Kamis, 25 April 2024

Jejak Perempuan, Para Pemerhati AMP di Lotim Selatan

- Jumat, 2 Agustus 2019 | 16:00 WIB
DISKUSI: Kelompok jejak perempuan sedang mendapat materi dari tokoh pemuda Jerowaru Hasan Gauk di Desa Pandan Wangi, Kecamatan Jerowaru, belum lama ini.
DISKUSI: Kelompok jejak perempuan sedang mendapat materi dari tokoh pemuda Jerowaru Hasan Gauk di Desa Pandan Wangi, Kecamatan Jerowaru, belum lama ini.

Jejak perempuan merupakan sebuah kelompok yang peduli pada Anak Pekerja Migran (APM) di Lombok Timur bagian selatan. Dengan swadaya, mereka berupaya memastikan pendidikan APM setara dengan anak-anak lainnya.


Fatih Kudus Jaelani, Lombok Timur


====================================

Di sebuah gazebo, tokoh pemuda Jerowaru Hasan Gauk berdiri memberi materi kepada para perempuan tangguh di Dusun Mungkik, Desa Pandan Wangi, Kecamatan Jerowaru. Para perempuan itu tergabung dalam Jejak Perempuan.


Jejak Perempuan itulah nama salah satu kelompok perempuan di tempat itu. Fokus gerakan mereka di bidang pendidikan, sosial dan kesetaraan gender. Mereka mengajar anak-anak yang ditinggal orang tuanya merantau. Anak-anak yang tak memiliki biaya, anak-anak telantar dan anak-anak broken home.


"Kami menjadi guru, teman, dan keluarga bagi anak-anak didik kami.  Tanpa upah, tanpa gaji, dan tanpa tunjangan," kata Salah seorang anggota Jejak Perempuan, Sri Astuti Wahyuni.


Sejak lima tahun lalu, mereka membentuk pendidikan anak usia dini (PAUD) APM. Muridnya sekitar 48 anak yang setengahnya adalah anak-anak yang ditinggal merantau oleh orang tua mereka. Baik ke Malaysia, Saudi Arabia, Brunei, Hongkong, dan negara lainnya.


PAUD APM diinisiasi oleh relawan Santai, Yayasan Tunas Alam Indonesia, Dusun Mungkik, Desa Pandan Wangi. Di tengah diskusi tersebut, Astuti menjelaskan, di Dusun Mungkik atau mungkin di beberapa tempat lainnya, masyarakat masih memandang anak pekerja migran sebagai orang-orang terbuang.


Hal itu dapat dilihat dari panggilan yang kerap dilontarkan pada mereka. Dengan sebutan anak sawit, anak onta, anak oleh-oleh. "Anak oleh-oleh ini maksudnya mereka yang ibunya mendapat siksaan di tempat bekerja dan pulang membawa anak," jelasnya.


Stigma tersebut masih kerap ditemukan di tengah kehidupan masyarakat. Dari sanalah, Ahmad J, mengajak para perempuan desa seperti Astuti, Linda Widya Mayanti, Wirnaniati, dan Heni Widyawati untuk membentuk Jejak Perempuan.


PAUD yang mereka kelola sudah beberapa kali pindah lokasi. Dari menumpang di ruang kelas sekolah-sekolah SD, di rumah warga, dan terakhir di rumah kepala Dusun. Kata Ahmad, hal itu disebabkan karena keterbatasan yang mereka miliki.


"Saya percaya, di bawah bimbingan Jejak Perempuan yang dinakhodai oleh beberapa perempuan-perempuan hebat ini, anak-anak APM mendapat ilmu pengetahuan yang setara dengan PAUD-PAUD di luar sana, bahkan lebih," kata Ahmad.


Hal serupa juga diamini oleh Hasan. Ia mengatakan, jejak perempuan mengajarkan anak-anak APM menjadi orang mandiri. "Semoga gerakan luhur ini tetap bertahan," harapnya. (r5/*)

Editor: Administrator

Tags

Terkini

Tarif Pajak PBB-P2 dan BPHTB Tahun ini Menurun

Senin, 8 April 2024 | 19:28 WIB

Waspada Daging Oplosan Jelang Lebaran

Jumat, 5 April 2024 | 09:30 WIB

YPH PPD NWDI Pancor Salurkan 7 Ton Zakat Fitrah

Kamis, 4 April 2024 | 12:30 WIB
X