Penyintas Florida: Trump 'memalukan’ terima uang dari organisasi senjata

Sumber gambar, Reuters

Keterangan gambar, Seorang peserta unjuk rasa menangis sambil meneriakkan permintaan agar undang-undang senjata api direformasi.

Sejumlah penyintas penembakan sekolah di Florida ambil bagian dalam unjuk rasa yang menuntut pengetatan hak membawa senjata api.

Seraya membawa berbagai poster berisi desakan agar parlemen mereformasi undang-undang senjata api, para pelajar beserta orang tua mereka meneriakkan slogan 'Anda memalukan' terhadap Presiden AS Donald Trump dan sejumlah politisi.

Dalam kesempatan itu, seorang pelajar SMA bernama Emma Gonzalez naik ke panggung dan berdiri di balik podium.

Sumber gambar, AFP/Getty Images

Keterangan gambar, Emma Gonzalez, pelajar SMA Marjory Stoneman Douglas yang berlindung di auditorium sekolah saat penembakan berlangsung.

Dia memaparkan bagaimana Trump dan sejumlah politisi menerima sumbangan uang dari Asosiasi Senjata Nasional (NRA)—sebuah organisasi yang mendorong hak bersenjata bagi rakyat AS.

"Jika presiden mau menemui saya dan mengatakan di depan wajah saya bahwa (penembakan) itu adalah tragedi buruk…tiada yang akan bisa dilakukan, saya akan dengan senang hari bertanya kepadanya berapa banyak uang yang dia terima dari Asosiasi Senjata Nasional," kata Gonzalez.

"Tidak usah repot-repot, karena saya sudah tahu. 30 juta dollar," cetusnya, merujuk sumbangan NRA ke tim kampanye Trump.

"Untuk semua politisi yang menerima sumbangan dari NRA, Anda memalukan!" pekik Gonzalez, pelajar SMA Marjory Stoneman Douglas yang berlindung di auditorium sekolah saat penembakan berlangsung.

Menanggapi pidato Gonzalez, ribuan peserta demonstrasi mulai berteriak, "Anda memalukan!"

Sumber gambar, Joe Raedle

Keterangan gambar, Para pelajar dan orang tua mereka membawa berbagai poster berisi desakan agar parlemen mereformasi undang-undang senjata api.

Berdasarkan data Center for Responsive Politics, NRA menghabiskan US$11,4 juta (Rp154 miliar) untuk mendukung Trump saat masa kampanye 2016 dan US$19,7 (Rp267 miliar) untuk menentang Hillary Clinton.

Turut dalam unjuk rasa tersebut adalah Ryan Deitsch—pelajar SMA Marjory Stoneman Douglas yang bersembunyi di toilet sekolah saat penembakan terjadi.

Dia mendesak para anggota parlemen meloloskan undang-undang yang memperketat penggunaan senjata api.

"Setidaknya yang bisa dilakukan anggota parlemen adalah memberikan suara mereka pada sesuatu. Apa kemungkinan paling buruk yang bisa terjadi?" kata remaja berusia 18 tahun itu.

Seorang pelajar lainnya, Delaney Tarr, 17, menyebut undang-undang senjata api membuat "orang-orang yang disayangi telah meninggal".

"Apa itu masuk akal? Orang-orang meninggal dunia setiap hari."

Apa respons Trump?

Melalui media sosial, Trump merilis cuitan berisi tuduhan kepada Partai Demokrat bahwa partai tersebut tidak mengubah undang-undang senjata "ketika mereka menguasai DPR dan Senat pada masa pemerintahan Obama".

"Karena mereka tidak mau dan kini mereka hanya bisa omong," tulisnya.

Pandangan Trump soal senjata api berubah seiring waktu. Dalam beberapa tahun terakhir, dia bertekad membela Amandemen Kedua pada Konstitusi AS yang melindungi hak rakyat untuk menyimpan dan membawa senjata api.

Tahun lalu, pada konvensi NRA, dia menegaskan "tidak akan pernah melanggar" hak tersebut.

"Serangan selama delapan tahun terhadap Amandemen Kedua telah berakhir," ujarnya.

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar, Trump bertekad membela Amandemen Kedua pada Konstitusi AS yang melindungi hak rakyat untuk menyimpan dan membawa senjata api.

Setidaknya 17 orang tewas dalam penembakan massal di sebuah sekolah di Parkland, Florida, AS, Rabu (14/02).

Tersangka adalah bekas siswa yang dikeluarkan. Ia bernama Nikolaus Cruz, 19 tahun, yang ditahan tanpa perlawanan sekitar satu jam setelah meninggalkan sekolah itu, kata polisi.

Ini merupakan penembakan sekolah AS memakan paling banyak korban, sejak penembakan di sebuah sekolah di Connecticut tahun 2012 yang menewaskan 20 orang.