Konsep Hegemoni

1. Pengertian Hegemoni

Istilah hegemoni berasal dari istilah yunani, hegeisthai (“to lead?). Konsep hegemoni banyak digunakan oleh sosiolog untuk menjelaskan fenomena terjadinya usaha untuk mempertahankan kekuasaan oleh pihak penguasa. Penguasa disini memiliki arti luas, tidak hanya terbatas pada penguasa negara (pemerintah). Hegemoni bisa didefinisikan sebagai: dominasi oleh satu kelompok terhadap kelompok lainnya, dengan atau tanpa ancaman kekerasan, sehingga ide-ide yang didiktekan oleh kelompok dominan terhadap kelompok yang didominasi diterima sebagai sesuatu yang wajar (common sense).

2. Pembentukan Hegemoni

Gagasan tentang hegemoni pertama kali diperkenalkan pada 1885 oleh para marxis Rusia, terutama oleh Plekhanov pada 1883-1984. Gagasan tersebut telah dikembangkan sebagai bagian dari strategi untukm menggulingkan Tsarisme. Istilah tersebut menunjukkan kepemimpinan hegemoni yang harus dibentuk oleh kaum proletar, dan wakil-wakil politiknya, dan dalam suatu aliansi dengan kelompok-kelompok lain, termasuk bebrapa kritikus borjuis, petani, dan intelektual yang berusaha mengakhiri negara polisi Tsaris. Dalam konteks inilah Lenin membahas pelbagai masalah tentang pendidikan politik bagi para pekerja. Menurut Lenin jika kesadaran serikat pekerja diharapkan untuk lebih maju daripada keadaan diperbudak oleh ideologi borjuis. Lenin berharap negara akan mati, tetapi hal ini tidak terjadi segera setelah revolusi Rusia. Dia berharap bahwa revolusi akan pecah di Jerman dan di tempat-tempat lain di eropa setelah perang dunia berakhir. Namun gramschi memberikan analisis tentang revolusi rusia pada 1917 mencakup menganggapnya sebagai seseatu perang manuver.

Agar kaum buruh dapat menciptakan hegemoninya, Gramsci memberikan 2 cara (Strinati, 1995), yaitu melalus.  “war of position? (perang posisi) dan “war of movement? (perang pergerakan). Perang pergerakan yaitu suatu “ perang gerakan “, dalam suatu masyarakat dengan pelbagai institusi dan organisasi yang memiliki tingkat perkembangan yang rendah di dalam ”masyarakat sipil” dinegara Eropa Timur, terutama di Inggris dan Pranci. Perang posisi dilakukan dengan cara memperoleh dukungan melalui propaganda media massa, membangun aliansi strategis dengan barisan sakit hati, pendidikan pembebasan melalui sekolah-sekolah yang meningkatkan kesadaran diri dan sosial. Karakteristiknya:

Ø  Perjuangan panjang

Ø  Mengutamakan perjuangan dalam sistem

Ø  Perjuangan diarahkan kepada dominasi budaya dan ideologi Perang pergerakan dilakukan dengan serangan langsung(frontal), tentunya dengan dukungan massa. Perang pergerakan bisa dilakukan setelah perang posisi dilakukan, bisa juga tidak.

 

Gramsci (1891-1937) merupakan tokoh yang terkenal dengan analisa hegemoninya. Analisa Gramsci merupakan usaha perbaikan terhadap konsep determinisme ekonomi dan dialektika sejarah Karl Marx (lihat Das Capital Marx). Dalam dialektika sejarah Marx, sistem kapitalisme akan menghasilkan kelas buruh dalam jumlah yang besar dan terjadi resesi ekonomi. Pada akhirnya, akan terjadi revolusi kaum buruh (proletar) yang akan melahirkan sistem sosialisme. Dengan kata lain, kapitalisme akan melahirkan sosialisme. Namun, hal ini tidak terjadi.

Gramsci mengeluarkan argumen bahwa kegagalan tersebut disebabkan oleh ideologi, nilai, kesadaran diri, dan organisasi kaum buruh tenggelam oleh hegemoni kaum penguasa (borjuis). Hegemoni ini terjadi melalui media massa, sekolah-sekolah, bahkan melalui khotbah atau dakwah kaum religius, yang melakukan indoktrinasi sehingga menimbulkan kesadaran baru bagi kaum buruh. Daripada melakukan revolusi, kaum buruh malah berpikir untuk meningkatkan statusnya ke kelas menengah, mampu mengikuti budaya populer, dan meniru perilaku atau gaya hidup kelas borjuis. Ini semua adalah ilusi yang diciptakan kaum penguasa agar kaum yang didominasi kehilangan ideologi serta jatidiri sebagai manusia merdeka.

