Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suka Makan Indomie? Ini Sejarah dan Harta Kekayaan Pemilik Indomie

Baca di App
Lihat Foto
Kompas.com/Josephus Primus
Menurut riset Brand Footprint 2018 yang dirilis Kantar Worldpanel, Kamis (24/5/2018), Indomie menjadi merek produk konsumsi habis dipakai (FMCG) yang paling banyak dipilih rumah tangga Indonesia 6 tahun berturut-turut.
|
Editor: Virdita Rizki Ratriani

KOMPAS.com - Indomie merupakan merek mi instan yang digemari oleh hampir semua kalangan.

Tak hanya dari masyarakat Indonesia, Indomie juga dinikmati oleh masyarakat dari negara lain seperti Korea Selatan, Nigeria, maupun Malaysia.

Terbukti Indomie memenangi peringkat ramen instan terbaik versi harian asal Amerika Serikat, LA Times.

"Menempatkan Indomie sebagai juara sebenarnya curang, karena Indomie lebih tepat disebut sebagai mi instan daripada ramen," tulis food columnist Lucas Kwan Peterson di LA Times.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lantas, bagaimana mi instan produksi Indofood ini bisa mendunia dan berapa harta kekayaan pemilik Indofood?

Baca juga: Produsen Indomie Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 triliun di Kuartal I 2020

Sejarah Indomie

Melansir situs resmi Indomie, ketika mi instan pertama kali diperkenalkan kepada masyarakat Indonesia di tahun 1969, banyak yang meragukan bahwa mi instan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pangan pokok.

Akan tetapi, karena mi instan sendiri harganya relatif terjangkau, mudah disajikan, dan awet, Indomie berkembang pesat seiring dengan diterimanya mi instan di Indonesia.

Produk Indomie yang pertama kali diperkenalkan adalah Indomie Kuah Rasa Kaldu Ayam yang saat itu sesuai dengan selera lidah masyarakat Indonesia.

Kemudian pada 1982, penjualan produk Indomie mengalami peningkatan yang sangat signifikan dengan diluncurkannya varian Indomie Kuah Rasa Kari Ayam.

Baca juga: Indomie Mampir di Game Animal Crossing

Puncaknya pada 1983, produk Indomie kembali semakin digemari oleh masyarakat Indonesia dengan diluncurkannya varian Indomie Mi Goreng.

Produk tersebut telah merambah banyak negara termasuk Amerika Serikat, Australia, Inggris, Timur Tengah dan China.

Melansir Intisari, 11 November 2019, Indomie pertama kali dibuat oleh PT Sanmaru Food Manufacturing Co Ltd.

Namun, kemudian tahun 1984 perusahaan ini dibeli oleh PT Sarimi Asli Jaya yang memproduksi Sarimi.

Baca juga: Produsen Mi Instan Indomie Raup Untung Rp 4,91 Triliun pada 2019

Selanjutnya tahun 1990, PT Indofood Sukses Makmur Tbk yang sebelumnya bernama PT Panganjaya Intikusuma mengakuisisi perusahaan tersebut sehingga Sarimi dan Indomie berada di bawah satu perusahaan.

Keberadaan PT Indofood tidak bisa terlepas dari sosok Sudono Salim atau Liem Sioe Liong.

Melansir dari Kompas , Minggu (20/12/1992), Salim dengan Salim Groupnya menerapkan strategi bisnis yang terintegrasi.

Sedikitnya 90 persen pasar domestik mi instan saat itu dikuasai Salim Grup melalui produk Supermi, Sarimi, Super Cup, dan sebagainya.

Bahkan omzet penjualan hampir Rp1 triliun pada tahun 1990.

Baca juga: 10 Mi Instan Terenak pada 2019, Salah Satunya Indomie Goreng

Kekayaan Pemilik Indofood, produsen Indomie

Salim Group merupakan perusahaan yang dinakhodai Anthoni Salim.

Kekayaan Anthoni Salim pun mencapai 5,5 miliar dollar AS atau Rp 82,5 triliun, menjadikannya sebagai orang terkaya keenam di Indonesia versi Forbes 2019.

Perusahaan keluarga ini bergerak di bidang makanan, perbankan, dan telekomunikasi.

Anthoni Salim merupakan CE0 dari Indofood, produsen Indomie yang menjadi pemimpin pasar mi instan di dunia.

Nilai penjualan perusahaan tersebut mencapai 5,1 miliar dollar AS.

Baca juga: Unik, Ada Restoran Indomie yang Sukses di Malaysia dan Singapura

Salim Group juga memiliki sekitar 41 persen saham perusahaan investasi di Hong Kong, First Pacific yang memiliki aset 20,9 miliar dollar AS di enam negara.

Saudara laki-laki Anthoni Salim, Andree Halim merupakan Wakil Presiden dari QAF, perusahaan pembuat roti di Singapura.

Sementara, saudara perempuannya, Mira merupakan pendiri dari distributor produk Indofood di China.

Selama krisis ekonomi tahun 1997 hingga 1998, Salim Group kehilangan Bank Central Asia (BCA) yang dijual ke keluarga Hartono, orang terkaya di Indonesia.

Baca juga: Meski Indomie Jadi Ramen Terenak Dunia, Ini Bahaya Jika Dimakan Tiap Hari

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi