Gua Hira menjadi saksi Nabi Muhammad SAW ketika menerima wahyu dari Allah pertama kali melalui malaikat Jibril.

Senin 17 Ramadhan yang bertepatan dengan 6 Agustus 610 M—menurut Ibnu Sa‘ad dalam Al-Thabaqat Al-Kubra—kala Muhammad tengah khusyuk bertafakur, ia menerima wahyu pertama. “Bacalah, dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS Al-Alaq: 1-5). Saat itu usia nya 40 tahun.

Gua Hira sebagai tempat Nabi Muhammad menyendiri dari masyarakat yang pada saat itu masih belum mengenal kepada Allah.
Gua Hira terletak di negara Arab Saudi. Terletak pada tebing menanjak yang agak curam dan tidak terlalu tinggi.

Gua Hira merupakan celah diantara dua batu di sebuah bukit yang disebut dengan Jabal Nur. sudut kemiringannya antara 60-70 derajat
Letaknya berada di sebelah timur laut kota Mekah. Pada zaman dahulu, karena mengikuti kontur alam, jarak ini diperkirakan mencapai 5,4 Km dari Lembah Mekah atau Masjidil Haram. Adapun saat ini, setelah terjadi pembangunan besar-besaran di Kota Mekah, jaraknya hanya sekitar 3 Km, dan dapat ditempuh dengan waktu 30 menit.Puncak Jabal Al Nour sangat terkenal dengan bentuk uniknya menyerupai punuk unta.

Untuk menuju Gua Hira, telah dibuatkan anak tangga yang menghubungkan kampung terakhir dengan puncak Jabal Nur. Jabal Nur merupakan bukit batu yang kering. Tingginya 621 meter dari permukaan laut, dan 281 meter dari dasar gunung. Dari puncak Jabal Nur, para pendaki hanya perlu turun sekitar 50 meter untuk sampai ke Gua Hira. Pada zaman sekarang, pendakian ke Gua Hira sudah jauh lebih mudah. Bila dari bawah, pendakian bisa dilakukan dengan melalui sekitar 600 anak tangga. anak tangga, bagi Anda yang tak terbiasa dengan kegiatan fisik, harus pintar-pintar mengatur strategi. Jangan langsung memforsir fisik dengan terus naik ke atas. Lebih baik luangkan waktu sejenak tiap beberapa puluh langkah untuk beristirahat. Ada tiga tempat istirahat berbentuk gazebo di lintasan pendakian.

Setelah naik dan turun bukit, tantangan belum selesai. Tantangan terakhir ini adalah celah sempit dan lorong yang harus dilewati untuk dapat masuk ke gua hira. Pengunjung harus menekuk/memiringkan badan sedemikian rupa untuk dapat melewati celah dan lorong ini.

Usai melewati celah sempit itu, maka sampailah kita di Gua Hira. Di depan pintu gua, terdapat tulisan Arab ‘Ghor Hira’ dengan cat warna merah. Di atas tulisan itu terdapat tulisan dua ayat pertama Surat Al-Alaq dengan cat warna hijau.

Berbeda dengan Gua yang dikenal pada umumnya, Gua Hira sendiri merupakan sebuah celah kecil diantara bebatuan. Lebar celah ini hanya sekitar 1,60 meter, dengan tinggi sekitar 3 meter, dan dalamnya hanya 3,7 meter. Dari depan mulut Gua ini para mengunjung dapat melihat langsung ke Kota Mekah. Gua ini hanya cukup digunakan untuk salat dua orang.

Dalam banyak riwayat disebutkan bahwa Rasulullah SAW sering sekali pergi ke Gua Hira. Kadang ia pergi sendiri, dan tak jarang juga ditemani oleh sepupunya yang pada waktu itu masih kecil, yaitu Ali bin Abi Thalib. Beliau berangkat ke Gua Hira dari rumahnya, yang kini lebih dikenal dengan nama “Rumah Khadijah”.

Setelah menerima wahyu pertama di Gua Hira, Rasulullah SAW langsung pulang ke rumah Khadijah, dan mengabarkan tentang apa yang sudah dialaminya kepada Khadijah. Dengan tekun Khadijah mendengar berita agung dari lidah suci suaminya. Begitu selesai mendengar penuturan Sang Nabi SAW, Khadijah langsung mengimani kenabian beliau, diikuti oleh para penghuni rumah ini.

Melihat peranan penting Gua Hira dalam sejarah Islam seorang pakar sejarah Islam asal Mesir, Husain Mu’nis, mengatakan Gua Hira layak disebut sebagai masjid pertama dalam sejarah Islam. “Gua Hira, tak pelak lagi, merupakan masjid yang pertama-tama dalam Islam. Di gua itu Rasulullah melaksanakan shalat, bertahannuts, dan menyembah Allah sebelum beliau menerima wahyu.”

Sebagian fuqaha menyebutkan bahwa menziarahi gua Hira termasuk dari amalan-amalan mustahab dari ibadah haji. dari masa lalu hingga sekarang, orang-orang pergi mengunjungi gua Hira dan mengatakan bahwa memanjatkan doa di sana diijabahkan.

Hanya saja ummat Islam merasa prihatin atas perilaku beberapa pengunjung yang merusak situs suci tersebut. Mereka mengambil batu-batunya untuk souvenir, atau mengukir kata-kata dan simbol di dinding gua yang sulit dihilangkan karena permukaan gunung yang tidak rata. Ada juga sampah di sekitar jalan menuju gua Hira. Hal ini menandakan kesadaran pendaki (penziarah) kepeduliannya pada lingkungan, rendah. Padahal agama lslam mangatakan, kebersihan adalah sebahagian dari iman. Sering dibaca, tapi jarang dipakai.

Gua Hira dalam Riwayat-riwayat Agama dan Sejarah

Diriwayatkan bahwa Nabi Adam AS membangun Ka’bah dari bebatuan yang diambil dari lima gunung dan salah satunya adalah dari Gua Hira. Dikatakan juga bahwa gunung lokasi gua Hira adalah gunung Faran yang disebutkan dalam Taurat namun rupanya nama Faran mengacu pada semua gunung yang berada di Mekah dan tidak hanya untuk gunung lokasi gua Hira.
Dikatakan bahwa salah satu dari mukjizat Nabi Muhammad SAW adalah gua Hira bergerak di bawah kaki Nabi dan kemudian dengan perintahnya gunung itu pun berhenti bergerak.
Diriwayatkan dari Imam Ali RA bahwa Nabi SAW setiap tahun memilih gua Hira untuk hidup menyendiri, aku melihatnya dan tidak seorang pun melihatnya kecuali aku.

Gunung ini juga dihormati pada zaman Jahiliyah dan dikenang dalam syair-syair Jahiliyah, salah satunya dalam bait-bait syair Auf bin Ahwash dan Abu Thalib paman Nabi. Dan Orang pertama yang melakukan iktikaf di gua Hira adalah Abdul Mutthalib.

Diolah dari berbagai sumber

Badrah Uyuni

Artikel yang Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *