Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Kematian Corona Tinggi, Haruskah Jatim dan Jateng Tarik Rem Darurat?

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/IST
Suasana pemakaman PDP di Kabupaten Semarang
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memutuskan untuk menarik rem darurat dan kembali menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

Keputusan itu diambil setelah mempertimbangkan sejumlah faktor, di antaranya ketersediaan tempat tidur rumah sakit yang hampir penuh dan tingkat kematian yang tinggi.

Dengan demikian, penerapan PSBB transisi di Jakarta pun dicabut dan PSBB kembali diterapkan pada 14 September.

"Tidak ada banyak pilihan bagi Jakarta kecuali untuk menarik rem darurat sesegera mungkin," ujar Anies, dikutip dari Kompas.com Rabu (9/9/2020).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Pemprov DKI Lakukan Pengetatan PSBB di Jakarta Mulai 14 September

Daerah lain di Jawa

Selain DKI Jakarta, opsi kembali menerapkan PSBB ketat dinilai juga perlu dilakukan oleh daerah lain di pulau Jawa.

Ahli epidemiologi Indonesia di Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan, provinsi lain seperti Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat perlu mengambil opsi tersebut.

"Jatim dan Jateng harus segera ambil langkah rem darurat juga. Karena angka kematian di dua daerah itu juga tinggi," kata Dicky kepada Kompas.com (9/9/2020).

Sebab menurut Dicky, apa yang terjadi di DKI juga terjadi di daerah lain di Jawa.

Sehingga menurut dia, Jatim dan Jateng perlu dilakukan kembali PSBB setelah melihat dari kapasitas pelayan kesehatan dan beban yang ada.

"Kondisi fasilitas kesehatan dan angka kematian jadi indikator dan harus segera dilakukan evaluasi," kata dia.

Baca juga: Kasus Corona di Jateng Meningkat, Ganjar: Seperti Kita Menjala Ikan...

Indikator

Dicky menyebut, selain indikator kapasitas kesehatan dan angka kematian, Jatim dan Jateng juga dinilai menjadi daerah yang minim dalam jumlah testing.

Dari data kondisi 7 September 2020, tes PCR per satu juta penduduk dalam seminggu terakhir paling tinggi dilakukan DKI dengan 3.048 tes per satu juta penduduk.

Selanjutnya adalah Kalimantan Timur dengan 2.157, diikuti Yogyakarta 1.198, Sulawesi Utara 1.197 dan Kalimantan Selatan 1.128.

Sementara Jatim, Jateng dan Jabar masing-masing 480, 441 dan 301.

"Artinya kondisi ini bisa menyimpan bom waktu wabah," kata Dicky.

Namun pihaknya juga kembali mengingatkan, selain opsi PSBB juga harus diikuti optimasliasi testing, tracing, isolasi karantina optimal.

"Sayangnya selain DKI, dan Yogya daerah lain masih minim. Ini yang masih harus dikejar dalam waktu yang singkat," jelas dia.

Selain DKI Jakarta, daerah lain di Jawa menurut Dicky perlu segera mengejar ketertinggalan dalam jumlah testing dan tracingnya.

"Jika indikator beban rumah sakit dan kematian tinggi, dikejar terus testing dan tracing dan isolasi karantina untuk menggejar ketertinggalan," jelas Dicky.

Baca juga: Saat Anak Merasakan Gejala atau Positif Covid-19, Apa yang Harus Dilakukan Orangtua?

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi