Lihat ke Halaman Asli

Darurat Seks Bebas pada Generasi Muda

Diperbarui: 21 Mei 2018   16:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang remaja perempuan, usia sekitar 14 tahun datang ke ruang poli rawat jalan tempat saya praktik pagi itu. Dia mengeluh terlambat haid selama kurang lebih sebulan terakhir. Setelah melalui beberapa wawancara dan pemeriksaan, saya memutuskan memeriksa air seninya untuk tes kehamilan. Sesuai dugaan saya, hasilnya positif. Remaja tersebut ternyata hamil.

Ini bukan kali pertama saya menjumpai kasus-kasus seperti itu. Bahkan bukan hanya saya, banyak rekan dokter lain menceritakan hal serupa. Sungguh miris mendengarnya.

Komnas Perlindungan Anak (KPAI) berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan melakukan survei di berbagai kota besar di Indonesia menyatakan sebuah data, "62,7% remaja di Indonesia melakukan hubungan seks di luar nikah." Ya, tepatlah bila dikatakan Indonesia memasuki masa darurat seks bebas.

Generasi muda kita tengah hanyut dalam arus "zaman now", pergaulan muda-mudi yang sangat akrab dengan seks bebas (hubungan seks sebelum menikah dan atau gonta-ganti pasangan seksual).

Mau disadari atau tidak, sesungguhnya suatu bahaya besar mengancam, bukan hanya bagi pribadi-pribadi pelaku itu,tapi secara lebih luas berdampak pada masyarakat dan bangsa. Kalau mau dirunut akar masalahnya, apakah yang sesungguhnya terjadi? Mengapa hal ini justru semakin marak?

Setidaknya ada tiga faktor saling mempengaruhi yang memberi sumbangsih besar terhadap makin maraknya seks bebas ini.

Pertama, faktor keluarga. Pola asuh dalam keluarga yang terlalu permisif atau sebaliknya terlalu keras, kurangnya interaksi dan komunikasi dalam keluarga, hausnya anak-anak akan kasih sayang dari orangtua, minimnya keteladanan, serta rendahnya nilai-nilai moral dan etika yang diajarkan terutama yang berkaitan dengan pendidikan seks usia remaja. Semua itu sangat berdampak terhadap tumbuh suburnya paham dan budaya seks bebas di kalangan generasi muda.

Anak-anak dan remaja yang dilahirkan dan besar dari keluarga yang demikian sangat rentan jatuh dalam pergaulan bebas. Ketika mereka tidak mendapatkan hak-haknya akan pengakuan, perhatian, kasih sayang, dan nilai-nilai yang benar, anak-anak dan remaja ini akan tergoda untuk mencarinya di luar.

Sementara tawaran di luar justru sebagian besar membawa pengaruh negatif, baik kasih sayang palsu dari orang yang salah hingga contoh yang keliru tentang nilai seksualitas.

Kedua, faktor lingkungan. Dunia sekitar kita sangat mengagungkan paham kebebasan seksual. Bahkan beberapa mengaitkan hal itu sebagai hak azasi setiap orang yang tidak boleh dibatasi. Memang hal ini menjelma nyata di berbagai bidang, termasuk pendidikan, budaya, seni, ekonomi, teknologi. Ditambah media baik surat kabar, radio, majalah, televisi, dan internet menjadi sarana mudah untuk makin menggaungkan paham dan nilai kebebasan seksual.

Lihat saja lagu-lagu yang sering kita dengar, bacaan remaja, dan film-film Barat bahkan film dalam negeri yang begitu sarat dengan muatan seksual. Belum lagi pornografi (yang berdampak merusak otak dan akhlak) makin mudah diakses melalui internet lewat gawai apa pun.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline