Budidaya Anggrek Tidak Hanya untuk Dijual Tapi Bisa Juga Disewakan

Penulis: Kurniatul Hidayah
Editor: Ari Nugroho
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dwi Hastuti saat menunjukkan koleksi Anggrek Gapoktani Kelurahan Giwangan.

Laporan Reporter Tribun Jogja Kurniatul Hidayah

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Anggrek boleh disebut sebagai bunga di segala zaman.

Eksistensinya tak pernah sekalipun pudar meski hadir tanaman-tanaman baru yang dibandrol jutaan hingga ratusan juta, penggemar anggrek tak pernah pergi dan selalu ada.

Ketika tanaman-tanaman mahal tersebut mulai turun pamornya, hingga terjangkal harganya menjadi puluhan ribu bahkan banyak yang terbuang begitu saja, harga tanaman anggrek tetap stabil tinggi.

Entah karena elok kembangnya yang membuat setiap mata mendapatkan penyegaran atau karena anggrek selalu berhasil membuat kebanyakan ibu-ibu menolak untuk tidak mengadopsi dan membiakkan di rumah.

Setidaknya hal tersebut yang melatari Gabungan Kelopok Tani (Gapoktani) Kelurahan Giwangan untuk mulai menanam dan mengembangkan anggrek sejak 2012 silam.

Dwi Hastuti yang dalam Gapoktani Kelurahan Giwangan berperan sebagai pengurus, tepatnya Kasie Simpan Pinjam tersebut bercerita bahwa sampai saat ini sudah ada sekitar 30 orang dan keseluruhannya ibu-ibu, yang membudidayakan tanaman tersebut.

Baca: Pelatihan Menanam Anggrek Meriahkan Festival Anggrek 3

"Awalnya karena memang hobi. Lalu bunga anggrek ini kan tahan lama, nggak cuma sebentar kembangnya ini muncul," bebernya ketika ditemui di Kelurahan Giwangan pekan ini.

Dwi menegaskan tidak ada trend jenis anggrek dari waktu ke waktu.

Setiap jenis anggrek memiliki penggemar.

Misalkan saja yang banyak ditanam oleh ibu-ibu Gapoktani Kelurahan Giwangan, yakni Anggrek Bulan dan Dendrobium.

Bagi mereka, sudah menjadi rahasia umum bahwa merawat Anggrek itu gampang-gampang susah.

Terlalu banyak air akan mati, kurang air juga mati.

Halaman
123

Berita Terkini