Tautan-tautan Akses

7 Waduk Indonesia Ditetapkan Waspada


Waduk Jatiluhur di Jawa Barat yang pernah mengering pada tahun 2003, dikhawatirkan akan mengering lagi tahun ini (foto:dok).
Waduk Jatiluhur di Jawa Barat yang pernah mengering pada tahun 2003, dikhawatirkan akan mengering lagi tahun ini (foto:dok).

Kementerian Pekerjaan Umum menetapkan tujuh dari 16 waduk di Indonesia saat ini dalam keadaan waspada, terkait kemarau yang menyebabkan waduk tersebut mengering.

Kementerian Pekerjaan Umum menetapkan tujuh dari 16 waduk besar di Indonesia saat ini ditetapkan dalam keadaan waspada atau satu tingkat dibawah bahaya.

Tujuh waduk yang masuk dalam katagori waspada tersebut diantaranya waduk Saguling, Cirata, Jatiluhur di Jawa Barat, Waduk Sermo di Yogyakarta, waduk Bili-Bili Sulawesi Selatan dan Lahor, Karang Kates Jawa Timur.

Tinggi air di waduk-waduk tersebut menurun. Di Jatiluhur contohnya saat ini sudah mencapai 92 meter. Lebih rendah dari tahun sebelumnya yang mencapai 102 pada periode yang sama.

"Ketingginya sudah waspada, harus diwaspadai. Kemudian juga masalah pengalirannya juga harus disesuaikan dengan prioritas-prioritas. Prioritas pertama tentunya untuk air minum, kemudian kedua baru untuk pertanian. Dan yang ketiga baru untuk kegiatan lain apakah untuk industri maupun tenaga. Sudah harus hati-hati- Jangan pada saat yang sama semua diberikan air, tetapi ada alokasi-alokasi tertentu yang bergilir," demikian dikatakan Dirjen Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum, Muhammad Amron.

Rendahnya curah hujan di puncak musim kemarau tahun ini menimbulkan kekhawatiran kekeringan di sejumlah wilayah di Indonesiamengingat pasokan air yang semakin terbatas. Teknologi modifikasi cuaca dengan membuat hujan buatan baru bisa diterapkan diakhir musim kemarau ketika sudah ada bibit uap. Oleh karena itu kata Amron saat ini yang bisa dilakukan adalah pengelolaan waduk dengan cara penghematan.

Muhammad Amron menyatakan penghematan terutama dilakukan untuk irigasi pertanian karena saat ini bukan merupakan musim tanam. "Kita juga memantau kondisinya kemudian juga bagaimana permintaan dan kebutuhannya. Sebenarnya untuk irigasi-irigasi sudah diberikan ketentuan-ketentuan. Justru pada bulan September umumnya untuk daerah-daerah irigasi itu dalam proses pengeringan karena akan ada pemeliharaan," ungkap Muhammad Amron.

Sementara itu, koordinator advokasi dari koalisi rakyat untuk hak atas air, Muhammad Reza menilai selama ini pemerintah tidak memiliki desain kebijakan yang berdasarkan perencanaan yang matang. "Faktor terbesarnya justru mis management yah. Pertama kita memang tidak punya grand desain karena kejadian itu sudah berkali-kali dan kita juga bisa melihat ada banyak faktor seperti curah hujan yang bisa diprediksi, terus kemudian kenaikan air permukaan laut segala macam, itu kancukup berpengaruh. Seharusnya ada antisipasi dari situ," demikian ujar Muhammad Reza.

Selain di Pulau Jawa, kawasan yang paling rentan terhadap ancaman kekeringan adalah Nusa Tenggara Timur. Pemerintah Indonesiamenyatakan telah menyiapkan dana sebesar Rp 3 triliun untuk mengatasi dampak kekeringan tahun ini.

XS
SM
MD
LG