Kisah Sedih Guru Honorer, Dibayar Rp15 Ribu Sekali Ngajar

Pengabdian guru honorer diseluruh Indonesia mestinya diapresiasi oleh pemerintah. Salah satunya dengan memberikan kesejahteraan dengan memberikan gaji setara upah minimum kota/kabupaten.

Abdul Azis adalah alalah salah satu dari kesekian banyak Guru honorer yang berharap impiannya terwujud yakni diangkat menjadi CPNS. Baginya status sebagai PNS dianggap sebagai jalan menuju nasib yang lebih baik. Pasalnya, selama ini “upah” yang diterima sebagai Guru sukarela tidak seberapa.

Abdul Azis, misalnya. Guru honor yang mengabdikan diri pada salah satu sekolah Tepencil di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep) mengaku telah mengajar selama sebelas tahun. Bayaran dihitung per ngajar, yakni lima belas ribu yang diambilkan dari dana bantuan operasional sekolah (BOS).

“Kalau saya tiap bulan di gaji tiga ratus lima puluh ribu rupiah. Itupun harus menunggu 1 triwulan baru kami terima” ujarnya bercerita, kemarin pada Jurnalpos.com.

Abdul Azis Saat Mengajar di Kelas

Abdul Azis Saat Mengajar di Kelas

Untuk menambah memenuhi kebutuhan hidup, ia juga bekerja sebagai petani dan guru mengaji dikampungya. Karena apabila hanya mengadalkan pengasilan dari mengajar di sekolah jelas tidak akan mencukupi kebutuhan hidup ia dan keluarganya.

Meskipun gaji yang diterima bisa dikatakan tidak mencukupi, ia tak pernah patah semangat mengajar. Utamanya dalam mendidik murid-muridnya, karena selama bertahun-tahun mengajar ia merasa semakin cinta akan dunia pendidikan. Bahkan, tidak ada pikiran untuk meninggalkan pekerjaan yang mulia ini.

Ia berharap, semoga pemerintah lebih memperhatikan guru honorer. “Harapan untuk menjadi PNS tetap ada,” ujarnya.

Guru pendidikan Agama Islam ini tak berharap banyak, ia hanya tak ingin ada perbedaan antara guru honorer dan PNS. Ini karena menurutnya, beban mengajar antara guru honorer dan PNS hampir sama. Bahkan ada guru honorer yang jam mengajarnya lebih banyak dari pada PNS.

Apabila tidak bisa diangkat menjadi PNS, ia dapat memamklumi hal tersebut dikarenakan jumlah honorer yang tidak sedikit. Tetapi dari sisi kesejahteraan tenaga honorer, pemerintah juga harus melihat perjuangan kami. “Semoga ada jaminan yang ril dari pemerintah bagi kesejahteraan guru honorer,” ucapnya.

Kisah Sedih Guru Honorer, Dibayar Rp15 Ribu Sekali Ngajar

Perjalanan Saat menuju ke Tempat Tugas, Berjalan kaki sejauh 15 Km

Sebagai guru di Daerah terpencil seharusnya ia mendapatkan upah tunjangan Daerah Khusus, Namun sampai saat ini ia belum pernah medapatkannya, padahal yang menjadi syarat untuk mendapatkan tunjangan tersebut hanya dengan memiliki NUPTK dan jumlah jam mengajar yang cukup. terangnya

“Kalau ada kerjaan lain lebih sejahtera, mungkin saya akan putar haluan. Tetapi saya berharap akan ada angin segar khususnya bagi guru honorer di tahun 2016,” ucap pria paru baya itu.

Senada dengan honorer lainnya, Sahari. “Walaupun besaran honor yang diterima sangat jauh dari apa yang diharapkan, tetapi saya merasa senang dan bangga menjalani profesi ini. Tetapi alangkah baiknya nasib guru honorer dapat diperjelas. Seperti pengangkatan K2 yang sampai saat ini ditangguhan tanpa batas waktu, padahal kami sudah ingin terus mengabdi.”

sumber : http://www.jurnalpost.com/kisah-sedih-guru-honorer-dibayar-rp15-ribu-sekali-ngajar/229/

Pos ini dipublikasikan di PENDIDIKAN. Tandai permalink.

Tinggalkan komentar