Rabu, 15 Mei 2024

Mencari Sosok Polisi Pejuang di Era Normal Baru

- Jumat, 3 Juli 2020 | 13:38 WIB
ILUSTRASI: Polri
ILUSTRASI: Polri

SEBELUMNYA perkenankan saya mengucapkan Dirgahayu Kepolisian Republik Indonesia yang ke-74. Yang patut kita dalam momen kali ini adalah tantangan di era normal baru.

Belum sdelesai perubahan zaman yang pesat ditandai dengan era 4.0, dan disrupsi, kita dihantam badai pandemi. Ini jelas butuh pendekatan-pendekatan yang berbeda.

Meski secara substansi, kejujuran, sikap hormat, disiplin, dan profesional harus terus terjaga. Pendekatan penanganan penegakan hukum, menjaga keamanan dsn ketertiban, melayani, mengayomi dan melindungi masyarakat tentunya akan jauh berbeda.

Era media sosial memungkinkan kontrol masyarakat makin kuat dan itu butuh penyaluran. Di sisi lain kontrol kelembagaan pada organisasi kepolisian belum terbangun dengan efektif dan efisien.

Tanpa ada saluran yang efektif dan efisien, sementara harapan masyarakat kepada kepolisian makin besar, tak menutup terjadinya penurunan kepercayaan. Bila ini diteruskan tak menutup munculnya pembangkangan sosial.

Kasus George Floyd dan Minnesota Police Departement di Amerika Serikat harus menjadi pelajaran bagi kepolisian kita. Kita merindukan sosok polisi pejuang seperti M Jasin yang memproklamasikan Pasukan Polisi Istimewa di Surabaya pada 21 Agustus 1945. Dan, bersama rakyat Surabaya melakukan perlawanan 10 November 1945 yang fenomenal.

Tak lupa pula R.S. Soekanto Tjokrodiatmodjo, bapak Polri. Pimpinan Djawatan Kepolisian Negara pertama yang ditetapkan tanggal 1 Juli 1946 dan kita peringati sebagai HUT Bhayangkara. Sosok inj pernah menolak instruksi Bung Karno yang akan memasukan Polri menjadi bagian ABRI di tahun 1959 dan memilih mengundurkan diri. Alasannya, masuknya Polri menjadi bagian ABRI akan mengganggu profesionalisme Polri.

Dan, tak bisa diabaikan adalah sosok kapolri jujur, Hoegeng Iman Santoso. Sampai--sampai presiden ke-4 Gus Dur menyebutnya sebagai satu-satunya polisi jujur di negeri ini. Sebab, dua yang lainnya adalah patung dan polisi tidur.

Mereka adalah sosok-sosok polisi pejuang yang tak berjarak dengan masyarakat. Tapi, selalu menjaga jarak dengan kekuasaan.

Di usia ke-74 tahun saat ini, idealisme sosok polisi semacam ini semakin pudar. Digantikan sosok polisi yg pragmatis di mata masyarakat.

Keberhasilan penegakan hukum masih sebatas angka dan penerapan pasal-pasal aturan yg terkadang tak menyentuh rasa keadilan. Anggaran yg sangat besar dan dukungan politik presiden bagi kepolisian tak membuat polri makin berbenah membangun organisasi yang profesional, modern, dan terpercaya.

Promoter masih sebatas jargon. Pengembangan organisasi kepolisian yang tampak tak lebih dari perubahan tipe satuan wilayah, dari B ke A, maupun peningkatan satuan yang dipimpin bintang 2 menjadi bintang 3.

Sebagai organisasi, belum bisa dikatakan profesional ketika tidak fokus pada tupoksinya. Banyak anggota polri yang menjabat di lembaga lain. Ini menunjukan manejemen sumber daya manusia di tubuh polri yang kedodoran sehingga perlu menugaskan anggotanya di luar institusi.

Akibatnya tak menutup adanya konflik kepentingan antara penegakan hukum sesuai tupoksi polri dengan kepentingan lembaga di luar polri. Polri seolah menjadi sosok polisi yg gendut, hedon, dan menyebalkan. Bukan menjadi sosok yg makin bijak, sigap, dan dewasa.

Era reformasi yang diharapkan membuka peluang Polri menjadi lebih profesional malah berubah makin pragmatis. Pembangunan organisasi Polri dengan postur anggaran yang sangat besar seolah hanya membuat organisasi jadi kian gendut dan makin tak lincah. Padahal, tantangan di era disrupsi dan pandemi saat ini sangat berat.

Visi founding father yang tercermin dalam motto Rastra Sewakotama yang artinya Abdi Utama bagi Nusa Bangsa tentunya tak lekang oleh zaman. Dan, jangan sampai direduksi menjadi abdi utama penguasa.

Rezim boleh berubah, tetapi kebutuhan akan sosok Polri yang yang tak berjarak dengan masyarakat harus tetap ada. Selamanya. (*)




*) Pengamat kepolisian Institute for Security and Strategic Studies

 

Saksikan video menarik berikut ini:

 

https://www.youtube.com/watch?v=djlCZv8xfbo

 

https://www.youtube.com/watch?v=WUIldi51AVA

 

https://www.youtube.com/watch?v=32DSDLb5Y4k

Editor: Ilham Safutra

Tags

Konten berikut adalah iklan platform Geozo, media kami tidak terkait dengan materi konten ini.

Terkini

Tak Terjebak Ilusi Artificial Intelligence

Jumat, 10 Mei 2024 | 14:31 WIB

UKT dan Akses Pendidikan Tinggi

Selasa, 7 Mei 2024 | 09:42 WIB

Mengurai Sengkarut Bansos di Arena Pilpres

Kamis, 2 Mei 2024 | 21:31 WIB

Pemenang Pemilu 2024 Adalah Plutokrasi

Rabu, 24 April 2024 | 11:21 WIB

Hadirnya Oposisi Menjaga Keutuhan Negeri

Rabu, 24 April 2024 | 11:09 WIB

Tolak All-Male Panel, Perjuangkan Pakar Puan

Senin, 22 April 2024 | 13:03 WIB

Melindungi Konsumen, Memberantas Rokok Ilegal

Senin, 22 April 2024 | 12:52 WIB

Waspada Politik Kartel

Senin, 22 April 2024 | 12:47 WIB

Kembalikan Demokrasi pada Fitrahnya!

Senin, 22 April 2024 | 12:41 WIB

Idul Fitri dan Moralitas Bernegara

Senin, 22 April 2024 | 12:35 WIB

Lengah Picu Dampak Buruk DBD

Senin, 22 April 2024 | 12:32 WIB

Koruptor Tambang Adalah Teroris Ekologis

Jumat, 5 April 2024 | 10:43 WIB

Berpikir (Tidak) Merdeka di Kurikulum Merdeka

Kamis, 4 April 2024 | 11:39 WIB

Gencatan Senjata Gaza: Repetisi Afsel?

Kamis, 4 April 2024 | 11:33 WIB

Sengketa Pilpres Menggoyang Rupiah

Kamis, 4 April 2024 | 11:21 WIB

Meneguhkan Legasi Mahkamah Konstitusi

Kamis, 4 April 2024 | 11:11 WIB