Share

Orang Kaya Harus Dipancing agar 'Buang-Buang' Duit

Hafid Fuad , Sindonews · Jum'at 05 Februari 2021 13:06 WIB
https: img.okezone.com content 2021 02 05 320 2356999 orang-kaya-harus-dipancing-agar-buang-buang-duit-v7EReYMLmE.jpg Orang Kaya Harus Didorong Belanja. (Foto: Okezone.com/Shutterstock)
A A A

JAKARTA - Belanja masyarakat golongan menengah atas dinilai harus segera didorong. Golongan mampu ini harus didorong belanja barang lebih mahal yang masuk kategori durable goods atau produk yang tahan lama.

Hal ini penting mengingat saat ini, konsumsi masyarakat masih didominasi oleh belanja kebutuhan sehari-hari. Belanja bahan pokok dan primer ini relatif kecil dan tidak cukup kuat mengangkat pertumbuhan ekonomi Nasional.

Baca Juga: Indonesia Masih Resesi, BPS: Hampir Semua Ekonomi Negara di Dunia

"Harus ada sektor prioritas untuk memancing belanja barang menengah atas. Misalnya untuk kebutuhan telekomunikasi, pendidikan, dan kesehatan. Karena akan ada dampak multiplier effect yang bisa muncul dibandingkan belanja kebutuhan pokok," ujar Kepala Ekonom BCA David Sumual, dalam siaran live Market Review di IDX Channel hari ini di Jakarta, Jumat (5/2/2021).

Baca Juga: Ekonomi Boleh Minus, tapi 7 Sektor Usaha Ini Tahan Banting Lawan Covid-19

Dia menilai, saat ini tantangan perekonomian Nasional adalah mobilitas masyarakat yang masih tertahan kebijakan PPKM. Walaupun tidak seketat PSBB di awal pandemi tahun lalu, tapi ini tetap menahan minat belanja masyarakat.

Sedangkan konsumsi masyarakat masih mendominasi di atas 50% menggerakkan mesin perekonomian Indonesia.

"Jadi ekonomi Nasional di kuartal I-2021 masih akan negatif. Karena dalam kondisi normal sebelumnya di kuartal pertama memang rendah. Kemungkinannya di kuartal kedua dan selanjutnya baru akan positif," katanya.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Sebelumnya, Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2020 minus 2,07% dibandingkan tahun 2019 yang mencapai 4,97%. Sementara itu, pada kuartal IV 2020 ekonomi Indonesia minus 2,19%.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan angka ini menjadi catatan terburuk sejak kejadian krisis moneter 1998, 22 tahun lalu.

Sebagai informasi, krisis ekonomi berkepanjangan membawa ekonomi Indonesia pada 1998 mengalami kontraksi hingga 13,16%. Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) saat itu juga tembus Rp 16.650 dari yang awalnya Rp 2.000.

1
2

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini