Jakarta (ANTARA News) - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menegaskan bahwa kerja sama yang dilakukan bersama Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD dalam ekspedisi NKRI di Kabupaten Tambrauw, Papua Barat, murni untuk penelitian.

"Kami murni penelitian, dengan siapapun mitranya. Petisi tidak mempengaruhi kami, karena sejak awal semua ekspedisi, di mana pun, murni untuk penelitian," kata Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati LIPI Enny Sudarmonowati kepada Antara di Jakarta, Jumat.

Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa semua ekspedisi sejak awal murni penelitian yang semuanya akan berujung pada potensi pemanfaatan sumber daya hayati.

"Bagusnya kita sendiri yang menggali (sumber daya alam tersebut) dari pada keduluan bangsa lain yang memanfaatkan dari kekayaan hayati kita," ujar Enny.

Menurut dia, masih sedikit penelitian yang telah dilakukan, bahkan inventory terkait sumber daya hayati (SDH) di Papua. Itu pun dilakukan dengan dana sangat terbatas.

"(Penelitian di Papua) juga sesuai arahan Presiden Jokowi bahwa kita beramai-ramai memajukan Papua," ujar Enny.

Sebuah petisi yang dibuat oleh Papua Itu Kita di mulai dua bulan lalu di change.org yang ditujukan kepada LIPI, Kepala LIPI Iskandar Zulkarnain, dan Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati LIPI Enny Sudarmonowati menyebutkan apresiasi terhadap keberadaan LIPI dalam mendorong proses perdamaian di Tanah Papua.

Papua Road Map yang dikeluarkan LIPI pada 2009, dan proses yang mengikutinya hingga saat ini, dianggap sebagai pedoman penting bagi banyak pihak di Indonesia untuk perbaikan situasi Hak Azasi Manusia di Papua.

Oleh karena itulah dalam petisi yang hanya diikuti 274 pendukung tersebut disebutkan kerja sama LIPI dan Kopassus dalam Ekspedisi NKRI menimbulkan kekhawatiran terhambatnya proses konstruktif yang sedang dibangun bersama di Tanah Papua. Kekhawatiran soal transparansi penyampaian hasil ekspedisi juga tertulis dalam petisi.

Sebelumnya, Enny mengatakan LIPI melaksanakan Ekspedisi Widya Nusantara (E-WIN) untuk tujuan penelitian di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT), selama tiga minggu mulai 15 April 2016. Selain itu, ekspedisi juga dilaksanakan di Gunung Gandang Dewata, Sulawesi Barat, dan Kabupaten Tambrauw, Papua Barat.

Kedua wilayah ini, menurut dia, juga masih sangat minim data keanekaragaman hayatinya.

Khusus untuk Tambrauw, kabupaten baru ini telah mencanangkan diri untuk menjadi kabupaten konservasi, ujar dia. Dan ekspedisi yang dilakukan di sana merupakan Ekspedisi NKRI bersama Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD.

Enny berharap hasil kegiatan E-WIN 2016 yang menghabiskan dana hingga Rp2,1 miliar tersebut bisa menjadi masukan bagi pemerintah lokal mengenai pengelolaan sumber alam di Pulau Sumba, berupa rekomendasi pengelolaan sumber daya alam, baik darat maupun laut, rekomendasi kebijakan, mitigasi dan adaptasi bencana, serta penguatan kapasitas pemangku kepentingan pemerintah dan masyarakat.

Pewarta: Virna P
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016