Covid-19: Presiden Brasil terkena corona dan pernyataan kontroversialnya, 'hanya flu ringan' hingga 'semua orang pasti mati'

Sumber gambar, Reuters

Keterangan gambar, Bolsonaro menemui pendukungnya (03/05), mengabaikan aturan pembatasan sosial dengan berjabat tangan dan mengambil foto dengan orang-orang.

Sejak awal pandemi virus corona, Presiden Brasil Jair Bolsonaro meremehkan ancaman yang ditimbulkan oleh Covid-19, meskipun penyebaran penyakit yang cepat di negaranya telah menewaskan lebih dari 65.000 orang dan menginfeksi lebih dari 1,6 juta jiwa hingga 6 Juli lalu.

Bolsonaro juga secara terbuka membuat komentar yang bertentangan dengan pedoman yang dikeluarkan oleh otoritas kesehatan, dan telah berulang kali mencemooh rekomendasi kesehatan seperti jarak sosial.

Selasa ini (09/07), Presiden Bolsonaro mengumumkan dalam konferensi pers bahwa ia positif untuk Covid-19.

Berikut adalah beberapa pernyataan paling kontroversial dari presiden Brasil itu tentang pandemi:

"Berlebihan"

Dalam salah satu komentar publik pertamanya tentang penyakit itu, pada 9 Maret, selama kunjungan ke AS, presiden Bolsonaro mengatakan bahwa media melebih-lebihkan tingkat keparahan Covid-19.

Sumber gambar, Reuters

Keterangan gambar, Presiden Bolsonaro menyebut Covid-19 sebagai flu ringan.

"Ada juga masalah virus corona, yang, menurut saya, terlalu dibesar-besarkan, kekuatan destruktif dari virus ini," kata presiden sayap kanan itu di sebuah acara di Miami.

Beberapa hari kemudian, lebih dari 20 pejabat tinggi pemerintah federal dinyatakan positif mengidap virus corona, termasuk orang-orang yang merupakan bagian dari rombongan presiden selama perjalanan ke Amerika.

'Flu ringan'

Dua minggu kemudian, ketika beberapa negara di dunia sudah menerapkan karantina wilayah, presiden mengkritik penutupan sekolah dan bisnis.

Bolsonaro juga menyebut virus itu sebagai penyebab "flu ringan" dan mengatakan dia tidak takut terinfeksi.

Sumber gambar, Reuters

Keterangan gambar, Bolsonaro dan Trump membuat pernyataan-pernyataan kontroversial mengenai Covid-19.

"Setelah ditusuk, bukan flu kecil yang akan menjatuhkan saya," kata presiden, merujuk pada insiden penusukan yang dia alami menjelang pemilihan presiden 2018.

Bolsonaro mengatakan "orang dengan riwayat atletis seperti saya" tidak akan merasakan apa-apa jika mereka tertular virus - paling buruk, mereka akan merasakan flu ringan, katanya.

Pemimpin sayap kanan itu sempat berada di bawah tekanan untuk mengungkapkan apakah dia menderita penyakit itu, setelah lebih dari 20 anggota rombongannya dalam kunjungan resmi ke AS didiagnosis positif Covid-19.

Pada tanggal 19 April, Bolsonaro bergabung dengan demonstrasi lain yang menuntut diakhirinya karantina wilayah di luar markas tentara di ibukota, Brasilia.

Selama pidatonya, dia batuk.

'Orang lain akan terpukul lebih keras dibanding kita'

Bolsonaro mengklaim bahwa Brasil akan terhindar dari pandemi terburuk, karena tidak memiliki populasi usia lanjut yang besar dibandingkan dengan negara lain.

"Orang lain akan 'terpukul lebih keras' dari kita. Populasi Eropa lebih tua dari kita," katanya.

Pada 8 Juli, hanya AS yang memiliki lebih banyak jumlah infeksi dan kematian akibat Covid-19 dibandingkan Brasil.

