Awalnya, rencana saya adalah mengurus Visa Iran berjenis Double Entry, karena saya berpikir akan keluar masuk Iran sebelum menjelajahi wilayah Caucasus. Kemudian, salah seorang teman juga menyarankan untuk mengurus visa tersebut langsung ke Kedutaan Besar Iran di Jakarta, dengan terlebih dahulu memberikan nomor kontak petugas yang bekerja di bagian pengurusan visa.

“Kontak saja Pak Husin nanti.” Dia berkata, “kemarin aku juga tanya-tanya ke dia kok tentang visa.”. Saya ingat, saat itu masih sekitar Bulan Februari atau Maret 2017, sementara jadwal perjalanan saya masih cukup lama, yaitu di Bulan Mei 2017. Angin surga juga datang darinya yang mengatakan bahwa pembuatan visa Iran cukup cepat, yaitu hanya sekitar beberapa hari kerja, tidak sampai dua minggu sudah jadi. Ceunah.

Berikutnya, saya langsung mengontak Pak Husin melalui nomor yang diberikannya, dan langsung mendapat penjelasan mengenai persyaratan untuk mengurus visa berjenis double entry ini. Persyaratan yang langsung saya teruskan ke Adhi, rekan perjalanan saya kali itu.

“Ternyata gak begitu ribet nih syaratnya, Dhi.” Saya menyampaikan, “nanti lah ya agak mepet ngajuinnya. Sekitar bulan April gitu. Gue masih ada beberapa trip nih. Pokoknya kita kumpulin dulu syaratnya dan isi formulirnya, nanti tinggal ke kedutaan buat daftar.”

Dalam kurun waktu kurang lebih satu bulan, saya mulai mengurus segala persyaratan yang diberikan oleh Pak Husin, meletakkannya dengan rapi dalam sebuah map yang saya ambil dari kantor, dan bersiap untuk berangkat ke kedutaan. Pada sebuah hari yang cerah di pertengahan April –hari di mana saya bersiap berangkat ke kedutaan untuk mengurus Visa Iran, saya mengontak kembali Pak Husin, supaya sopan. Akan tetapi, jawaban yang saya dapat darinya membuat saya sedih.

“Maaf, ini siapa ya?” Jawabnya.

Namun, bukan itu yang sebenarnya membuat saya sedih, melainkan jawaban-jawaban atas pertanyaan saya berikutnya, mengenai pembuatan double entry visa.

Visa Iran

DHEG! Setelah semua syarat siap dalam map, dan saya sudah tinggal berangkat ke kedutaan, ternyata per bulan April, Kedutaan Besar Iran di Indonesia sudah tidak melayani pembuatan visa secara langsung, tanpa adanya surat rekomendasi dari agency terkait yang sudah disahkan Kementerian Luar Negeri di sana. Ini sama seperti kita sudah dandan rapi untuk ke rumah pacar di malam Minggu, namun ketika menelepon ke rumahnya dijawab oleh ayahnya, “Maaf, orangnya baru saja menikah, Mas telat sih.”

Prosedur barunya adalah kita harus mengirim request ke travel agency di Iran, supaya membuat rekomendasi kunjungan, yang mana surat tersebut kemudian harus disahkan oleh Kementerian Luar Negeri Iran. Baru setelah itu, Kementerian Luar Negeri Iran akan mengirimkan berkas kita ke Kedutaan Besar Iran di Indonesia untuk proses pencetakan visa.

Kampret.

Saya sempat menghubungi beberapa travel agency di Iran dan melayangkan permintaan saya untuk dibuatkan surat rekomendasi supaya bisa mendapatkan double entry visa, namun semuanya mentah, surel saya tidak ada yang dijawab, cuma di-read doang!

Setelah berpikir beberapa hari, akhirnya saya dan Adhi memutuskan untuk mengubah sedikit itinerary (dari yang mengunjungi Iran di awal dan akhir perjalanan, menjadi hanya mengunjungi Iran di akhir perjalanan –sebuah keputusan yang membuat bagasi saya nyangkut dalam perjalanan) dan mengambil keputusan untuk mengurus Visa on Arrival Iran. “Ya, mau bagaimana lagi? Masa iya kita gak ke Iran?”

Lalu, bagaimanakah langkah-langkah mengurus Visa on Arrival Iran ini?

A. Menyiapkan Dokumen dan Persyaratan yang Dibutuhkan

Hal pertama yang perlu diketahui adalah bahwa Visa on Arrival Iran hanya berlaku untuk mereka yang datang melalui jalur udara, atau memasuki Iran dengan menggunakan pesawat terbang komersial yang mendarat di beberapa bandara resmi, bukan pesawat tempur yang mendarat mulus di dalam sanubari.

Lalu, apa sajakah yang persyaratan lain yang dibutuhkan? Selain paspor tentunya.

1. Tiket Penerbangan Menuju (dan Keluar dari) Iran

Ya, tanpa tiket penerbangan kamu tidak akan dapat mendarat di Iran dan mengurus Visa on Arrival ini. Selain itu, siapkan pula tiket pulang, siapa tahu kamu diminta untuk menunjukkan.

Saat ini ada beberapa alternatif penerbangan yang dapat kamu gunakan untuk terbang ke Iran, namun yang cukup populer (karena murah) adalah Air Asia yang mendarat di Imam Khomeini International Airport, Tehran.

Berhubung saya berencana mengurus Visa on Arrival Iran pada akhir rangkaian perjalanan, saya datang ke Iran menggunakan Air Asia, meninggalkan Iran menggunakan Azerbaijan Air, sebelum masuk kembali ke Iran menggunakan Ukraine International Air –supaya mirip Shevchenko, tapi ternyata gagal.

2. Surat Undangan/Bukti Reservasi Penginapan yang Sudah Mendapat Nomor Referensi/Kode Booking

Apabila kamu tidak mempunyai surat undangan dari Iran, maka siapkanlah bukti reservasi penginapan yang valid, yang sudah memiliki kode reservasi atau nomor voucher yang legit.

Sekadar informasi, karena adanya embargo politik dan ekonomi dunia ke Iran, cukup susah mencari penginapan di Iran, bahkan saya hanya menemukan segelintir penginapan melalui booking.com, itupun penginapan bintang empat yang harganya mahal.

Namun, untungnya ada Seven Hostel yang cukup murah, di mana kamu bisa melakukan pemesanan kamar secara online (melalui formulir isian dan email) dengan harga mulai $15 per malamnya, tergantung jenis kamar yang kamu pilih. Tentunya, akan semakin mahal apabila kamu memesan kamar beserta seperangkat alat salat.

Reservasi Hotel Iran
Catatan: Jangan anggap remeh masalah nomor referensi/kode booking penginapan ini, karena ketika saya mengurus visa, ada sekelompok turis bule yang visa-nya terhambat karena nomor referensi yang didapatkannya tidak valid.

3. Asuransi yang Meng-cover Perjalanan Selama di Iran

Iran juga mengharuskanmu memiliki polis asuransi yang meng-cover perjalananmu selama di Iran. Untuk Warga Negara Indonesia, tidak semua penerbit asuransi bersedia meng-cover perjalanan ke Iran, saya sempat dua kali berganti asuransi karena ternyata penerbitnya tidak mampu meng-cover rencana perjalanan saya di Iran.

Hingga akhirnya saya memilih asuransi AXA Mandiri dengan coverage ‘Worldwide’ ini.

Asuransi Visa Iran

Ya, AXA Mandiri memang mampu meng-cover perjalanan ke Iran, namun saat ini saya sudah tidak menggunakannya lagi karena pengalaman buruk yang saya alami pasca saya dan Neng kecopetan di Paris. Saat itu klaim asuransi kami ditolak (walaupun semua dokumen lengkap termasuk surat keterangan hilang dari kepolisian setempat yang membutuhkan waktu pengurusan sekitar dua jam) karena ternyata AXA tidak meng-cover perihal kehilangan uang, kecuali uang tersebut hilang bersama paspor atau dokumen perjalanan lainnya.

Sebuah peraturan yang menurut saya, sangat WTF. Mana ada orang yang tahu akan kehilangan uang saja atau uang berikut dokumen dan seperangkat alat salat. Sama seperti dilahirkan, kita juga tidak dapat memilih akan seperti apa kita kehilangan uang.

B. Mendaftar di Loket

Kemudian, apa yang harus kamu lakukan setelah mendarat di Iran dengan semua barang bawaan dan persyaratan visa kamu? Ya betul, mendaftar di loket dengan mengikuti saran P-Project, antre. Dalam dua kali kedatangan di bandara Imam Khomeini International, saya selalu tiba pada dini hari lepas tengah malam, namun penumpang di pesawat tersebut selalu penuh.

Loket Pendaftaran Visa Iran

Saya asumsikan bahwa kamu adalah traveler qizmin yang bepergian menggunakan Air Asia dan akan mendarat sama seperti saya, yaitu di Imam Khomeini International Airport, Tehran, maka loket pendaftaran visa letaknya adalah pada sisi kanan, sebelum keluar ke gerbang imigrasi. Bentuk loketnya kecil, hanya seukuran loket kantor pos, bukan sebesar kantor pemasaran Meikarta.

Dari situ, kamu dapat menyerahkan paspor dan menyebutkan kewarganegaraan kamu kepada petugas yang berjaga, yang mana dia akan menyerahkan secarik kertas kepadamu, sambil menyebutkan berapa besarnya biaya visa yang harus kamu bayar, karena beda kewarganegaraan, beda biayanya.

C. Membayar Biaya Permohonan Visa Iran

“Indonesia?” Tanya pria penunggu loket, memastikan. Saya mengangguk. “In Dollar or in Euro?” Kali ini dia bertanya mengenai apa jenis mata uang yang akan kami gunakan untuk membayar biaya pembuatan visa.

“How much is in Euro?” Saya bertanya.

“It’s 45 Euro.”

“And how much is in Dollar?” Saya menguji ilmu matematika petugas tersebut. Dollar di sini, berarti Dollar Amerika Serikat.

“It’s 51 Dollar.” Oh, ternyata kalau dalam hal uang, semua orang bisa menjadi pintar. “Plus the commision, 3 Euro or 3 Dollar.”

Pembayaran Visa Iran

Lalu, bagaimana apabila kamu tidak membawa Dollar atau Euro? Tenang, tepat di samping loket visa terdapat bank kecil di mana kamu bisa menukarkan uang yang kamu bawa. Saya tidak mengetahui dengan pasti apa saja jenis mata uang yang diterima, tapi seharusnya sih bisa ditukar, supaya petugas bank tidak mendapatkan gaji buta.

Untuk pembayaran visa itu sendiri, dilakukan pada loket visa, bukan dilakukan di bank ataupun diserahkan pada petugas kebersihan toilet yang berjaga pada foto di atas.

Catatan: Pembayaran akan dilakukan sekaligus bersamaan dengan penyerahan dokumen yang dibutuhkan, termasuk setelah mengisi formulir permohonan dan mendapatkan cap asuransi.

D. Mengisi Formulir Permohonan Visa Iran

Dari si petugas, saya mendapatkan selembar formulir permohonan visa bertuliskan “Visa Section Imam Khomeini International Airport”, selembar formulir yang harus saya isi dengan baik dan benar. Sebenarnya, formulir tersebut dapat kamu isi dengan dua cara, yaitu dengan menggunakan huruf latin yang ditulis dari kiri ke kanan, atau menggunakan huruf Arab yang bisa kamu tulis dari kanan ke kiri.

Berhubung saya dulu sering bolos TPA, maka saya memilih untuk mengisi formulirnya dengan huruf latin. Here we go!

Catatan: Apabila kamu bepergian dalam grup, maka kamu dapat mengisi formulir ini secara kolektif, di mana hanya satu orang yang mengisi sementara yang lain bisa menunggu sambil menikmati Wi-Fi gratis bandara yang hanya bisa dipakai untuk membuka WhatsApp.
Formulir Permohonan Visa Iran

Name: Tulislah namamu dengan benar, sesuai yang tertulis pada paspor. Jangan menggunakan nama samaran. Samaran Bleszynski. 

Passport Number: Isilah nomor paspormu, untuk Warga Negara Indonesia, biasanya terdiri dari satu huruf diikuti tujuh angka.

Father’s Name: Bagi warga jazirah Arab, nama Ayah sangatlah penting, maka dari itu tulislah nama ayahmu di sini. Penyangkalan: Saya tidak tahu yang dimaksud di sini apakah nama ayah kandung atau ayah karena ikatan lain.

Baca: Sebuah cerita tentang saya dan Ayah

Date of Birth: Tulis tanggal lahirmu di sini, dengan format:

Day – Month – Year: Hari (cukup tanggalnya saja, tidak perlu dituliskan Sabtu Pahing ketika petir menyambar pekarangan di mana ayam jantan sedang tidur dengan lelapnya) – Bulan (tulis dalam angka saja) – Tahun.

Occupation: Tulislah pekerjaan kamu, dalam bahasa Inggris.

Nationality: Kewarganegaraan, di mana apabila kamu adalah Warga Negara Indonesia, tulislah Indonesia dan apabila kamu adalah Radja Nainggolan ya, selamat untukmu, bro.

Name & Telephone Number & Address of Your Sponsor In Iran: Apabila kedatanganmu ke Iran karena undangan, maka tulislah nama pengundang, nomor telepon, dan alamat pengundangmu. Namun apabila kamu mengunjungi Iran dalam rangka liburan, maka tulislah nama penginapanmu, berikut nomor telepon dan alamatnya.

Kelengkapan Visa Iran

Accompanies: Saat itu saya tidak paham apa yang dimaksud ‘Accompanies’ di sini, sehingga saya kosongkan saja. Namun sepertinya ini berarti siapa sajakah yang bersama denganmu masuk ke Iran. Dapat kamu isi dengan nama-nama temanmu apabila kamu bepergian dalam grup.

Arrival Flight No: Isilah nomor pesawat yang membawamu masuk ke Iran, dalam kasus saya, maka saya mengisi nomor pesawat Ukraine Air, bukan Air Asia, berikut:

From – Date: Kota asal keberangkatan (saya mengisi Kiev) dan tanggal penerbangan bermula.

Departure Flight No: Isilah nomor pesawat yang akan membawamu keluar dari Iran, di mana saat itu saya mengisi Air Asia, berikut:

To – Date: Kota tujuan penerbangan (saya mengisi Kuala Lumpur) dan tanggal rencana penerbangan tersebut.

Date & Signature: Pada kolom terakhir, isilah dengan tanda tanganmu dan tanggal penandatanganan tersebut dilakukan. Tidak diperlukan meterai di sini.

E. Mengurus Asuransi

Sama seperti pendaftar visa lainnya, kami diminta si petugas loket visa untuk terlebih dahulu mendaftar asuransi perjalanan pada loket lain yang berada beberapa meter di depan loket visa –tepat di samping loket transfer penerbangan.

Walaupun saya sudah menunjukkan bukti asuransi perjalanan saya, namun si petugas tersebut tetap kekeuh meminta saya mengunjungi loket asuransi. Loket di mana mas-mas brewok ganteng sedang bekerja di dalamnya.

“Hello.” Saya menyapa petugas itu, bukan bermaksud untuk bernyanyi lagu Adelle. “I already have insurance from my country, Indonesia. Do I still need the insurance?”

“Can I check it?” Tanyanya.

Saya menjadi sedikit was-was, bagaimana apabila asuransi saya tidak disetujui olehnya, sementara pada selembar kertas yang ditempel di sudut loket tertulis biaya asuransi perjalanan untuk durasi sampai dengan 31 hari adalah 16 Dollar. Jumlah yang lumayan apabila diberikan kepada anak yatim seperti saya.

Setelah memperhatikan bukti polis asuransi saya, si petugas brewok memberikan stempel bulat bertuliskan Iran Ins. Co, yang saya tebak sebagai kepanjangan dari Iran Insurance Company. “Yes, you can use it.”

Catatan: Demi kenyamanan, pastikan kamu membawa polis asuransi dengan bentuk dokumen cetak, bukan screenshot di ponsel. Saat itu Adhi mengalami kesulitan validasi ketika dia lupa mencetak semua dokumennya, dan entah apa yang dia katakan dan perbuat kepada si petugas sehingga si petugas meloloskan visanya.

F. Menunggu Panggilan

Mengisi formulir sudah, mengurus asuransi sudah, melakukan pembayaran juga sudah, maka prosedur terakhir adalah menyerahkan semua dokumen tersebut kembali ke loket pendaftaran visa, dan menunggu panggilan untuk mengambil visa.

“Please have a seat.” Pinta si petugas ketika saya menyerahkan dokumen, “After 10 minutes, I will call you.”.

Saya menurut.

Visa Iran

Alih-alih duduk di kursi, saya memilih untuk duduk lesehan tak jauh dari loket sambil menunggu nama saya dipanggil. Mungkin perasaan kala menunggu saat itu mirip dengan penantian panggilan interview kerja, yang belum pernah saya lakukan.

Sepuluh menit berlalu. Si petugas sudah memanggil orang-orang dari berbagai negara, namun nama saya belum dipanggilnya.

“Two persons, French!” Teriak si petugas, “Welcome to Iran!”

Dua puluh menit berlalu, loket asuransi sudah tutup, yang ditandai dengan mas brewok ganteng yang meninggalkan loketnya.

“Six people, Russian!” Teriaknya lagi. “All of your reference number is not active yet.”

Hampir tiga puluh menit dalam penantian ketika saya mulai berpikir semoga saya tidak dipanggil Yang Maha Kuasa dahulu, dibanding dipanggil petugas visa yang PHP, ketika saya mendengar suara yang sangat merdu di pukul tiga pagi. “Two People, uhm, Indonesian!”

“Welcome to Iran!”

Visa Iran

Finally, saya berhasil juga mendapatkan Visa on Arrival Iran yang ditempel pada paspor, di mana visa tersebut berlaku untuk sekali masuk ke Iran, dengan maksimal kunjungan selama 30 hari.

Alhamdulillah! Akhirnya saya bisa berkunjung ke negara (yang mayoritas penduduknya memeluk Islam aliran) syiah ini.

Tapi bukankah traveling itu tidak memandang negara, agama, ras, suku, dan juga budaya? Karena kita adalah satu, sama-sama penduduk dunia ini dan sama-sama mahkluk ciptaan-Nya, yang diberikan nikmat berupa hidup, di mana salah satu cara menikmati hidup yang cuma satu kali ini adalah dengan traveling.

Iranian Friend

Sebarkan, jangan berhenti di kamu.