10 Industri Paling Berisiko Buat Para Investor

Berinvestasi harus hati-hati, karena bukannya jadi untung, tak sedikit orang yang justru jadi `buntung`.

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 03 Agu 2013, 17:45 WIB
Saat berinvestasi tentu tujuan Anda adalah mencari keuntungan baik berupa uang tunai maupun aset. Meski demikian, berinvestasi harus hati-hati, karena bukannya jadi untung, tak sedikit orang yang justru jadi `buntung`. Dengan begitu, para investor dan calon investor harus peka terhadap tingkat risiko industri yang akan dijajalnya.

Adalah perusahaan riset industri IBIS World yang mengidentifikasi berbagai industri berisiko bagi para investor. Diantaranya adalah bisnis penerbitan surat kabar yang berisiko tinggi menyusul anjloknya jumlah pembaca media cetak.

Perusahaan riset global tersebut memberi penilaian dengan skala 1-9. Nilai 1 merupakan nilai terendah mewakili industri yang paling sedikit memiliki risiko. Sementara angka 9 mengindikasikan industri yang paling berisiko. Berikut 10 industri yang dinilai IBIS World paling berisiko bagi para investor, seperti melansir Los Angeles Times, Sabtu (3/8/2013),:

1. Industri media rekaman

Streaming musik dan film telah memukul industri media rekaman. IBIS World memberi nilai risiko sebesar 7,24 untuk industri ini.

Perusahaan memproyeksikan penurunan pendapatan tahunan sebesar 3,9% menjadi US$ 3,2 miliar hingga 2018 mendatang.

2. Jasa perbaikan alat

Berbagai toko penyedia jasa perbaikan kerusakan peralatan rumah tangga bersaing ketat dengan para riteler yang menyediakan garansi.

Berbagai peralatan rumah tangga juga diciptakan secara modern dengan sangat baik sehingga mengurangi kebutuhan perbaikan.

Risiko bisnis perbaikan ini mendapat nilai 7,17 dari IBIS. Organisasi global ini juga memprediksi penurunan pendapatan tahunan 1,5% menjadi US$ 3,4 miliar pada 2018 mendatang.

3. Industri kulit

Persaingan di industri penyamakan kulit ini cukup berisiko mengingat persaingannya yang ketat baik dalam dan luar negeri.

IBIS menilai 6,65 untuk risiko bisnisnya dan prediksi pendapatannya akan menurun menjadi US$ 1,7 miliar pada 2018.

4. Dealer bahan bakar minyak (BBM)

Para dealer BBM menjual minyak panas dan beberapa produk minyak langsung pada para penggunanya. Harga produk minyak di dunia tergantung pada harga minyak mentah yang cenderung tak stabil.

IBIS memberi nilai 6,54 untuk risiko industri ini. Pendapatannya diprediksi meningkat 2,2% per tahun hingga menjadi US$ 51,3 miliar pada 2008.

5. Bank komersial

Perundangan baru menyusul resesi telah meningkatkan biaya operasi untuk para bankir komersial. Mereka menawarkan beberapa produk perbankan seperti kartu debit prabayar dan kredit mikro.

Industri ini dinilai berisiko oleh IBIS dengan nilai 6,33. Pendapatan perusahaan perbankan diproyeksi meningkat 7,4% hingga 2018 menjadi US$ 725 miliar.

6. Industri peralatan rumah tangga

Bahan baku industri tersebut terlihat mengalami peningkatan harga, namun penjualannya melemah mengingat rendahnya permintaan. Untuk industri ini, IBIS mengukur nilai risikonya dengan memberli nilai 6,25. Sebanyak 2,8% pendapatannya meningkat hingga menjadi US$ 17,7 miliar pada 2018 mendatang.

7. Sertifikasi bisnis dan sekolah-sekolah IT

Sejumlah sekolah industri tengah menghadapi kompetisi sulit dari lulusan universitas. Semuanya berusaha mencati pekerjaan serupa di pasar tenaga kerja.

IBIS menilai risiko industri ini sebesar 6,16. Pendapatannya diprediksi menurun 5,6% setiap tahun menjadi US$ 2 miliar pada 2018.

8. Penjualan solar dan bensin

Bensin dan solar selalu menjadi industri yang berisiko. IBIS memberi nilai 6,05 untuk industri ini. Pendapatannya akan tumbuh 2,5% menjadi US$ 439,5 miliar pada 2018.

9. Pabrik baju

Biaya yang dikeluarkan untuk membayar buruh penjahit baju di manapun jauh lebih rendah daripada di Amerika Serikat (AS).

Meski begitu, IBIS menilainya sebagai industri paling berisiko dengan nilai 5,99%. Pendapatan industrinya merosot 3,1% setiap tahun menjadi US$ 412 juta.

10. Industri surat kabar

Bukan rahasia umum jika industri surat kabar cetak tengah berjuang keras. Pendapatan iklan yang berkurang dan penurunan jumlah pembaca media cetak membuatnya semakin terpuruk.

Untuk risikonya, IBIS menilai sebesar 5,95. Proyeksi pendapatannya akan anjlok 3,7% per tahun dan menjadi US$ 2,77 miliar pada 2018. (Sis/Nur)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya