Ahad 29 Oct 2017 00:27 WIB

BJ Habibie: Kita tidak Mengenal Pribumi dan Nonpribumi Lagi

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Elba Damhuri
Sambutan. Presiden Ke-3 RI, Prof Dr-Ing BJ Habibie memberikan sambutan usai di berikan penganugrahan di acara 53 FTUI Untuk Negri di Gandaria City, Jakarta, Sabtu (28/10).
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Sambutan. Presiden Ke-3 RI, Prof Dr-Ing BJ Habibie memberikan sambutan usai di berikan penganugrahan di acara 53 FTUI Untuk Negri di Gandaria City, Jakarta, Sabtu (28/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pluralitas menjadi kekayaan dan kekuatan Indonesia menjadi negara yang utuh. Mantan presiden BJ Habibie menyerukan keanekaragaman Indonesia sebagai alat yang memperkuat persatuan dan kesatuan.

Habibie mengatakan bangsa Indonesia memang pernah memiliki masa kelam. Ketika di luar negeri, bangsa Indonesia pribumi memiliki strata yang rendah, namun itu sudah lama berlalu.

"Saat ini sudah tidak ada lagi warga pribumi maupun nonpribumi, yang ada hanyalah warga negara Indonesia, bangsa Indonesia," kata Habibie dalam pidatonya selama hampir 30 menit di Ballroom Gandaria City Mall, Sabtu (28/10).

Habibie menerima penghargaan 'Lifetime Engineering Dedication Award' atas dedikasinya terhadap teknologi Indonesia. Ia menyampaikan pidato pada penganugerahan terhadap dirinya itu.

 

"Kita harus bersyukur. Dulu, Bung Karno selalu mengatakan, orang luar negeri selalu menyebut bangsa Indonesia itu pemalas seperti kuli. Ada kuli antara bangsa-bangsa. Kalau kita mau masuk ke suatu klub yang indah, ada dansa dan kolam berenang, di situ pasti ada tulisan, dilarang untuk anjing dan pribumi," kenang Habibie dalam pidatonya.

Sekarang ini harus betul-betul disyukuri karena Indonesia ini tidak mengenal warga pribumi maupun nonpribumi. Menurut Habbie, setiap warga negara Indonesia akarnya di sini. Kalau satu naik, maka semua sama-sama naik, kalau satu menyerang, maka semua sama-sama melawan.

"Indonesia tidak mengenal perbedaan, Indonesia harus buktikan apa saja yang bisa dibuat. "Pesawat terbang pun itu kita bisa buat," kata Habibie lagi.

Itulah sebabnya, jelas Habibie, tidak ada alasan bagi generasi muda untuk merasa minder karena perbedaan. Justru keanekaragaman adalah akar dari kontes dan dari inovasi-inovasi yang akan timbul. Kalau semua sama, tidak akan menghasilkan inovasi yang sedemikian hebatnya.

"Jadi kalau masyarakat beranekaragam itu bukan main berkembangnya, itu luar biasa. Dan kita beruntung sebagai satu-satunya bumi maritim di dunia adalah bumi Indonesia. Dan di situ hidup manusia beranekaragam. Karena itu kita mengatakan Bineka Tunggal Ika," ujar lulusan teknologi Jerman itu.

Bagi dia, teknologi memang mahal yang harus dikuasai oleh multi disiplin ilmu. Para peneliti harus sesuaikan perkembangan manusia dan perjuangan pahlawan yang tersirat secara makro di UUD. Kemudian perkembangan itu disesuaikan dengan ilmu pengetahuan teknologi.

"Dan itu tidak bisa lepas dari sumber daya manusia terbaru. Terbaru ini artinya sumber daya manusia setelah generasi anda. Mereka harus menilai kemampuannya sendiri, penilaian itu adalah hasil dari karyanya. Hasil karya ini menghasilkan generasi penerus," papar dia.

Penghargaan yang didapatnya dalam pameran Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) di Gandaria City Mall, ternyata juga diapresiasi olehnya. Menurut Habibie, ide untuk mengadakan pameran ini adalah ide bagus. "Itu namanya disesuaikan dengan zaman, mengadakan pameran di mall. Dulu tidak ada mall sih," kata Habibie sembari tertawa.

"Saya adalah Anda, tidak berbeda," kata Habibie. "Karena kalau bukan anda yang bangun bangsa ini siapa lagi?" tutup Habibie.

Pidatonya disambut riuh tepuk tangan, juga dari pengunjung yang melihat dari lantai atas. Tidak lama setelah itu, Habibie mulai meninggalkan lokasi pameran, diikuti dengan beberapa pengunjung yang ingin berfoto dengannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement