Jumat, 10 Mei 2024

4 Fakta Mengejutkan Dalam Aksi Super Damai 212, Ada yang Carter Pesawat

- Sabtu, 3 Desember 2016 | 06:51 WIB
Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla bersama sejumlah menteri hendak mendatangi area aksi Damai 212 di Monas, Jumat (2/12)
Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla bersama sejumlah menteri hendak mendatangi area aksi Damai 212 di Monas, Jumat (2/12)

Banyak cerita menarik di balik dahsyatnya aksi doa bersama di lapangan Monas, Jakarta, kemarin (2/12). Mulai jamaah yang rela long march ratusan kilometer atau bahkan mencarter pesawat hingga salat Jumat di bawah guyuran hujan deras. 




  1. Berikut 4 hal mengejutkan selama aksi 212:



---



1. Long march 250 kilometer



Sekitar 2.000 santri Pondok Pesantren Miftahul Huda II dan ratusan anggota ormas melakukan long march dari kampung halamannya di Ciamis, Jawa Barat, menuju Jakarta. 



Jarak 250 km itu mereka tempuh dengan berjalan kaki 4 hari 4 malam. Sudah barang tentu sangat melelahkan. Meski begiru mereka tetap bersemangat saat menjawab pertanyaan Ustad Erick Yusuf di belakang panggung aksi super­damai 2 Desember (212) di Monas itu. 



Bahkan, kalimat takbir berkali-kali dia teriakkan. "Allahu Akbar, Allahu Akbar," pekiknya diikuti jamaah yang berdiri di sekitarnya. 



Semangat para santri dari Ciamis tersebut telah menginspirasi jamaah lain dari berbagai penjuru tanah air yang mengikuti aksi doa bersama itu. Sebab, ketua Yayasan Miftahul Huda II, Ciamis, Jawa Barat, tersebut datang ke Jakarta dengan cara tidak lazim. Jalan kaki! 



Ya, aksi jalan kaki itu merupakan hasil rapat komunitas pesantren Ciamis seminggu sebelum kegiatan doa bersama dan salat Jumat di Monas dilaksanakan. Cara tersebut ditempuh setelah kepolisian melarang jamaah menuju ibu kota dengan menggunakan angkutan umum seperti bus, truk, atau kendaraan pribadi. 



Rencana long march sejauh 250 kilometer itu kemudian di-share di media sosial Facebook. Tak terduga, responsnya luar biasa. "Dalam sekejap ada sekitar 18.000 orang yang berniat untuk bergabung. Kalau itu terjadi, pasti akan jadi isu nasional, bahkan dunia," ungkap Nonop salah satu peserta long march



Setelah disaring, hanya 3.500 orang yang dianggap layak mengikuti long march. Mayoritas merupakan santri dan anggota ormas Islam berusia 17-18 tahun di Ciamis. Sejak berangkat Senin (28/11), peserta berjalan kaki mulai pukul 06.00 sampai 23.00. Mereka mengenakan pakaian serbaputih dan ikat kepala serta membawa bekal secukupnya. "Sesuai kesepakatan, setiap 30 kilometer kami berhenti di pos untuk istirahat," cerita dia. 



 



2. Menyewa pesawat



Cara tidak biasa juga dilakukan peserta aksi 212 asal Payakumbuh, Sumatera Barat. Rombongan umat muslim dari tanah Minang itu menyewa dua pesawat, yakni Lion Air dan Sriwijaya Air, tujuan Jakarta. Mereka memilih menggunakan pesawat karena ada larangan bagi para pemilik bus untuk memberangkatkan peserta aksi. "Kami dari Padang carter pesawat," ujar Irfianda Abidin, koordinator rombongan Sumatera Barat, saat berorasi di kawasan Patung Kuda Indosat, Jakarta.



Moda transportasi pesawat juga menjadi pilihan rombongan peserta dari Palu dan Poso, Sulawesi Tengah. Namun, karena jumlah massa yang tidak begitu banyak, mereka tidak harus mencarter pesawat. Di antara rombongan forum Islam Poso yang berangkat ke Jakarta itu terdapat anggota kelompok Mujahidin Poso. "Komandan Mujahidin Poso juga ikut," ujar Firman, peserta aksi asal Poso.

Halaman:

Editor: Thomas Kukuh

Tags

Konten berikut adalah iklan platform Geozo, media kami tidak terkait dengan materi konten ini.

Terkini

Bawa Panah, 19 Remaja Tawuran di Jakbar

Kamis, 9 Mei 2024 | 21:13 WIB