Ngopi Pagi

FOKUS : Jagung Bakar

Ini tentang makanan, kuliner, tapi juga lebih dari itu. Sangat populer, utamanya di kalangan rakyat kebanyakan. Yaitu jagung, yang nama kerennya Zea m

Penulis: sujarwo | Editor: Catur waskito Edy
tribunjateng/bram
Sujarwo atau Pak Jarwo wartawan Tribun Jateng 

Oleh Sujarwo

Wartawan Tribun Jateng

Ini tentang makanan, kuliner, tapi juga lebih dari itu. Sangat populer, utamanya di kalangan rakyat kebanyakan. Yaitu jagung, yang nama kerennya Zea mays ssp. mays.
Jagung merupakan salah satu tanaman pangan penghasil karbohidrat yang terpenting di dunia, selain gandum dan padi.

Bagi penduduk Amerika Tengah dan Selatan, bulir jagung adalah pangan pokok, sebagaimana bagi sebagian penduduk Afrika dan beberapa daerah di Indonesia.

Sejarahnya cukup panjang. Jagung budidaya dianggap sebagai keturunan langsung sejenis tanaman rerumputan mirip jagung yang bernama teosinte (Zea mays ssp. parviglumis). Dalam proses domestikasinya, yang berlangsung paling tidak 7 000 tahun lalu oleh penduduk asli setempat,

Dalam literatur disebutkan petunjuk-petunjuk arkeologi mengarah pada budidaya jagung primitif di bagian selatan Meksiko, Amerika Tengah, sejak 7 000 tahun lalu. Sisa-sisa tongkol jagung kuno yang ditemukan di Gua Guila Naquitz, Lembah Oaxaca berusia sekitar 6250 tahun. Tongkol utuh tertua ditemukan di gua-gua dekat Tehuacan, Puebla, Meksiko, berusia sekitar 3450 SM.

Jagung masuk Nusantara sebelum bangsa Eropa mulai berlayar ke seluruh dunia. Di Jawa, istilah jagung sudah ada dari masa kerajaan Kadiri pra-Majapahit atau mungkin sebelum itu (sebelum abad ke-11. Kata "jagung" menurut Denys Lombard merupakan penyingkatan dari jawa agung, berarti "jewawut besar”

Bukan sekadar itu. Dalam jagung, terkandung filosofi \cukup tinggi. Mengutip Ahmad Rury dalam blognya, jagung disebut buah praktis. Cara hidupnya menunjukkan hidup dan berpikir fleksibel. Jagung yang dibakar, menandakan bahwa hidup ini membutuhkan proses.

Pada saat itu, orang yang membakar jagung akan bangga dan bahagia. Saat jagung itu sudah masak, makan jagung juga penuh keasyikan. Deretan biji jagung tertata rapi. Itulah gambaran orang yang berpikir positif, segalanya akan tertata. Jagung adalah gambaran pemikiran orang hidup, yakni harus selalu dipelihara, disiram, dan dirabuk.

Kembali tafsir Denys Lombard tentang kata jagung, juga jagung sebagai makanan (jagung bakar), mengingatkan tentang Kejaksaan Agung. Kebetulan lembaga tinggi negara ini biasa disingkat Kejagung, pimpinannya disingkat Jagung (Jaksa Agung).

Salah satu tugasnya, menetapkan serta mengendalikan kebijakan penegakkan hukum dan keadilan dalam ruang lingkup tugas dan wewenang kejaksaan.

Lembaga tersebut, kini sedang tertimpa musibah. Gedung Kejagung di Jalan Sultan Hasanudin Dalam, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan itu dilalap api pada Sabtu (22/8/2020) malam. Diduga, api berasal dari lantai 6 Gedung Utama, lalu salah satunya ke lantai 5.

Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejaksaan Agung Hari Setiyono menyebutkan, lantai 6 yang merupakan bagian kepegawaian, sedang lantai 5 juga dijadikan sebagai tempat pembinaan kepegawaian.

Jaksa Agung Sanitiar Burhanuddin memastikan, berkas penanganan perkara dan para tahanan aman dari kebakaran. Menko Polhukam Mahfud MD pun meyakini berkas dan data di Gedung Kejagung yang terbakar tetap aman. Jika ada data yang terbakar, menurut Mahfud, Kejagung memiliki penyimpanan secara digital.

Moga benar, tak ada dokumen penting yang terbakar. Moga persitiwa itu simbol makin berapi-apinya semangat dalam menegakkan hukum dan keadilan di negeri ini. Tapi memang seperti filosofi jagung yang dibakar, bahwa hidup ini membutuhkan proses. Para penegak hukum, moga, akhirnya bak deretan jagung yang tertata rapi, gambaran orang yang berpikir positif. (*)

Sumber: Tribun Jateng
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    AA
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2024 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved