Copy Paste

Posted: Juli 19, 2010 in Tidak Dikategorikan

http://okrendezvous.wordpress.com/?s=video+klip&submit=GO.

Sejarah Semiotika

Posted: Juli 19, 2010 in Tulisan Ilmiah

Kata “Semiotika” berasal dari bahasa Yunani, semeion yang artinya tanda atau seme yang berarti ”penafsir tanda”. Semiotika berasal dari studi klasik dan skolastik atas seni logika, retorika, dan poetika. ”Tanda” pada masa itu masih mempunyai makna sesuatu hal yang menunjuk pada adanya hal lain. (Sobur 2006:16).
Menurut Barthes (dalam Sobur 2006:15) semiotika merupakan ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan didunia ini, ditengah-tengah manusia dan bersama-sama. Semiotika, atau semiologi menurut Barthes pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things). Memaknai (to signify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda.
Berkenaan dengan studi semiotik, pada dasarnya pusat perhatian pendekatan semiotik adalah pada tanda (sign). Menurut John Fiske, terdapat tiga area penting dalam studi semiotik, yakni:
1) Tanda, dalam hal ini berkaitan dengan beragam tanda yang berbeda, seperti cara mengantarkan makna serta cara menghubungkan dengan orang yang menggunakannya. Tanda adalah perbuatan manusia dan hanya bisa dimengerti oleh orang-orang yang menggunakannya.
2) Kode atau sistem di mana lambang-lambang disusun. Studi in meliputi bagaimana beragam kode yang berbeda dibangun untuk mempertemukan dengan kebutuhan masyarakat dalam sebuah kebudayaan.
3) Kebudayaan dimana kode dan lambang itu beroperasi (Fiske, 1990:40 dalam Alex Sobur 2001:94).
Tanda, kode atau sistem dan kebudayaan tidak akan bisa dan mudah dipahami tanpa merujuk pada objek-objek yang dijadikan tanda, kode atau sistem dan dalam kebudayaan yang sama. Walaupun ada kebudayaan universal dengan nilai-nilai, tanda-tanda, dan kode-kode atau sistem universal, maka objek-objek yang yag menjadikan rujukannya haruslah bersifat universal pula. Sebagai contoh adalah bendera. Setiap negara di dunia pasti mempunyai bendera yang terbuat dari selembar kain. Orang tidak akan bisa dan mudah mengerti in bendera Indonesia, bendera Amerika, tanpa menunjuk pada rujukan yang disebutkan. Orang menyebut bendera Indonesia sambil mengangkat atau menunjukkan bendera Indonesia dengan warna merah di atas dan warna putih di bawah. Bila orang menyebutkan bendera Indonesia sambil mengangkat atau menunjukkan bukan bendera Indonesia, melainkan bendera Amerika (rujukan salah) dan persepsi bendera dengan banyak bintangnya itu bendera Indonesia. Maka suatu saat orang itu menyebut bendera Indonesia dengan mengangkat atau menunjuk bendera Amerika akan dinyatakan salah, karena yang dimaksud bendera adalah warna merah di atas dan putih di bawah, bukan bendera yang ada bintannya. Maka rujukan menjadi sangat penting dalam studi semiotika.
Menurut Pateda (Sobur 2001:100-1001) ada sembilan macam semiotik yang kita kenal sekarang ini, yaitu:
1. Semiotik analitik, yaitu semiotik yang menganalisis sistem tanda.
2. Semiotik deskriptif, yaitu semiotik yang memperhatikan sistem tanda yang dapat kita alami sekarang, meskipun ada tanda yang sejak dahulu tetap seperti yang disaksikan sekarang.
3. Semiotik faunal / zoosemiotik, yaitu semiotik yang khusus memperhatikan sistem tanda yang dihasilkan oleh hewan.
4. Semiotik kultural, yaitu semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang berlaku dalam kebudayaan masyarakat tertentu.
5. Semiotik naratif, yaitu semiotik yang menelaah sistem tanda narasi yang berwujud mitos dan cerita lisan (folklore).
6. Semiotik natural, yaitu semiotik yan khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh alam.
7. Semiotik normatif, yaitu semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh tanda yang dibuat manusia yang berwujud norma-norma, misalnya rambu-rambu lalu lintas.
8. Semiotik sosial, yaitu semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh manusia yang berwujud lambang, baik berwujud kata ataupun kalimat.
9. Semiotik struktural, yaitu semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dimanifestasikan melalui struktur bahasa.
Pada dasarnya, semiosis (proses interpretasi) dapat dipandang sebagai suatu proses tanda yang dapat diperikan dalam istilah semiotika sebagai hubungan antara lima istilah: S (s, i, e, , r, c). S adalah untuk semiotic relation (hubungan semiotik); s untuk sign (tanda); i untuk interpreter (penafsir); e untuk effect atau pengaruh (misalnya, suatu disposisi dalam i akan bereaksi dengan cara tertentu terhadap r pada kondisi-kondisi tertentu e karena s); r untuk reference (rujukan); dan c untuk contexs (konteks) atau conditions (kondisi) (Alex Sobur 2006:17).
Dalam bukunya A Theory of Semiotics, Umberto Eco menyebutkan sembilan belas bidang yang bisa dipertimbangkan sebagai bahan kajian semiotik. Kesembilan belas bidang itu adalah : Zoo semiotics (semiotik binatang), olfactory signs (tanda-tanda bauan), tactile communication (komunikasi rabaan), codes of taste (kode-kode cecapan), paralinguistics (paralinguistik), mediacal semiotics (semiotik medis), kinesics and proxemics (kinesik dan proksemik), musical codes (kode-kode musik, formalized languages (bahasa yang diformalkan), written languages, unknown alphabets, secret codes (bahasa tertulis, alfabet tak dikenal, kode rahasia), natural languages (bahasa alam), visual communication (komunikasi visual), system objects (sistem objek) (Alex Sobur 2001:114).
Menurut Saussure bahasa merupakan sebuah sistem tanda, dan sebagai suatu tanda bahasa bersifat mewakili sesuatu yang lain yang disebut makna. Bahasa sebagai suatu sistem tanda dalam teks kesastraan, tidak hanya menyarankan pada sistem tanda (tataran) makna tingkat pertama, melainkan terlebih pada sistem makna tingkat kedua (Burhan 1995:39).
Perkembangan teori semiotik hingga dewasa ini dapat dibedakan ke dalam dua jenis semiotika, yaitu semiotik komunikasi dan semiotik signifikasi. Semiotik komunikasi menekankan diri pada teori produksi tanda, sedangkan semiotik signifikasi menekankan pada pemahaman, dan atau pemberian makna suatu tanda. Semiotik signifikasi, di pihak lain, tidak mempersoalkan produksi dan tujuan komunikasi, melainkan menekankan bidang kajiannya pada segi pemahaman tanda-tanda serta bagaimana proses kognisi atau interpretasinya.

Facebook Sebagai Tren Gaya Hidup Modern
Facebook merupakan situs jejaring sosial yang diluncurkan pada 4 Februari 2004 dan diciptakan oleh Mark Zuckerberg seorang mahasiswa Harvard Collage. Facebook merupakan sarana sosial yang membantu masyarakat untuk berkomunikasi secara lebih efisien dengan teman-teman, keluarga dan teman sekerja.
Pada awalnya keanggotaannya hanya dibatasi untuk siswa Harvard, namun dalam dua bulan selanjutnya keanggotaan diperluas ke sekolah lain wilayah Boston (Boston College, Boston University, MIT, Tufts), Rochester, Stanford, NYU, Northwestern, dan semua sekolah termasuk Ivy League. Banyak perguruan tinggi lain yang selanjutnya ditambahkan berturut-turut dalam kurun waktu satu tahun setelah peluncurannya.
Pengguna Facebook di Indonesia masih didominasi oleh kaum kelas menengah ke atas yang memiliki akses internet (yang masih tergolong mahal di Indonesia). Kebanyakan mereka adalah pelajar, mahasiswa, dosen, pekerja, politisi serta beberapa tokoh-tokoh nasional. Demam Facebook adalah kelanjutan dari keberhasilan situs komunitas Friendster yang berhasil menjaring 12 juta “registered users” atau sekitar 60% pengguna internet di Indonesia. Bahkan banyak pengguna Friendster yang melakukan migrasi ke Facebook karena layanan yang diberikan lebih lengkap dan mengikuti selera masyarakat. Facebook memiliki sederet fitur yang memungkinkan penggunanya berinteraksi langsung (real time), seperti chatting, tag foto, blog, game, dan update status ”what are you doing now” yang dinilai lebih keren dari Friendster .
Pada tahun ini Indonesia menempati urutan ke lima pengguna Facebook terbanyak sedunia. Data tersebut berdasarkan hasil riset situs jejaring sosial nomor satu tersebut, yang menyatakan bahwa pengguna Facebook yang memakai Bahasa Indonesia lebih dari 20 juta orang. Sementara facebooker yang menggunakan bahasa Inggris berada pada urutan terbanyak dengan pemilik akun sekitar 400 juta orang, setelah Spanyol, Perancis, Turki, dan Indonesia.
Ini membuktikan bahwa Facebook telah menjadi tren gaya hidup masa kini yang banyak diminati masyarakat. Jika dilihat saat ini produsen telepon seluler atau perangkat komunikasi mulai mencantumkan fitur Facebook pada perangkatnya. Selain itu sering kita mendengar orang-orang atau bahkan teman-teman sering membicarakan tentang Facebook.
Sebenarnya jika ditelusuri lebih dalam, berapapun banyak teman yang ada dalam akun Facebook , tidak akan memberikan pengaruh signifikan dalam hubungan sosial. Bahkan tidak pula menaikkan popularitas. Kegiatan virtual di Facebook hanyalah tamasya imajinasi. Intinya hubungan yang terjalin kegiatan antar pengguna Facebook yang melepas sejenak beban kehidupan nyata.
Menurut Astar Hadi ada tiga perbedaan media komunikasi manusia, antara media internet dengan rekan-rekan lamanya seperti radio, televisi, dan film sebagai hasil dari teknologi komunikasi massa baru:
1. Semua sistem komunikasi baru setidaknya memiliki suatu kesepakatan yang pasti mengenai interraktivitas seperti percakapan dua orang, face to face communication.
2. Media baru tidak diperluas hingga suatu pesan khusus dapat diubah oleh tiap individu sebagai audience yang luas.
3. Teknologi komunikasi baru bersifat a-synchronous, dalam artian audience memiliki kemampuan untuk mengirim atau menerima pesan pada waktu yang tepat bagi individu.
Kehebatan Facebook adalah simpel dan elegan, didukung dengan fitur dalam satu halaman. Spontanitas membuat orang nyaman dengan facebok. Dalam Facebook bisa mengetahui secara langsung apa yang sedang dipikirkan atau yang dilakukan oleh teman-temannya sekaligus bisa langsung memberikan komentar. Semua berada pada satu halaman.
Banyak sekali dampak negatif yang ditimbulkan oleh penggunaan Facebook, misalnya tidak peduli dengan sekitarnya, kuranganya sosialisasi dengan lingkungan, menghamburkan uang, mengganggu kesehatan, rawan terjadi penipuan, dan untuk kalangan rumah tangga tentunya rawan terjadi perselingkuhan.
Menurut Psikolog dari Universitas Indonesia Niken Ardiyanti, demam facebook tidak akan bertahan lama. Sebab para penggemar facebook di Indonesia akan mudah bosan. Tipikal masyarakat Indonesia adalah mudah bosan, kagetan dan gengsi, supaya tidak dibilang kampungan. Dulu booming SMS (short message service), e-mail, friendster, kini facebook.