Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Tempe Mendoan, Gorengan Setengah Matang Asal Banyumas

Kompas.com - 08/09/2020, 10:20 WIB
Yana Gabriella Wijaya,
Yuharrani Aisyah

Tim Redaksi

Sumber kompas.com

KOMPAS.com - Tempe yang digoreng garing dan memiliki tekstur super renyah selalu diburu oleh penggemarnya. Namun tempe satu ini sengaja digoreng setengah dan telah menjadi ciri khasnya.

Baca juga: Cara Membuat Tempe Mendoan Sederhana, Bisa untuk Jualan

Tempe mendoan, adalah sajian varian tempe yang terkenal dan banyak disukai. Berasal dari Banyumas, tempe mendoan merupakan makanan olahan dari fermentasi atau peragian dari kacang kedelai (soybean cake).

Tempe kemudian dilumuri dengan bumbu dan tepung, tak lupa dicampurkan irisan daun bawang. Lalu digoreng sebentar dalam minyak panas. Tempe mendoan disajikan panas-panas ditemani cabe rawit hijau dan atau sambal kecap manis.

Sebagaimana tempe yang cenderung menjadi lauk makan sementara mendoan lebih sebagai makanan ringan.

Cita rasanya hampir sama dengan tempe pada umumnya, tapi lebih tipis dengan ketebalan bahan mentah sekitar 3 inci.

Teksturnya pun tidak krispi melainkan lebih empuk dan kenyal dari adonan tepung yang digoreng setengah matang. Namun di balik ciri khasnya yang unik, bukan tanpa alasan tempe mendoan digoreng setengah matang.

Sejarah mendoan

Melansir dari artikel Kompas.com, dari namanya, "mendoan" berasal dari teknik masaknya. Dalam bahasa Jawa Banyumas mendo memiliki arti setengah matang.

Maka mendoan adalah asli Banyumas ditilik dari cara membuat dan memasaknya, serta penamaan bahasanya.

Mendoan digoreng setengah matang karena dulunya dibuat sebagai olahan cepat saji. Hal ini bertujuan untuk mempersingkat waktu pembuatan dan tidak menghabiskan waktu untuk menunggu tempe goreng menjadi sangat kering.

Mendoan muncul bersamaan dengan tempe yang merupakan makanan berbahan baku kedelai yang banyak tumbuh di seputar Asia Tengah wilayah China dan Indocina. Lalu kedelai dibawa oleh masyarakat Asia Tengah ketika bermigrasi ke tenggara. 

Makanan ini bukan sekadar kudapan nikmat untuk menemani minum teh, tetapi juga sebagai ujung tombak pariwisata Kabupaten Banyumas.

Mendoan juga sudah lama disantap oleh masyarakat Banyumas. Makanan khas Banyumas tersebut ternyata sudah ada sejak lebih dari satu abad lalu.

Namun mulai menjadi komuditas ekonomis dan dikelola secara komersial dalam dunia kepariwisataan sejak awal 1960-an.

Kuliner mendoan goreng dan mendoan bakar di Alun-alun Gombong.KOMPAS.com/ANGGARA WIKAN PRASETYA Kuliner mendoan goreng dan mendoan bakar di Alun-alun Gombong.

Hal ini bersamaan dengan munculnya pusat oleh-oleh sawangan dan kripik Nyoya Sutrisno yang mengolah bentuk lain dari mendoan yang kering atau disebut dengan nama kripik.

Filosofi orang Banyumas

Orang Banyumas bisa diumpamakan seperti mendoan yang lemas fleksibel mudah menyesuaikan diri.

Namun, dalam keadaan yang mendesak bisa menjadi kaku seperti kripik yang bila diajak berselisih ibarat mau diajak remuk bersama.

Filosofi ini dikaitkan dengan tekat pada pahlawan yang berjuang merebut kemerdekaan Indonesia.

Terbukti dari orang Banyumas zaman dulu banyak yang menjadi tokoh di dunia diplomasi dan kemiliteran. Seperti Jenderal Soedirman, Soesilo Soedarman, Soepardjo Reostam, dan lain-lain.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Sumber kompas.com
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com