Ustaz Tengku: Tujuan RI Merdeka, Bukan untuk Bangun Infrastruktur

2 Desember 2018 11:29 WIB
Ustaz Tengku Zulkarnaen, alam acara Reuni 212 di Monumen Nasional, Jakarta, Minggu (2/12/2018). (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ustaz Tengku Zulkarnaen, alam acara Reuni 212 di Monumen Nasional, Jakarta, Minggu (2/12/2018). (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
ADVERTISEMENT
Acara Reuni 212 di kawasan Monas juga diisi orasi dari Wasekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ustaz Tengku Zulkarnain. Dalam orasinya, Tengku mengajak para generasi muda untuk tetap menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) agar menjadi negeri yang Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur (negeri yang subur, makmur, adil dan aman).
ADVERTISEMENT
"Di pundak kamu (generasi muda) menjaga NKRI tetap abadi sampai kiamat. Tapi bukan sembarang NKRI. Kita tidak mau NKRI yang bejat, kita tidak mau NKRI yang halalkan homoseksual, halalkan lesbian, kita mau NKRI yang Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur," ujar Tengku di lokasi, Minggu (2/12).
Tengku menyebut, menjadi negeri yang Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur itu merupakan tujuan kemerdekaan Indonesia. Pembangunan berbagai infrastruktur seperti jalan tol, bandara, dan pelabuhan, menurut Tengku, bukan tujuan kemerdekaan Indonesia.
"Kita mau merdeka bukan untuk bangun jalan dan pelabuhan saja, bukan untuk bangun lapangan terbang. Lebih dari itu kita mau merdeka untuk jadi negara yang Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur," ketusnya.
Gambar dari udara suasana Reuni 212 di kawasan Monas, Jakarta Pusat, Minggu (2/12/2018). (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Gambar dari udara suasana Reuni 212 di kawasan Monas, Jakarta Pusat, Minggu (2/12/2018). (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
Menurut Tengku, apabila tujuan kemerdekaan Indonesia hanya untuk membangun infrastruktur, maka Belanda yang menjajah Indonesia selama 350 tahun sudah membangun infrastruktur terlebih dahulu.
ADVERTISEMENT
"Penjajah pun bikin jalan dari Anyer sampai Panarukan. Kita bukan merdeka supaya bisa bikin jalan apalagi cuma jalan tol bayar mahal. Jalan tol 14 km mahal bayarnya sombong, Belanda bikin jalan tenang-tenang saja," ucap Tengku tanpa menyebut jalan tol yang dimaksud.
"Kita tidak mau merdeka dari penjajahan supaya bikin pelabuhan (dulu) Tanjung Priok, Belawan yang bikin penjajah. Kalau bikin pelabuhan penjajah juga bisa," imbuhnya.
Tengku lalu menyinggung pembangunan bandara baru di Jawa Barat yang kini sepi. Akibat sepinya bandara tersebut, kata Tengku, sampai-sampai menjadi tempat setan. Diketahui bandara baru di Jawa Barat yang dibangun di era Jokowi yakni Bandara Kertajati yang berada di Majalengka.
"Ada yang bikin (bandara) satu di Jawa Barat tempat genderuwo kawin. Gimana pesawat mau turun di situ? Akhirnya lahir anak genderuwo (namanya) sontoloyo," seru Tengku disambut tawa massa reuni 212.
ADVERTISEMENT
Menurut Tengku, untuk mewujudkan tujuan tersebut maka pemimpin mulai dari kepala daerah hingga presiden tidak boleh mengeluarkan kebijakan negara yang melawan perintah agama seperti melegalkan tempat pelacuran.
Ia menyebut pemimpin harus bisa mencontoh apa yang dilakukan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang berani menutup tempat pelacuran di DKI.
"Kalau saya ditanya siapa presiden yang mampu mewujudkannya? Kalau saya ditanya serahkan kepada tentara yang dijaga ulama pasti Indonesia akan menjadi negeri Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur," pungkasnya.