'Masuk rumah sakit dan rekam'

Pada 12 Juni, Bolsonaro secara kontroversial meminta para pendukungnya untuk memasuki rumah sakit dengan kamera untuk memantau jumlah pasien di unit perawatan intensif.

Presiden secara terbuka mempertanyakan laporan bahwa sistem kesehatan masyarakat Brasil kerepotan karena tingginya jumlah kasus Covid-19.

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar, Presiden meminta pendukungnya masuk ke rumah sakit dan merekam keadaan di sana.

"Temukan cara untuk masuk ke rumah sakit dan rekam videonya," katanya dalam siaran langsung.

"Kita perlu menunjukkan apakah ranjang rumah sakit itu digunakan atau tidak."

Otoritas medis mengkritik permintaan presiden, dengan alasan bahwa itu dapat membahayakan nyawa.

'Kita semua akan mati suatu hari'

Masih di bulan Maret, Bolsonaro berpendapat bahwa hanya orang dengan kesehatan yang rapuh yang harus diisolasi.

Presiden tampil di hadapan publik berkali-kali tanpa memperhatikan jarak sosial yang aman.

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar, Bolsonaro terlihat jarang memakai masker.

"Ini adalah kenyataan, virus ada di sana. Kita harus menghadapinya, tetapi menghadapinya seperti seorang lelaki. Tidak seperti anak kecil," katanya dengan nada menantang.

"Ini hidup. Kita semua akan mati suatu hari nanti."

'Lalu kenapa?'

Pada bulan April, jumlah kematian akibat Covid-19 di Brasil sudah melampaui China.

Ia berjabat tangan, bahkan mengambil foto dengan para pendukungnya pada rapat umum di Brasilia (03/05).

Ketika ditanya oleh seorang jurnalis tentang jumlah korban tewas, yang telah melebihi 5.000 (28/04), presiden mengatakan:

"Lalu kenapa? Saya minta maaf, (tapi) apa yang kamu ingin saya lakukan? Saya memang Mesias, tapi saya tidak bisa mendatangkan mukjizat." Ia merujuk pada nama tengahnya yakni Messias (Messiah dalam bahasa Portugis).

Kemudian presiden bertanya apakah ada yang merekam wawancara - dan menyatakan kesedihan atas kematian tersebut.

"Saya menyesali situasi yang kita alami akibat virus itu. Kami bersimpati dengan keluarga yang kehilangan orang yang mereka cintai, yang sebagian besar adalah orang tua."

Komentar "So what?" itu membuat beberapa pendukungnya marah.

"Saya melakukan kejahatan - saya mengadakan acara barbekyu"

Brasil mencatat lebih dari 9.000 kematian dan 135.000 kasus Covid-19 ketika Presiden Bolsonaro mengumumkan pada tanggal 7 Mei bahwa ia akan menyelenggarakan acara barbekyu untuk 30 orang di rumahnya di Brasilia.

"Saya melakukan kejahatan - saya mengadakan acara barbekyu," katanya kepada wartawan.

Dua hari kemudian, Bolsonaro mengatakan bahwa barbekyu adalah sebuah lelucon.

'Hidup terus berjalan'

Pada hari ia mengumumkan tes positifnya, Bolsonaro mengatakan kepada pers bahwa ia merasa "lelah, tidak nyaman, dan sedikit sakit otot".

Tetapi presiden juga terlihat optimistis dan menyatakan bahwa tantangan terbesarnya adalah "hanya berdiam diri".

"Tapi kamu tidak perlu panik," katanya. "Hidup terus berjalan."

Pendukung dan penyerangan wartawan

Sumber gambar, EPA

Keterangan gambar, Brazil adalah salah satu negara dengan jumlah kasus Covid-19 tertinggi.

Sebelumnya, di media sosial, kelompok-kelompok yang mendukung presiden sempat membagikan gambar palsu peti mati, yang mereka katakan dikubur tanpa jenazah, untuk membuat angka kematian Covid-19 di negara itu terlihat lebih tinggi.

Paling tidak tiga jurnalis diserang selama demonstrasi (03/05), di mana ratusan demonstran menyerukan agar Kongres dan Mahkamah Agung ditutup, terkait dengan penerapan sejumlah kebijakan untuk memutus rantai penyebaran virus corona.

Kantor berita Reuters menyaksikan seorang fotografer dari surat kabar O Estado de S. Paulo ditarik dari tangga dan berulang kali ditendang tulang rusuknya.

Sumber gambar, Reuters

Keterangan gambar, Pendukung Bolsonaro menyerang fotografer yang bertugas di Brasilia (03/05).

'Kecewa dengan ucapan Bolsonaro'

Sumber gambar, AFP

Keterangan gambar, Bolsonaro berulang kali menemui pendukungnya. Pada acara-acara itu ia terlihat batuk-batuk.

Guilherme Rolim adalah seorang dokter gigi berusia 36 tahun yang mengatakan ia memilih Bolsonaro dalam pemilihan umum 2018 karena menginginkan "perubahan".

Rolim mengatakan kepada BBC Brasil bahwa dia menganggap pilihannya sebuah "kejahatan yang perlu" tetapi, setelah kehilangan ayahnya karena Covid-19, dia kecewa dengan penanganan Covid-19 oleh pemerintah.

"Bolsonaro adalah orang yang ceroboh. Pernyataan ini [ketika Bolsonaro mengatakan 'lalu kenapa?'] membuktikan dia tidak bertanggung jawab dan membahayakan. Presiden bermain-main dengan sesuatu yang sangat serius," katanya.

"Sebagai seorang anak yang kehilangan ayahnya karena virus, saya takut pada hal-hal yang dikatakan presiden. Mungkin dia mengatakan itu karena dia tidak pernah kehilangan orang yang dicintainya, dia belum merasakan sakit luar biasa yang ditimbulkan dari kehilangan ini."

Sumber gambar, Reuters

Keterangan gambar, Warga miskin di Brazil rawan terkena Covid-19 dan terkena dampak ekonomi akibat kebijakan-kebijakan yang dibuat selama pandemi.
Lewati Podcast dan lanjutkan membaca
Investigasi: Skandal Adopsi

Investigasi untuk menyibak tabir adopsi ilegal dari Indonesia ke Belanda di masa lalu

Episode

Akhir dari Podcast

Di negara-negara bagian seperti Sao Paulo dan Rio de Janeiro, langkah-langkah karantina diperluas, dan gubernur setempat mengkritik Bolsonaro.

Virus corona juga masuk ke ranah politik ketika Bolsonaro memecat menteri kesehatannya yang populer, Luiz Henrique Mandetta, bulan lalu, karena perbedaan pendapat terkait cara menghadapi virus corona.

Dia menggantikan Mandetta dengan Nelson Teich, seorang ahli onkologi yang merupakan CEO beberapa klinik swasta dan sekarang menjadi mitra konsultan layanan kesehatan.

Sikap presiden terhadap virus corona sejalan dengan sekelompok warga di Brazil, khususnya di kalangan pebisnis, yang khawatir dengan konsekuensi ekonomi dari karantina wilayah.

'Brasil tidak dapat berhenti'

Sebuah jajak pendapat yang dilakukan oleh Datafolha pada tanggal 29 April mengatakan 52% orang Brasil percaya mereka harus harus tinggal di rumah saat pandemi. Angka ini turun dari 60% di awal bulan April.

Di kalangan masyarakat terkaya di negara itu, dukungan untuk peraturan karantina wilayah mencapai 39%.

Junior Durski, miliarder pemilik restoran Madero, memicu kemarahan publik setelah mengatakan pada bulan Maret: "Sekarang 5.000 orang akan mati karena virus corona dan kami tidak dapat menghindarinya. Kami tidak dapat menutup semuanya, bersembunyi dari musuh, dan tidak bekerja. "

Dia kemudian mengatakan bahwa kutipannya diambil di luar konteks.

Banyak pengusaha lain mengambil sikap yang sama, termasuk miliarder Luciano Hang, pemilik pusat perbelanjaan Havan yang disebut Bloomberg sebagai "penginjil pasar bebas".

Hang mengkritik "histeria" Covid-19 dan mengatakan dia tidak khawatir dengan keadaannya sendiri, tetapi tentang ekonomi Brazil.

Dia mengatakan secara pribadi dia mampu memecat 22.000 karyawannya dan "pergi ke pantai".

Isolasi global

Sumber gambar, Reuters

Keterangan gambar, Brasil mencatat 7,000 kasus kematian hingga tanggal 3 Mei, tapi menurut para pakar angka itu 'meremehkan' keadaan sesungguhnya.

Namun, ketika dunia semakin khawatir dengan konsekuensi virus corona, sikap Bolsonaro tampaknya membuatnya semakin terasingkan.

Tom Phillips, seorang koresponden untuk The Guardian di Rio, menulis dalam akun Twitternya: "Mencoba (dan gagal) membayangkan ada pemimpin dunia lain yang ketika ditanyai tentang ribuan kematian di negaranya akan menjawab: 'Lalu kenapa?'"

Bahkan Donald Trump - Bolsonaro senang dibandingkan dengan Trump- telah menerapkan langkah-langkah pembatasan pergerakan sosial, meskipun itu berdampak pada ekonomi mereka.

Saat konferensi pers di Gedung Putih, Kamis (28/04), Trump mengomentari kesulitan yang dihadapi Brasil.

"Saya benci mengatakannya, tetapi (angka kasus di) Brasil sangat tinggi, grafiknya sangat, sangat tinggi. Di sana, (grafiknya) hampir vertikal," kata Trump. "Presiden Brasil benar-benar teman baik saya, pria hebat, tetapi mereka hidup dalam masa yang sangat sulit."

Gubernur negara bagian Florida, Ron de Santis, mengatakan ia mengamati situasi di Brasil dengan "sangat cermat". Itu memicu kekhawatiran bahwa tindakan pembatasan khusus untuk warga Brazil akan diterapkan.

Para ahli mengatakan angka resmi Covid-19 Brasil bisa jadi terlalu diremehkan.

Menurut Imperial College London, tingkat transmisi di Brazil adalah 2,8 dan merupakan yang tertinggi di antara 48 negara yang diperbandingkan.

Negara-negara yang melonggarkan 'lockdown' mengatakan angka transmisi harus di bawah 1 - yang berarti bahwa setiap orang yang tertular virus corona menularkannya ke rata-rata kurang dari satu orang.

Hal itu akan menyebabkan lebih sedikit orang yang terinfeksi, sampai penularan berhenti sepenuhnya.

Masalah politik

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar, Pendukung Bolsonaro mendukung sikap Bolsonaro yang 'anti-lockdown'.

Krisis virus corona di Brazil menambah tantangan politik bagi Bolsonaro.

Pada bulan April, Mahkamah Agung membatalkan penunjukan teman Bolsonaro, Alexandre Ramagem, untuk mengawasi Polisi Federal - yang saat ini sedang menyelidiki putranya, Carlos, atas tuduhan terlibat dalam skema untuk menyebarkan berita palsu.

Kontroversi tersebut berujung pada pengunduran diri "menteri super" Bolsonaro, Sergio Moro, yang menuduh presiden berusaha ikut campur secara politis dalam pekerjaannya.

Tetapi Bolsonaro telah membantah kritik itu.

"Lalu kenapa?" dia menulis di akun Facebook-nya.

"Sebelum bertemu putra-putraku, aku sudah bertemu Ramagem. Haruskah penunjukannya dibatalkan karena ini? Teman siapa yang harus kupilih?"