Overthinking: Nothing Kills You Like Your Mind

Dewi Mahani Chalid
Mahasiswa Jurusan Psikologi Universitas Brawijaya
Konten dari Pengguna
28 Desember 2020 14:49 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dewi Mahani Chalid tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
https://mywhisperedcolors.tumblr.com/
zoom-in-whitePerbesar
https://mywhisperedcolors.tumblr.com/
ADVERTISEMENT
Mostly semua orang pernah mengalami keadaan dimana tiba-tiba kita merasa emosional dan sensitif akan hal-hal yang ada di sekitar kita. “Apakah aku sudah cukup baik bagi mereka?”, “Mengapa aku tidak secantik dia?”, “Mengapa aku merasa bahwa dunia tidak berpihak kepadaku?”. Tentunya kalimat-kalimat seperti itu, secara tidak sadar pernah muncul di dalam pikiran kita. Merasa kurang, tidak pantas untuk dimiliki, dan perasaan-perasaan negatif lain yang kadang atau bahkan sering menyelimuti pikiran dan membuat kita menjadi khawatir. Hal tersebut biasa disebut juga dengan istilah overthinking.
ADVERTISEMENT
Apa itu overthinking?
Pengertian dari overthinking sendiri merupakan distorsi kognitif yang terjadi pada manusia, proses berpikir tersebut khususnya tentang ketidaksesuaian dengan kenyataan yang ada (Burn, 1991). Pengertian lain mengenai fenomena overthinking menurut Ahmadi (2009) adalah suatu proses berpikir atau penyelesaian masalah yang terlalu berlebihan, bahkan hingga memberikan kerugian dan manfaat tergantung dari seberapa sering dilakukan. Seringnya, seseorang yang mengalami overthinking akan berpikiran negatif secara terus menerus namun, tidak ada penyelesaian dari masalah yang sedang dipikirkan tersebut, sehingga overthinking dianggap tidak efektif dalam menyelesaikan masalah.
Mengapa overthinking bisa terjadi?
Hal tersebut dapat terjadi kepada seseorang yang memiliki sekumpulan pikiran atau thoughts tentang masalah atau hal yang sedang mereka hadapi. Pikiran tersebut tersimpan dan mengendap dalam diri seseorang, alih-alih memecahkan masalah yang sedang terjadi, seseorang yang mengalami overthinking lebih memilih untuk memendam pikiran tersebut. Penyebab lain seseorang mengalami overthinking adalah karena individu tersebut mengalami kesusahan untuk dealing with the past atau juga worrying about the future. Menurut Ashley Carrol, seorang psikolog di Parkland Memorial Hospital, mengatakan bahwa ketika overthinking, seseorang merenungkan hal tertentu, hal tersebut dapat berubah menjadi pemikiran negatif yang lebih besar dan lebih ekstrem. Carrol juga mengatakan, jika terlalu banyak berpikir akan menjadi masalah jika hal itu mulai mempengaruhi kehidupan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Selain dapat mempengaruhi kehidupan sehari-hari, overthinking juga berdampak pada kesehatan mental dan fisik kita. Orang dengan kebiasaan overthinking dapat mengalami sakit kepala, nyeri dada, sesak napas dan bahkan parahnya overthinking dapat meningkatkan seseorang beresiko diabetes dan stroke. Menjadi emosional dan tidak dapat mengontrol emosi juga menjadi salah satu dampak buruk dari memiliki kebiasaan overthinking. Dalam sebuah penelitian menyatakan bahwa, kebiasaan overthinking dapat menyebabkan seseorang memiliki tekanan emosi yang berlebihan yang dapat mendorong seseorang tersebut melampiaskan emosinya dengan cara yang buruk dan tidak sehat, contohnya seperti mengonsumsi obat penenang yang berlebihan dan makanan maupun minuman tidak sehat ataupun beralkohol.
Dalam dunia psikologi, fenomena overthinking yang sudah menjadi kebiasaan atau bahkan konsumsi sehari-hari dapat menjadi salah satu penyebab seseorang bisa stres. Jika sudah mengalami stres, maka hal tersebut dapat berdampak pada struktur dan fungsi otak. Dijelaskan dalam video TED-Ed berjudul ‘How Stres Affects Your Brain’ bahwa stres yang dialami oleh manusia bermula dari hypothalamus pituitary adrenal (HPA) axis, itu merupakan tempat kelenjar endokrin di otak dan ginjal berinteraksi. Hal tersebut yang dapat mengontrol respons tubuh terhadap stres. HPA axis akan langsung aktif dan melepaskan hormon kortisol jika seseorang mengalami stres, hal itu menyebabkan tubuh menjadi lebih tegang. Stres yang akut akan menyebabkan aktivitas di amygdala (pusat ketakutan dan emosi pada otak) dan menyebabkan sinyal elektrik pada hippocampus (pusat kontrol belajar, stres dan ingatan) memburuk. Tingkatan kortisol yang memburuk atau meningkat dapat menyebabkan otak menyusut pada bagian atau lapisan terluar otak yang mengatur perilaku, seperti konsentrasi, interaksi sosial dan membuat keputusan. Jadi pada dasarnya, overthinking yang terus menerus hingga seseorang mengalami stres akan membuat tubuh menjadi kelelahan karena produksi hormon kortisol yang berlebihan, hal itu akan berdampak pula terhadap memburuknya fungsi otak. Beberapa scientist juga mengatakan bahwa, overthinking yang terus menerus dapat mengaktifkan bagian-bagian pada otak yang memproduksi rasa takut dan cemas (Petric, Domina. 2018). Selain menyebabkan beberapa hal di atas, jika intensitas dari overthinking ini tinggi atau terjadi setiap hari, terutama pada malam hari parahnya, seseorang sampai-sampai mengalami susah tidur atau biasa juga disebut dengan insomnia.
ADVERTISEMENT
Insomnia merupakan kesukaran dalam memulai atau mempertahankan tidur (Kaplan, dkk, dalam Janah, 2014). Selain itu, insomnia juga dapat diartikan sebagai keluhan tidur yang buruk atau tidak memuaskan yang berhubungan dengan distres berat dan juga gangguan dalam lingkungan kerja, sosial maupun intrapersonal (Lindblom dan Frojmark, dalam Janah, 2014). Insomnia dapat terjadi jika seseorang mengalami satu atau lebih beberapa masalah, seperti kesulitan memulai tidur, sering terbangun pada malam hari, dan kualitas tidur yang buruk.
Mendapatkan tidur yang cukup merupakan hal yang penting bagi kehidupan manusia. Tidur dapat memberikan manfaat bagi perkembangan otak dan pertumbuhan fisik manusia. Bagi seseorang yang overthinking hingga mengalami gangguan tidur seperti insomnia, akan berdampak terhadap kesehatan otak maupun tubuh. Kualitas tidur yang buruk dapat menyebabkan kematian lebih awal dan dikaitkan dengan tingkat aktivitas kognitif yang lebih rendah (Howrey et al., dalam King, 2017). Masalah tidur juga mengganggu kebanyakan individu yang memiliki gangguan psikologis, termasuk yang mengalami depresi (Eidelman et al., dalam King, 2017).
ADVERTISEMENT
Mengapa kurang tidur dapat mempengaruhi kesehatan?
Karena neuron yang mengontrol tidur berinteraksi erat dengan sistem imun (Imeri & Opp, dalam King, 2017). Bagi individu yang mengalami flu, penyakit infeksi yang membuat kita mengantuk. Hal itu karena adanya zat kimia yang bernama sitokin. Merupakan zat yang diproduksi oleh tubuh untuk dapat memerangi infeksi, merupakan penginduksi-tidur yang kuat (Besedovsky et al., dalam King, 2017). Tidur juga dapat membantu tubuh menyimpan energi dan sumber lain yang diperlukan untuk mengatasi infeksi (Irwin dkk., dalam King, 2017). Serangkaian penelitian tentang tidur yang dilakukan oleh James B. Maas yaitu merupakan seorang ahli yang mengkaji tidur, Maas berpandangan bahwa intensitas tidur yang tidak memadai akan mengakibatkan meningkatnya kecemasan, sulit berkonsentrasi, depresi, penurunan motivasi, rasa humor maupun kemampuan bersosial seseorang, hal itu tercantum dalam buku Power Sleep (2002). Studi lain juga dilakukan di University of California di San Diego (UCSD) yang menyoroti tentang dampak seseorang yang memiliki insomnia kronis terhadap kemampuan otak untuk memproses dan menyimpan informasi jangka pendek. Dari hasil studi dikatakan bahwa, penderita insomnia akan kesulitan mengatur aktivitas di area otak yang biasanya melakukan tugas tersebut.
ADVERTISEMENT
Lalu, bagaimana cara kita menghindari perilaku overthinking yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan?
Yang pertama yaitu take your time untuk dapat memahami apa hal yang membuatmu menjadi stres atau membebani pikiranmu. Jika sudah tahu apa yang menjadi penyebab dari overthinking itu, maka selanjutnya adalah cari cara untuk dapat menyelesaikan masalah tersebut, hadapi rasa overthinking itu, bisa dengan menulis apa saja permasalahan yang sedang dipikirkan, membuat plan kedepannya untuk menyelesaikan masalah, hal tersebut membantu kita melepas beban tersebut dari pikiran. Mengabaikan hal-hal yang dapat mengganggu pikiran, lakukan kegiatan lain yang berdampak positif untuk pikiranmu. Mendengarkan musik relaksasi atau bisa juga membaca buku yang menghibur juga dapat membantu dalam menghindari overthinking.
ADVERTISEMENT
Jika hal-hal tersebut masih tidak membantu, maka cara terbaik adalah dengan menghubungi orang yang ahli dalam bidangnya, seperti psikolog maupun psikiater. Jangan tenggelamkan diri larut dalam kesedihan, kebingungan dan hal negatif lain yang berujung pada stres maupun insomnia.
Stop worrying about what can go wrong, and get excited about what can go right. Karena masih banyak hal yang dapat dipikirkan maupun dilakukan yang lebih bermanfaat untuk dirimu.
Daftar Pustaka :
ADVERTISEMENT