokowi mengimbau masyarakat untuk mengurangi aktivitas diluar rumah demi menekan penyebaran virus corona COVID-19 di Indonesia. “saatnya kita kerja dari rumah, belajar dari rumah, ibadah di rumah” ujar jokowi dalam konferensi pers di istana bogor, jawa barat Minggu (15/3).

Jokowi meminta masyarakat Indonesia untuk melakukan social distancing untuk mencegah penyebaran Virus Corona. Upaya untuk mencegah, menahan, atau memperlambat penularan corona yaitu dengan social distancing. kebijakan social distancing kelihatannya belum sepenuhnya dipahami secara baik oleh masyarakat sebagai strategi pencegahan penyebaran Covid-19. Karena, sekalipun Covid-19 sangat meresahkan masyarakat terkait dengan kesehatan dan keselamatan diri, namun ikatan relasi sosial masih lebih kuat dalam perspektif masyarakat. Peran dari perspektif interaksionis simbolik dalam social distancing dapat dilihat pada perilaku masyarakat, di mana istilah social distancing menjadi sulit  diterapkan. karena masyarakat kebiasaan dalam kebersamaan, kerja sama, solidaritas, dan bentuk dari interaksi sosial lainnya terutama pada daerah perdesaan.

Sejak diberlakukannya Social distancing memberi dampak bagi pendidikan. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim mendukung kebijakan pemerintah daerah untuk meliburkan sekolah karena penyebaran virus corona yang semakin mengkhawatirkan. “Dampak penyebaran COVID-19 akan berbeda dari satu wilayah dengan wilayah lainnya. Kami mendukung kebijakan (meliburkan sekolah) yang diambil pemda,” ujar Nadiem seperti dikutip Antara, Minggu (15/3).

menurut perspektif  sosiologi Untuk belajar dirumah sudah tepat dilakukan dalam kondisi seperti saat ini. karena  Dalam Ilmu Sosiologi, interaksi antar manusia itu tidak harus bertemu langsung, tidak harus bersentuhan atau bertatap muka langsung. Interaksi bisa melalui media cetak, teknologi dan media sosial. oleh karena itu, Instansi pendidikan mengalih pertemuan kelasnya dengan pertemuan daring ataupun tugas rumah guna meminimalisir pertemuan satu sama lain disuatu ruangan yang sama dalam jarak yang dekat serta menghindari kerumunan. Persekolahan mengganti pertemuan kelas dengan pemberian tugas rumah kepada murid, pemberian tugas bertujuan agar murid belajar dirumah. Sedangkan di perguruan tinggi, mengalih pertemuan kelasnya dengan pertemuan daring dan tugas daring. covid-19 Sebagai gejala sosial, kontak sosial menggunakan kontak sekunder yaitu menggunakan perantara melalui teknologi dalam pertemuan kelasnya, sebisa mungkin dapat memanfaatkan teknologi dalam pertemuan pembelajaran secara online dengan baik . 

permasalahan sosial covid 19 ini menurut teori intraksi simbolis, yaitu teori labelling theory suatu kondisi sosial didalam masyarakat dikatakan bermasalah/adanya pelabelan. kondisi pandemi wabah covid-19 saat ini sebagai suatu masalah internasional. dan pada faktanya memang permasalahan virus corona membuat suatu kondisi masyarakat menjadi sangat menghawatirkan. masyarakat melabel permasalahan covid-19 ini adalah permasalahan yang sangat serius karena keadaan covid-19 berstatus darurat bencana non-alam oleh BNPB diperpanjang hingga tanggal 29 Mei 2020. 

permasalahan sosial yang diakibatkan covid-19 dirasakan oleh masyarakat terutama para siswa dan mahasiswa terkait belajar dirumah, para siswa mengeluh akan belajar dirumah dipenuhi dengan tugas rumah yang diberi oleh masing-masing guru terlalu banyak, sedangkan mahasiswa mengeluhkan bahwa pertemuan daring banyak terkendala oleh jaringan Web, teknologi yang kurang memadai, hingga sinyal. Selain itupula kurang efektifnya belajar dirumah karena mereka belajar otodidak(sendiri), banyak orang tua yang tidak bisa mengajari materi yang ada dibuku, hanya bisa membimbing anaknya saja. 

Tujuan belajar dirumah tidak berjalan dengan baik, maka timbulah berbagai masalah, seperti Banyak para siswa yang menyalahgunakan belajar dirumah untuk bermain game online di warnet, berbelanja, dan bermaen ketempat-tempat keramaian, yang berdampak pada munculnya  masalah sosial baru akibat dari penyalahgunaan belajar dirumah untuk melakukan hal-hal yang tidak taat akan sosial distancing. Untuk mengupayakan keefektifan belajar dirumah, terkait hal itu pemerintah bersosialisasi dan menindak tegas bagi siswa yang ketauan tidak belajar dirumah, seperti siswa bermaen game online di warnet, remaja belanja di mall dan membuat kerumunan. pemerintah meminta untuk penutupan warnet, hingga mengatur pengoperasian jam buka tempat-tempat keramaian seperti tempat perbelanjaan, dan hiburan. Proses Interaksi yang melibatkan anak dan remaja dalam kajian Sosiologi disebut proses sosialisasi. Sosialisasi lembaga pemerintah melalui kegiatan yang bertujuan pelajar dan remaja mematuhi himbauan pemerintah yaitu harus mematuhi kaidah social distancing yang berlaku didalam masyarakat ditengah wabah virus corona seperti ini. Tujuan pokok adanya sosialisasi itu bukanlah semata-mata agar social distancing itu dapat dimengerti tetapi lebih dari itu agar bersikap dan bertindak sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh pemerintah. harus dipatuhi oleh seluruh masyarakat dalam semua kalangan masyarakat agar  menghargai aturan social distancing.

Dampak virus corona berdampak pada Ketertundaan Semua Agenda kegiatan yang ada, baik di sekolah maupun di perguruan tinggi seperti tugas mahasiswa dalam pengabdian masyarakat tidak dapat dilakukan karena guna meminimalisir pertemuan dalam jarak yang dekat serta mengikuti himbauan pemerintah untuk menghindari kerumunan/membuat kerumunan, maka segala agenda kegiatan yang sudah direncanakan harus ditunda dalam beberapa waktu yang tidak dapat ditentukan. Penundaan/Pembatalan agenda kegiatan sangat  baik dilakukan dalam situasi dan kondisi saat ini yang sangat menghawatirkan. Kita sebagai warga yang baik harus patuh dalam aturan yang dibuat oleh pemerintah dalam upaya pencegahan penularan Virus Corona.  

Virus Corona juga berdampak bagi pelaksanaan UN 2020. Presiden Jokowi dalam Rapat Terbatas yang diselenggarakan pada Selasa (24/3) bersama menteri terkait, sudah ketok palu. Hasilnya pemerintah mengumumkan Ujian Nasional (UN) di tahun ini resmi ditiadakan. Mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga setingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Langkah tersebut diambil sebagai bagian dari sistem respons pandemi COVID-19, yakni dalam rangka memprioritaskan keselamatan dan kesehatan rakyat. menurut masyarakat pembatalan dalam pelaksanaan UN 2020 tidak menjadi masalah karena 2019 memang pemerintah memang merencanakan penghapusan UN sehingga mayarakat merespon baik dalam penghapusan UN 2020. 

Opsi untuk mengganti UN ada dua, melakukan Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) secara online atau menerapkan metode kelulusan dengan menimbang nilai kumulatif siswa selama belajar di sekolah. Karena belum final, Kemdikbud masih akan terus berkoordinasi dengan Presiden Jokowi untuk mengeluarkan kebijakan terkait penggantian UN.

Menurut masyarakat dalam lingkungan sekolah yaitu  para  siswa, guru dan seluruh individu dalam instansi dengan ditiadakannya UN dirasa memiliki keluh kesah tersendiri yang dirasakan. seperti perspektif  siswa, disatu sisi siswa merasa sedih karena siswa telah melakukan banyak persiapan-persiapan terkait akan dilaksanakannya UN dan ternyata ditiadakan. Di sisi lain, siswa merasa senang karena UN ditiadakan. walaupun UN ditiadakan, opsi pengganti UN yaitu USBN online, sebagian sisiwa kurang setuju karena setiap siswa memiliki kendala tersendiri untuk USBN online seperti jaringan dirumah masing-masing yang kurang bagus, teknologi yang tidak memadai seperti siswa tidak memiliki laptop, hingga tidak memiliki kuota internet. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline