Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana
Jum'at, 01 Mei 2020 | 18:37 WIB
Ilustrasi korban kekerasan atau pelecehan seksual - (Pixabay/Anemone123)

SuaraJogja.id - Kasus kekerasan seksual yang menerpa Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta menjadi perhatian bagi sekelompok aktivis yang tergabung dalam UII Bergerak. Melalui rilis dengan 11 halaman yang dikeluarkan pada Kamis (30/4/2020), UII Bergerak mengungkap kronologi singkat kekerasan seksual yang dilakukan seorang alumnus Arsitektur Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) UII berinisial IM.

Dalam rilisnya dibeberkan kronologi kejadian yang dialami dua korban meskipun sebenarnya, menurut UII Bergerak, korban IM tak hanya dua orang.

Laporan pertama yang diterima UII Bergerak berasal dari penyintas berinisial Z, sesama mahasiswa UII angkatan 2012 dengan IM. Menurut keterangan yang disertakan, mulanya pada 11 April lalu, alumnus Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) UII itu berbincang-bincang dengan IM melalui direct message (DM) di Instagram sebagai kawan lama.

Obrolan keduanya berlanjut hingga suatu hari IM menghubungi Z melalui WhatsApp (WA). Di situ, Z mengungkapkan bahwa ia diminta IM menirukan posisi orang berhubungan badan dan menyentuh alat vitalnya.

Sontak, Z terkejut lantaran ia mengenal IM sebagai "sosok yang agamis, cerdas, dan sopan." Bahkan, kata dia, IM tengah dipromosikan menjadi dosen FTSP UII.

Sempat Z menyuarakan kejadian yang menimpanya itu di Instagram story, dan berita yang tak disangka-sangka pun ia terima dari teman-teman yang meresponsnya, yakni bahwa IM telah melakukan aksi serupa selama dua sampai tiga tahun belakangan. Z bahkan sampai dihubungi psikolog yang menangani korban-korban IM hingga ia mendapat informasi soal kasus-kasus IM yang lebih mengejutkan lagi.

Selain Z, UII bergerak juga membagikan kronologi singkat dari penyintas kekerasan seksual IM berinisial X. Kemalangan menimpa alumnus UII yang dulunya berkuliah pada angkatan 2016 itu kala ia berada di perpustakaan.

Disampaikan bahwa IM menceletuk soal bulu tangan X. IM juga disebutkan menghubungi X via chat untuk menyampaikan soal mitos yang mengatakan bahwa hasrat seksual perempuan bisa dilihat dari bulu tangannya.

X merasa tak nyaman dengan perbincangan tersebut dan berusaha menyangkal IM, tetapi, kata X, IM bersikeras menganggap obrolan semacam itu wajar untuk orang dewasa, termasuk dengan lawan jenis.

UII Bergerak mengungkapkan, korban IM ada banyak, bukan hanya Z dan X. Selain itu, kasusnya pernah dilaporkan sampai ke bidang kemahasiswaan, tetapi pihak kampus dinilai lambat dalam menindaklanjutinya. Bahkan, IM masih diberi ruang sebagai narasumber di salah satu program branding kampus.

Load More