Cara Transfer Riwayat Percakapan di WhatsApp ke Telegram

Simak langkah berikut ini untuk mengetahui cara memindahkan riwayat percakapan dari WhatsApp ke Telegram.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 30 Jan 2021, 08:00 WIB
Logo Aplikasi Telegram

Liputan6.com, Jakarta - Telegram telah mengumumkan kehadiran fitur baru untuk para penggunanya. Lewat fitur ini, pengguna dipermudah berpindah dari aplikasi chatting lain, seperti WhatsApp ke Telegram.

Hal itu bukannya tanpa alasan sebab fitur baru ini memungkinkan pengguna memindahkan riwayat percakapannya dari aplikasi lain. Selain WhatsApp, fitur ini juga mendukung aplikasi seperti Line dan KakaoTalk.

Lantas seperti apa cara untuk melakukan transfer riwayat percakapan? Simak langkah-langkahnya berikut ini seperti dikutip dari situs resmi Telegram, Jumat (29/1/2021).

Aplikasi WhatsApp di iOS

  • Buka info kontak atau info grup dari tampilan WhatsApp
  • Tekan Ekspor Chat, lalu pilih Telegram dari menu bagikan
  • Ada pula opsi geser kiri dari obrolan, lalu pilih opsi menu dan Ekspor Chat

Aplikasi WhatsApp di Android

  • Di Android, kamu bisa membuka salah satu obrolan di WhatsApp
  • Selanjutnya pilih menu di pojok kanan atas dan buka opsi 'Lainnya'
  • Buka 'Ekspor Chat', lalu pilih Telegram dari menu bagikan

Nantinya, seluruh pesan akan dipindahkan di hari yang sama saat dilakukan proses pemindahan tersebut. Pesan yang dipindahkan juga disertai dengan stempel waktu [time stamp] asli.

2 dari 6 halaman

Dipakai Setengah Miliar Pengguna, Ini Penjelasan Telegram Soal Keamanan dan Privasi

Telegram versi web diblokir. (Doc: TechCrunch)

Aplikasi pesan Telegram kini dipakai oleh lebih dari 500 juta (setengah miliar orang) pengguna di seluruh dunia.

Bagi Telegram, peningkatan jumlah unduhan ini memperlihatkan bahwa publik kian memahami pentingnya data pribadi.

Telegram menganggap, beralihnya pengguna ke Telegram mengindikasikan bahwa mereka tidak bersedia menukarkan privasinya dengan layanan platform komunikasi yang menjual data pribadi untuk kepentingan bisnis.

Telegram pun memberikan penjelasan kepada pengguna mengenai arti penting keamanan data dan berjanji terus mengedepankan privasi pengguna. Apa saja penjelasan Telegram, berikut informasinya, dikutip dari keterangan yang diterima Liputan6.com, Kamis (14/1/2021).

1. Tak Lakukan Monetisasi Data Pribadi

Telegram memiliki komitmen dalam perlindungan data pribadi. Telegram pun berjanji menempatkan pengguna sebagai prioritas.

"Telegram tidak akan pernah memonetisasi data pribadi pengguna untuk membuat profil bagi iklan tertarget. Sejak hari peluncuran Agustus 2013, Telegram tidak pernah mengungkap 1 byte pun data pribadi pengguna kepada pihak ketiga," kata Telegram.

3 dari 6 halaman

2. Pesan Telegram Dienkripsi

Telegram, Aplikasi Telegram. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat

Tiap obrolan di Telegram dienkripsi secara aman sejak aplikasi diluncurkan pertama kalinya. Telegram menyebut, pihaknya mendukung dua lapisan enkripsi aman.

Telegram memiliki Secret Chat yang bersifat end-to-end alias hanya bisa dilihat oleh pengguna, tidak tersimpan di server, langsung bisa dihapus sesuai pengaturan pengguna, dan tidak bisa di-forward.

Pihak Telegram menyebut, mereka sendiri bahkan tidak bisa mengintip pesan milik pengguna.

Selain itu juga Cloud Chats yang menawarkan penyimpanan cloud aman dan terdistribusi secara real-time. Enkripsi server-client Telegram digunakan pada Cloud Chats (obrolan pribadi dan grup).

Telegram menjelaskan, enkripsi mereka didasarkan pada enkripsi AES simetris 256-bit, enkripsi RSA 2048-bit, dan Diffie – Hellman yang mengamankan pertukaran kunci.

Karenanya setelah koneksi end-to-end yang aman telah terjalin, Telegram akan menghasilkan gambar yang memvisualisasikan kunci enkripsi untuk obrolan pengguna.

Pengguna kemudian dapat membandingkan gambar yang ada pada perangkatnya dengan gambar pada perangkat lawan bicara pengguna - jika kedua gambar tersebut sama, maka dapat dipastikan bahwa koneksi aman, dan tidak akan ada serangan man-in-the-middle.

4 dari 6 halaman

3. Kode Telegram Bersifat Open Source

Semua aplikasi Telegram bersifat open source sejak 2013. Eenkripsi dan API Telegram didokumentasikan sepenuhnya dan ditinjau ribuan kali oleh banyak pakar keamanan.

Selain itu, Telegram mengklaim pihaknya adalah aplikasi pesan privat satu-satunya di dunia dengan build yang diverifikasi baik untuk iOS dan Android. Sementara pada saat yang sama, aplikasi pesan privat lainnya menyembunyikan kode mereka, sehingga tidak mungkin untuk memverifikasi enkripsi dan privasi mereka.

Dengan source code yang terbuka, siapa pun dapat memeriksa dan mengonfirmasi bahwa aplikasi tidak melakukan apa pun secara diam-diam.

Jika pengguna masih khawatir, Telegram menyarankan pengguna memakai fitur Secret Chat yang dilengkapi dengan opsi self-destruct timer ketika mengirimkan informasi sensitif.

Pengguna pun bisa mengaktifkan verifikasi 2 langkah dan menyiapkan passcode lock untuk mengunci aplikasi. Fitur ini bisa ditemukan di bagian Setting.

5 dari 6 halaman

4. Telegram Pastikan Tak Terhubung dengan Rusia

Pendiri sekaligus CEO Telegram, Pavel Durov mendatangi kantor pusat Kemenkominfo di Jakarta, Selasa (1/8). Kunjungan Pavel Durov ini berhubungan dengan pemblokiran 11 Domain Name System (DNS) situs web Telegram. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Telegram dibesut oleh Pavel Durov dan saudaranya Nikolai. Keduanya memang orang Rusia, namun Telegram memastikan mereka tidak memiliki server atau kantor di Rusia.

Pavel Durov mendukung Telegram secara finansial dan ideologis, sementara Nikolai memiliki peran dalam hal teknologi.

Nikolai mengembangkan protokol data khusus yang unik, terbuka, aman, dan dioptimalkan untuk bekerja di banyak data center.

Hasilnya, Telegram menggabungkan keamanan, keandalan, dan kecepatan di jaringan apa pun.

6 dari 6 halaman

5. Janji Bos Telegram

Telegram, kata Durov, menjadi tempat perlindungan terbesar bagi pengguna yang mencari platform komunikasi yang berkomitmen pada privasi dan keamanan.

"Kami bertanggung jawab dengan serius. Kami tidak akan mengecewakan Anda," ujar Durov berjanji.

"Orang tidak perlu menukar privasi mereka untuk layanan gratis. Mereka tidak perlu disandera monopoli teknologi yang tampaknya berpikir bahwa mereka bisa melakukan apa saja selama aplikasi mereka punya banyak pengguna," kata Durov, seolah menyindir layanan Facebook.

(Dam/Why)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya