Ini Isi Tuntutan Mahasiswa UIN Walisongo yang Berdemo di Gedung Rektorat

Penulis: khoirul muzaki
Editor: rustam aji
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ratusan mahasiswa UIN Walisongo berdemo di depan rektorat UIN Walisongo

Laporan Wartawan Tribun Jateng, Khoirul Muzakki

TTIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Ratusan mahasiswa UIN Walisongo melakukan aksi demonstrasi di gedung rektorat, kampus I UIN Walisongo Semarang. Sebelumnya, mereka melakukan aksi long march dengan membentangkan spanduk mulai dari kampus 2 menuju gedung rektorat di kampus I.

Koordinator Aksi Alfan Khoirul Huda mengatakan, konversi IAIN menjadi UIN Walisongo menyisakan banyak persoalan. Di antaranya, penerapan regulasi Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang sampai saat ini masih belum tepat sasaran.

Selain itu, perubahan IAIN menjadi UIN tidak diimbangi dengan pemenuhan sarana dan prasarana untuk menunjang aktivitas mahasiswa.

"Kalau tuntutan kami tidak dipenuhi, kami akan mengerahkan masa lebih banyak lagi,"katanya, (14/4/2016).

Aksi demo ini sempat tertahan di gerbang kampus 1 karena dihadang Wakil Rektor III UIN Walisongo Suparman bersama pihak keamanan kampus. Suparman berusaha menenangkan, ia menawarkan audiensi di audit 1 kampus I. Namun, ratusan mahasiswa yang tergabung dalam Keluarga Besar Mahasiswa Walisongo (KBMW) ini menolak tawaran. Mereka memaksa masuk ke gedung rektorat, aksi dorong mahasiswa dengan pihak keamanan tak bisa dihindari.

Alfan bersama mahasiswa lain membawa draft tuntutan bermaterai 6000. Mereka menuntut agar draft itu ditandatangani rektor sebagai bukti persetujuan untuk memenuhi tuntutan mahasiswa. Adapun tuntutan para demonstran ini antara lain, transparansi anggaran UKT dan tinjau ulang UKT yang tak tepat sasaran, hapus pungutan liar di luar UKT, hapus jam kuliah malam dan hari sabtu, gratiskan ujian TOEFL, bebaskan pembiayaan sewa gedung dan bus UIN Walisongo untuk kegiatan mahasiswa, dan lengkapi fasilitas kampus dan ruang kuliah seperti AC, LCD, dan air bersih.

"Tuntutan ini sudah kami audiensikan sebelumnya dengan birokrasi kampus. Namun, reaponnya lambat," ujarnya. (*)

Berita Terkini