Muhammadiyah Nomor Satukan Pendidikan Karakter

dok.Istimewa
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy meresmikan penerapan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) di Purwokerto, kabupaten Banyumas Jawa Tengah, Kamis (27/4).
Rep: Rizma Riyandi Red: Fernan Rahadi

REPUBLIKA.CO.ID, Pendidikan karakter menjadi salah satu agenda yang digaungkan oleh pemerintah saat ini. Bagi Muhammadiyah, pendidikan karakter bukanlah sesuatu yang baru. Bahkan gerakan pendidikan karakter sudah diaplikasikan dalam seluruh amal usaha Muhammadiyah, terutama pada institusi pendidikan.

“Pendidikan karakter bukan hal yang baru bagi kami,” kata Ketua Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Muhammadiyah, Baedhowi kepada Republika, Kamis (22/6). Ia mengemukakan, dalam penerapannya, pendidikan karakter di sekolah Muhammadiyah teraplikasi melalui pelajaran Ismuba.

Bahkan Ismuba yang merupakan singkatan dari keislaman, Kemuhammadiyahan, dan Bahasa Arab itu wajib diajarkan di seluruh sekolah persyarikatan. Mulai dari SD, SMP, SMA/SMK, hingga madrasah.

Pelajaran Kemuhammadiyahan berisi mengenai nilai-nilai religius dan keteladanan Rasulullah SAW. Selain itu, mata pelajaran ini juga mengajarkan mengenai praktik-praktik kebaikan dan sistem organisasi Muhammadiyah.

Baedhowi mengatakan, meskipun diajarkan di dalam kelas, tujuan dari mata pelajaran Ismuba adalah praktik-praktik nyata dalam kehidupan. Pengamalannya pun dapat dimulai dari hal-hal kecil di sekolah, seperti berdoa sebelum belajar, sopan santun kepada guru, dan tepat waktu pada setiap jam pelajaran.

“Kami memang menekankan nilai-nilai religius dalam pendidikan karakter. Tapi nilai religius ini bukan hafalan, melainkan sesuatu yang harus dipraktikkan,” ujar Baedhowi. Maka dari itu sebagai sesuatu yang penting, tak tanggung-tanggung, Muhammadiyah mewajibkan pelajaran Ismuba bagi sekitar 14 ribuan sekolah yang tersebar di seluruh Indonesia.

Bahkan durasi pembelajaran tersebut ditingkatkan. Jika sebelumnya hanya tujuh jam per pekan, maka saat ini menjadi 11 jam per pekan. Namun demikian, Baedhowi mengatakan adanya pendidikan karakter berupa Ismuba tidak berarti mengurangi pentingnya pelajaran lain.

Pasalnya proses belajar siswa harus berjalan secara seimbang, baik akademik maupun pendidikan karakter. Baedhowi menilai, penerapan pendidikan karakter di sekolah-sekolah Muhammadiyah sudah berjalan cukup baik.

Ia mengakui saat ini banyak institusi pendidikan Muhammadiyah yang sudah menjadi sekolah unggulan di daerahnya masing-masing, seperti SMP Muhammadiyah Solo, SMP Muhammadiyah Malang, dan SD Muhammadiyah Sapen Yogyakarta.

Walau begitu, Baedhowi tidak menampik, masih ada sekolah-sekolah Muhammadiyah yang tertinggal. Bahkan tak jarang ada juga yang terancam tutup, karena berbagai faktor. Guna mendorong perbaikan di sekolah-sekolah tersebut Dikdasmen Muhammadiyah menerapkan sistem imbas.

Program khusus

Imbas diartikan sekolah yang sudah bagus bertanggung jawab untuk mendampingi sekolah-sekolah yang rentan, sampai sekolah tersebut pulih kembali dari segi kualitas dan kuantitas. Hal ini dilakukan agar sekolah-sekolah yang didampingi mendapat percontohan yang baik untuk melaksanakan pola pendidikan Muhammadiyah.

“Harapannya dengan sistem imbas ini, lambat-laun seluruh sekolah Muhammadiyah bisa memiliki kualitas yang sama. Karena kami berharap alumni yang dihasilkan di sekolah-sekolah Muhammadiyah bisa menjadi lulusan yang memiliki budi pekerti baik, cerdas, punya keterampilan, dan bermartabat,” kata Baedhowi.

Meskipun arahan garis besar mengenai pendidikan karakter dari Dikdasmen Muhammadiyah sudah ada, setiap sekolah di daerah berhak untuk mengembangkan program-program lain. Pasalnya setiap sekolah memiliki hak otonomi sendiri untuk membuat kegiatan internal dengan tujuan pengembangan pendidikan.

Hal ini pun dibenarkan oleh pengelola sekolah Muhammadiyah, salah satunya Kepala Sekolah SMP Muhammadiyah 1 Depok Sleman (Musade) Abdullah Mukti. Menurutnya, program khusus yang dilaksanakan di Musade diterapkan dengan penambahan pengayaan Bahasa Inggris dan Bahasa Jawa pada Ismuba.

Selain itu, sekolah juga sering menggelar kegiatan-kegiatan khusus yang bersifat internal untuk meningkatkan kapasitas orang tua dalam mendidik anak. Sebab, pendidikan karakter tidak dapat hanya dilaksanakan di sekolah, melainkan juga harus didukung oleh kondisi keluarga dan masyarakat. 

 

 
Berita Terpopuler