Purwokerto, (ANTARA News) - Sepanjang Tahun 2018, sektor pariwisata Indonesia dinilai mengalami perkembangan dan kemajuan yang sangat menggembirakan.

Pengamat pariwisata dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Chusmeru menilai langkah pemerintah menetapkan destinasi prioritas dan juga destinasi super prioritas sangatlah tepat.

Pasalnya, kebijakan tersebut bisa berdampak positif pada persebaran wisatawan ke berbagai wilayah yang ada di Tanah Air.

Selain itu, dia juga menilai, sepanjang Tahun 2018, promosi dan pemasaran pariwisata Indonesia lewat media digital juga terbilang sukses.

"Hal itu terlihat dari branding Wonderful Indonesia yang selalu mendapat penghargaan dunia sejak Tahun 2016 hingga sekarang," katanya.

Hal tersebut, kata dia, bisa sangat signifikan memengaruhi peningkatan angka kunjungan wisatawan ke Indonesia.

Kendati demikian, di balik berbagai keberhasilan yang telah dicapai, kata dia, ada beberapa hal yang masih perlu ditingkatkan dalam menghadapi wisatawan milenial, berupa wisatawan masa depan generasi Y dan Z pada Tahun 2020.

Adapun yang perlu diperhatikan adalah, pertama, pariwisata nomadik sebagai salah satu ciri pariwisata milenial belum berkembang optimal.

Padahal konsep pariwisata nomaden (nomadic tourism) bisa dikembangkan untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke objek yang masih sulit dijangkau.

Hal tersebut karena keterbatasan amenitas dan aksesibilitas di daerah serta masih perlu ditingkatkannya promosi dan sosialisasi tentang wisata nomadik.

"Konsep ini menawarkan bentuk dan cara berwisata dengan menggunakan mobil karavan sebagai amenitas atau tempat menginap, dan menggunakan sea plane atau pesawat yang bisa mendarat di air, misalnya, sebagai aksesibilitas. Atau bisa juga dengan kemah bercita rasa mewah," katanya.

Kedua, wisatawan milenial akan mencari pengalaman yang bersifat lokal di daerah dengan mengunjungi berbagai desa yang memiliki keunikan alam, budaya, dan kuliner.

Sayangnya, pengembangan desa wisata di beberapa daerah masih belum maksimal, karena berbagai kendala.

Berbagai kendala dimaksud, antara lain masih banyak desa yang belum menggali dan membuat peta potensi wisata di daerahnya.

Selain itu aksesibilitas menuju desa wisata terkendala oleh infrastruktur yang belum memadai.

Selain itu, jaringan dan infrastruktur komunikasi di beberapa daerah yang belum optimal.

Kendala lainnya, belum semua daerah memiliki regulasi tentang desa wisata. Hal itu akan berkaitan dengan aset yang mendukung desa wisata, model pengelolaan serta investasi di desa.

Oleh sebab itu, Kementerian Pariwisata perlu mendorong agar pemerintah daerah segera membuat regulasi terkait desa wisata.

Dengan demikian, setiap daerah siap menyonsong wisatawan milenial di Tahun 2020.

Yang juga tidak kalah penting, kata dia, diperlukan kesiapan sumber daya manusia di daerah untuk mengelola desa wisata, dan juga diperlukan pelatihan bagi warga desa agar dapat mengelola desa wisata secara profesional berlandaskan kearifan lokal.

Pada Tahun 2019, upaya pengembangan sektor pariwisata harus terus dilakukan dengan meningkatkan pembangunan infrastruktur-infrastruktur di daerah. Terutama daerah yang memiliki keunikan dan tujuan wisata unggulan.

Selain itu, dia juga mendorong pemerintah untuk terus menambah objek prioritas agar persebaran kunjungan wisatawan ke daerah yang lain makin signifikan.

Pembangunan dan aksesibilitas wisata juga perlu menjadi perhatian, misalkan pembangunan jalan, bandara, hingga masalah listrik dan lain sebagainya yang bisa mendukung sektor pariwisata.

"Pengembangan desa wisata merupakan salah satu upaya strategis untuk memajukan sektor pariwisata di suatu daerah mengingat tren wisata dunia Tahun 2018, adalah pada sesuatu yang baru, yang unik, dan natural," katanya.

Menurut dia, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengembangkan desa wisata di suatu daerah.

Yang pertama, adalah perlunya menggali berbagai potensi yang ada, mulai dari potensi alam, seni budaya, maupun buatan.

Potensi alam, bisa berupa pemandangan, gunung, sungai, laut, danau, sawah, dan lain sebagainya.

Sementara, potensi seni budaya dapat berupa tradisi unik, ritual adat desa, tarian, sanggar seni di desa, dan lain sebagainya.

Sedangkan potensi buatan dapat berupa wahana, trek sepeda, arung jeram, taman rekreasi, dan lain sebagainya.

Yang kedua, konsep desa wisata haruslah memiliki ciri khas yang dapat membedakan dengan desa yang lainnya.

Yang ketiga, yaitu, desa wisata harus masuk dalam lingkup daerah pengembangan, dan harus masuk dalam rute perjalanan wisata yang sudah dijual.



Pariwisata Daerah

Pemerintah daerah, juga ikut berperan aktif dalam mendukung peningkatan sektor pariwisata di Tanah Air.

Misalkan saja, Pemerintah Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, terus mengintensifkan pengelolaan desa wisata guna membangun citra pariwisata dan meningkatkan angka kunjungan wisatawan.

Kepala Bidang Pariwisata, Dinas pemuda Olah Raga dan Pariwisata Purbalingga Prayitno mengatakan pihaknya secara intensif terus berupaya meningkatkan sektor yang diyakini dapat meningkatkan perekonomian lokal tersebut.

Salah satu upaya adalah dengan mengembangkan desa wisata, dan melakukan sosialisasi kepada pengelola desa-desa wisata yang ada di wilayah tersebut.

Perlu terus diingatkan agar pengelola desa wisata dan masyarakat setempat menciptakan iklim sapta pesona.

Unsur sapta pesona wisata dimaksud, antara lain, aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah, dan kenangan.*



Baca juga: Menuju satu desa, satu objek wisata

Baca juga: Ribuan peserta terlibat Festival Pasraman Indonesia 2018


 

Pewarta: Wuryanti Puspitasari
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018