3. Konsep Hegemoni

Gramsci menggunakan konsep hegemoni untuk mendeskripsikan dan menganalisis bagaimana masyarakat kapitalis modern diorganisasikann, atau dimaksudkan untuk diorganisasikan, dalam masa lalu dan masa kini. Terdapat kebingungan disini tentang konsep-konsep yang dilibatkan, karena Gramsci tampaknya pertama-tama membedakan negara dengan masyrakat sipil, negara didefinisikan sebagai sumber kekuasaan koersif dalam suatu masyarakat dan masyrakat sipil didefinisikan sebagai lokasi kepemimpinan hegemoni. Gramsci kemudian mengubungkan kedua konsep ini satu sama lain untuk mendefinisikan apa yang dia sebut sebagai ‘negara integral’ sebagai kombinasi hegemoni yang dilengkapi dengan kekuasaan koersif. Negara integral adalah ‘ masyarakat politik plus masyarakat sipil, dengan kata lain hegemoni dilindungi oleh kekuatan koersif ‘. Negara integral, seeperti yang dikonseptualisasi oleh gramsci, memilki dua aspek:  sarana pemaksaan (polisi dan militer), dan sarana untuk membentuk kepemimpinan hegemoni dalam masyarakat sipil (pendidikan, penerbitan, penyiaran [broadcaring], dan bioskop [cinema]). R.Simon telah menunjukkan bahwa Gramsci berusaha memperlihatkan bahwa ‘hubungan sosial dalam masyarakat sipil adalah hubungan kekeuasaan tepat seperti halnya (meskipun dengan cara yag berbeda) hubungan keorsif dalam negara’.

Ø  Tiga model menurut Gramsci

Perry Anderson dalam prison notebooks yang ditulis oleh Gramsci menjelaskan tiga model namun tidak satupun yang benar-benar memuaskan dari sudut pandang analitis atau politik. Menurut model pertama Gramsci, dalam pengertian kepemimpinan budaya normal, hegemoni dilihat sebagai diterapkan dalam masyarakat sipil; negara merupakan lokasi kekuasaan koersif dalam bentuk polisi dan militer; dan ekonomi merupakan lokasi dari berbagai bidang pekerrjaan ( work disciplines ) keterkaitan dengan uang tunai ( cash nexus ), dan kontrol moniter (monetary controls). Anderson menjelaskan bahwa masalah dengan model ini adalah bahwa hegemoni benar-benar dijalnkan dalam negara diberbagai negara demokrasi borjuis barat dalam bentuk demokrasi parlenmeter. Sebagian besar kelas pekerja percaya bahwa mereka memang bahwa mereka memang memilih para penguasa dengan memberiukan suara pada pemilihan umum.

Dalam model kedua, hegemoni dilihat sebagai dijalankan dengan negara serta dalam masyrakat sipil. Gramsci melihat bahwa lembaga-lembaga pendidikan dan hukum adalah sangat penting dalam menjalankan hegemoni. Pendidikan dan pembuatan kebijakan adalah aktifitas-aktifitas yang amat penting dalam pembentukan hegemoni di Eropa Barat selama periode awal abad ke dua puluh.

Dalam model tiga tidak memeiliki pembedaan antara negara dan masyarakat sipil, karena gramci kadang-kadang mendefinisikan negara sebagai ‘ masyarakat politik’ plus ‘masyarakat sipil’.

Ø  Hegemoni menurut Gramsci

Tiga istilah pokok mengidentifikasi bidang-bidang yang berbeda, dslam suatu formasi sosial yang membentuk landasan bagi konseptualisasi hegemoni. Ketiga istilah ini, yang telah disebutkan diatas, adalah; perekonomian, negara, dan masyarakat sipil. Perekonomian adalah istilah yang digunakan untuk mendefinisikan bentuk dominan produksi dslam suatu wilayah pada suatu waktu. Negara terdiri atas sarana kekerasan (polisi dan militer) dan suatu wilayah tertentu, bersama dengan berbagai birokrasi yang didanai oleh negara. sedangkan masyarakat sipil mengandung arti organisasi-organisasi lain dalam suatu formasi sosial yang tidak merupakan bagian dari proses produksi material dalam perekonomian tersebut serta bukan merupakan organisasi yang didanai oleh negara, tetapi merupakan lembaga-lembaga yang relatif berumur panjang yang didukung dsn dijalankan oleh orang-orang diluar kedua bidang tersebut.

Gramsci juga membedakan antara bangsa dan negara. bangsa dan identitas-identitasvetnis yang lain, dibentuk dalam masyrakat sipil sebagian dibentuk mdalam sistem pendidikan, seperti dalam pengajaran bahasa khusus, sastra, dan geografi dan sejara negara kita atau masyarakat kita. Sedangkan negara merupaka suatu apasrzat koersif, mengontrol hukum dan admistrasi keadilan dalam wilayah tertentu, lembaga hukum tersebut membantu membentuk suatu masyarakat yang tuntut terhadapnya.

Disusun Oleh: Ana Sulcani, Ajif Praditia, Lestari Meidytianingrum, Fitria Endah Lestari

2 responses to “Konsep Hegemoni

  1. Rohani Hj. Ab Ghani

    Adakah persamaan budaya antara Malaysia dan Indonesia merupakan hasil hegemoni Indonesia ke atas Malaysia?

  2. Pingback: Hegemoni ‘kekuasaan’ Negara | SosiologiBudaya

Leave a comment