Lantunan Azan di Istiqlal dan Kidung Jumat Agung di Katedral

30 Maret 2018 14:46 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bangunan Gereja Katedral dan Masjid Istiqlal. (Foto: Fanny Kusumawardhani/Kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Bangunan Gereja Katedral dan Masjid Istiqlal. (Foto: Fanny Kusumawardhani/Kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Presiden Joko Widodo selalu mengatakan Indonesia menjadi contoh negara lain dalam merawat harmoni kerukunan umat beragama. Ungkapan itu tidak berlebihan jika melihat potret harmoni dua umat beragama di Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral.
ADVERTISEMENT
Bila Anda berkunjung ke Lapangan Banteng di kawasan Pasar Baru, Jakarta, ada dua bangunan megah yang akan ditemukan, pertama yaitu Masjid Istiqlal dan kedua adalah Gereja Katedral yang letaknya berdekatan dan hanya dipisahkan oleh jalan.
Pantauan kumparan (kumparan.com), Jumat (30/3), sekitar pukul 12.00 WIB, umat muslim yang hendak melaksanakan ibadah salat Jumat mulai memenuhi kawasan Masjid Istiqlal sejak pukul 11.00 WIB.
Jemaah salat di Masjid Istiqlal. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Jemaah salat di Masjid Istiqlal. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Sementara umat Katolik yang hendak mengikuti ibadah Jumat Agung juga sudah mulai memenuhi Gereja Katedral. Mereka berjalan di jalan yang sama, namun masuk ke area tempat ibadah yang berbeda.
Salat Jumat yang dimulai pukul 12.00 WIB diawali dengan suara azan sementara ibadah Jumat Agung yang waktunya juga sama, diawali dengan kidung-kidung dari para jemaat. Meski bersamaan, namun tak ada perasaan terganggu di antara keduanya.
Ibadah Jalan Salib di Gereja Katedral. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ibadah Jalan Salib di Gereja Katedral. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Tak ada protes dari umat Katolik ketika suara azan terdengar hingga lingkungan gereja. Begitupun umat muslim tak memprotes kidung-kidung jemaat yang dilantunkan saat azan berkumandang.
Suasana di dalam Masjid Istiqlal. (Foto: Anggi Dwiky Dermawan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana di dalam Masjid Istiqlal. (Foto: Anggi Dwiky Dermawan/kumparan)
Mungkin menurut sebagian orang itu biasa, tetapi bila Anda pergi ke negara-negara yang dilanda konflik karena suku dan agama, harmoni kerukunan di kawasan Pasar Baru itu sungguh luar biasa.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya tidak hanya itu saja, harmonisasi kerukunan umat beragama antara umat katolik dan muslim terlihat dari saling berbagi parkiran.
Ibadah Jalan Salib di Gereja Katedral. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ibadah Jalan Salib di Gereja Katedral. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Jadi, bila ada acara Idul Adha, Idul Fitri, pihak Gereja Katedral membuka pintu kepada umat muslim yang membawa kendaraan untuk bisa memarkirkan di halaman gereja. Hal itu berlaku juga bagi umat katolik pada saat perayaan Natal. Pihak Masjid Istiqlal memperbolehkan lahan parkirnya digunakan oleh jemaat gereja.
Jalinan toleransi Katedral-Istiqlal membentang puluhan tahun sejak keduanya berdiri. Keduanya bahkan sengaja dirancang terpancang di tanah berdampingan.
Adalah Sukarno yang mencetuskan gagasan membangun masjid terbesar di Indonesia berdampingan dengan Gereja Katedral yang telah dibangun lebih dulu sejak 1901.
Pada akhirnya, pembangunan Masjid Istiqlal yang berdekatan dengan Gereja Katedral memang sarat nilai toleransi, keberagaman, dan kebersamaan.
ADVERTISEMENT
Sampai saat ini, kedua bangunan itu jadi simbol kerukunan antarumat beragama, yang mestinya terus bergandeng tangan tanpa dinodai karut-marut politik berbalut agama.
Katedral-Istiqlal bukan sekadar bangunan. Mereka oase pengharapan yang memancar di jantung Jakarta, yang akan selalu menjadi pengingat umat untuk terus merengkuh damai di atas segala perbedaan.