1 - Sang Mawar Hitam

3.5K 315 75
                                    

BAB SATU – SANG MAWAR HITAM


"KUDENGAR dulunya dia dicampakkan oleh Pangeran Wiltwizzy," ucap Poppy Femming, salah satu kumpulan perawat yang duduk di bagian tengah meja yang membentuk persegi panjang pada sisi tengah kafetaria Rumah Sakit Pusat Kerajaan Falks. Gerak bibirnya nyaris tipis dengan lipstik merah menyala yang selalu melekat di bibirnya, sementara lirikan matanya yang sinis dan sirat mencemooh kerap tertuju ke arah Summer Brown yang duduk di sudut kafetaria.

"Ah ya, jadi dia wanita yang dimaksud itu? Aku tidak menyangka jika dia masih sanggup bernapas di dunia ini. Jika aku jadi dia, mungkin aku telah menghilang dari Falks, atau aku akan menghilang selama-lamanya," tanggap Yuki Kaneko, wanita yang duduk di sisi Poppy, nada bicaranya menggebu dan sinis seolah berusaha menambahkan minyak di atas api kecil yang dihidupkan.

"Bagaimanapun sekarang tidak ada pria yang menginginkannya. Bisa kau bayangkan, dia dicap sebagai bekas pangeran, meskipun pangeran yang telah menggunakannya, tetapi tetap saja, siapa yang menginginkan barang bekas," Poppy menanggapi, matanya menyipit menatap Summer.

Sementara wanita lain yang ada di hadapannya terdengar menarik napas panjang dan berat, wajahnya yang tenang sedikit menyiratkan rasa empati kepada Summer Brown, subjek yang tengah dibicarakan. "Bagaimanapun kita adalah makhluk yang ditakdirkan memiliki ikatan, kita harus menjaga diri kita dari aib yang semacam itu. Akan sangat kasihan sekali mate kita nanti jika mempersembahkan diri kita sebagai bekas milik orang? Kisahnya akan menjadi pelajaran bagi kita semua."

Summer Brown mendengarkan itu semua dengan tenang seraya menyuap makan siangnya. Ia duduk di sudut kafetaria, seorang diri, tidak jauh dari kumpulan wanita yang sedang membicarakannya. Dia adalah wanita yang mereka semua maksud dengan julukan wanita bekas pangeran, wanita yang dicampakkan, atau wanita yang menyedihkan, dan julukan buruk lainnya yang menyatakan bahwa dia telah membuat aib dengan mengkhianati mate-nya kelak. Tidak ada perasaan marah lagi saat telinganya selalu menangkap gunjingan, cemooh, dan tatapan kasihan untuk dirinya sejak ia ditugaskan di Rumah Sakit Pusat Kerajaan tiga bulan silam atau mungkin ia sudah terbiasa dengan suara-suara mengganggu tersebut hingga terdengar seperti dengungan lalat yang menari-nari di atas tumpukan sampah.

Summer menarik napas panjang, menerawang ke sisi dinding kaca sebelah kirinya, memandangi bunga krisan yang ditanam di dekat jendela. Masih tersisa dua puluh menit sampai jam istirahat untuknya berakhir, padahal semula ia berencana untuk menghabiskan waktunya di kafetaria dengan makanan favoritnya, tetapi untuk saat ini sepertinya rencana itu batal karena kehadiran kumpulan wanita yang membawa sampah di mulutnya.

Ia menggeser piringnya yang masih tersisa separuh dari porsi makannya, menatap kedua telapak tangannya yang gemetar. Sudah puluhan tahun ia lewati dalam caci maki, meskipun tidak ada lagi perasaan marah dalam dirinya dan hatinya pun sudah tidak berdenyut sakit saat mendengar perkataan buruk tentang dirinya, tetapi respons tubuhnya ternyata masih sama seperti awal nestapa itu datang. Tangannya gemetar, seolah tiap sarafnya akan selalu mengingat saat kesakitan itu datang. Ia hanya mencengkeram tangannya erat di bawah meja makan, menyembunyikan efek kelemahannya dan ia tidak menunjukkan emosi apa pun, bahkan air mata pun enggan muncul pada pelupuk matanya, baginya semua telah mati dan ia bagai cangkang yang kosong.

Ah, ia ingat. Ia telah menjual jiwanya pada luka hatinya.

"Apakah perawat di sini tidak ada hal lain yang dibicarakan di kafetaria yang penuh dengan makanan? Mengapa mulut mereka membawa sampah yang bau? Ah, mereka merusak selera makanku," ucap seorang wanita yang terdengar lantang di sepenjuru kafetaria, suaranya terdengar berbeda dari bangsawan lain yang pernah terdengar, penuh dengan kekuasaan seolah dia adalah pusat dunia.

BLACK ROSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang