Sampah plastik di Samudera Pasifik ‘meningkat drastis’

Sumber gambar, The Ocean Cleanup

Keterangan gambar, Jaring ikan yang terbuat dari plastik merupakan bagian dari sampah plastik yang diangkut dari Samudera Pasifik.

Kumpulan sampah plastik yang mengambang di Samudera Pasifik meningkat drastis, sebut perkiraan sebuah kajian saintifik.

Kajian The Ocean Cleanup Foundation memperkirakan sekitar 80.000 ton plastik berada di 'Area Sampah Pasifik Raya' yang membentang antara California dan Hawaii, Amerika Serikat.

Jumlah itu 16 kali lipat dari yang sebelumnya dilaporkan. Memperkuat kajian itu, sebuah kapal yang berada di tengah-tengah area sampah menarik jumlah sampah plastik terbanyak yang pernah dicatat.

"Konsentrasi plastik meningkat. Saya pikir situasinya bertambah parah," kata Laurent Lebreton kepala kajian lembaga The Ocean Cleanup Foundation di Delft, Belanda.

"Ini benar-benar menyoroti pentingnya beraksi menghentikan arus masuk sampah ke laut dan juga menempuh langkah-langkah membersihkan kekacauan yang ada," sambungnya.

Studi yang dimuat dalam jurnal ilmiah Sceintific Reports itu menyebutkan sampah berakumulasi di lima area di lima samudera. Area terbesar ada di antara Hawaii dan California.

Para peneliti menggunakan kapal dan pesawat untuk memetakan area ini di Pasifik Utara—lokasi yang memiliki arus air berputar dan angin sehingga menyebabkan berbagai macam benda, termasuk plastik, rumput laut, dan planton, menyatu.

Upaya pemetaan selama tiga tahun menunjukkan polusi plastik "meningkat signifikan dan dalam laju yang lebih cepat dari perairan di sekitarnya", kata tim kajian internasional.

Sumber gambar, Ocean Cleanup Foundation

Keterangan gambar, Beberapa sampah plastik yang diangkut.
Lewati Podcast dan lanjutkan membaca
Investigasi: Skandal Adopsi

Investigasi untuk menyibak tabir adopsi ilegal dari Indonesia ke Belanda di masa lalu

Episode

Akhir dari Podcast

Dari kumpulan sampah yang mengapung di area seluas 1,6 juta kilometer per segi, 8% di antaranya merupakan mikroplastik.

Kemudian, dari 1,8 triliun kepingan plastik, beberapa di antaranya lebih besar dari mikroplastik, termasuk jaring pemancingan, mainan, dan bahkan tempat duduk toilet.

Erik van Sebille dari Universitas Utrecht, yang tidak terlibat dalam kajian ini, mengatakan jumlah temuan plastik itu sangat "menakjubkan".

"Walau perkiraan muncul dalam kisaran besar yang tidak pasti, kajian itu melaporkan jumlah plastik yang menakjubkan. Mereka juga menemukan bahwa Area Sampah bergerak lebih banyak dari diperkirakan siapapun," ujarnya.

Penggunaan survei melalui udara, serta kapal, mungkin bisa menjelaskan mengapa perkiraan terbaru lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya. Peningkatan kadar polusi plastik mungkin juga disebabkan perbedaan waktu ketika kajian sebelumnya dilakukan.

Setelah gempa dan tsunami melanda Jepang 2011 lalu, plastik banyak yang hanyut ke lautan. Bahkan, sampah yang berkaitan langsung dengan insiden itu mencapai 20% dari jumlah sampah yang beredar di laut selama beberapa tahun terakhir, sebagaimana dikutip kajian tersebut.

Sumber gambar, Ocean Cleanup Foundation

Keterangan gambar, Modelled mass concentration of plastic in the area

Apa temuan kajian itu?

  • 99,9% dari serpihan di area di Pasifik merupakan plastik
  • Sedikitnya 46% sampah plastik mencakup jaring pemancingan. Kemudian tiga perempat dari sampah plastik yang berukuran lebih besar dari 5cm meliputi plastik keras, lembaran plastik, dan film.
  • Meskipun sebagian benda besar telah hancur berkeping-keping, para peneliti mampu mengenali serpihan kecil, termasuk wadah, botol, penutup, tali, jaring ikan, dan tali untuk paket.
  • Sebanyak 50 benda dalam sampel yang ditarik dari laut dapat terbaca kapan diproduksi. Ada satu benda dari 1977, tujuh dari 1980-an, 17 dari 1990-an, 24 dari 2000-an, dan satu dari 2010.
  • Hanya serpihan jenis tertentu yang cukup tebal sehingga mampu mengapung dan berakumulasi di area tersebut, termasuk polyethylene dan polypropylene yang kerap digunakan untuk paket.

Sumber: Scientific Reports

Setiap tahun jutaan ton plastik hanyut ke lautan. Beberapa di antaranya hanyut ke arus sirkulasi samudera, yang dikenal dengan sebutanm gyre. Begitu terperangkap dalam gyre, plastik akan pecah menjadi mikroplastik, yang kemudian dicerna makhluk hidup di laut.

Pesan dari kajian ini jelas, kata Laurent Lebreton.

"Kembali lagi dari bagaimana kita menggunakan plastik," ujarnya.

"Kita tidak akan bisa lepas dari plastik, menurut pendapat saya itu sangat berguna di bidang medis, transportasi, dan konstruksi. Namun, kita harus mengalihkan cara kita memakai plastik, khususnya mengena i plastik sekali pakai dan benda-benda yang umur pakainya sangat pendek."