Ahad 15 Jan 2012 14:35 WIB

Mengaku Kecolongan, MUI Yogya akan Amati Gerak-gerik Ahmadiyah

Rep: Yulianingsih/ Red: Djibril Muhammad
Aksi unjuk rasa menuntut pembubaran Ahmadiyah.
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Aksi unjuk rasa menuntut pembubaran Ahmadiyah.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA - Pengawasan secara ketat akan dilakukan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Yogyakarta terhadap segala aktivitas yang digelar kelompok Ahmadiyah di Yogyakarta baik itu Jamaah Ahmadiyah Indonesia (JAI) maupun Gerakan Ahmadiyah Indonesia (GAI).

Hal itu dilakukan setelah ratusan massa Fron Umat Islam (FUI) Yogyakarta mendatangi pengajian yang digelar GAI di kompleks SMK Piri Yogyakarta, Jumat kemarin. Menurut Ketua MUI daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Thoha Abdurrahman, pihaknya merasa kecolongan atas kegiatan tersebut.

Pasalnya, GAI tidak memberitahukan aktivitas yang digelarnya di SMK Piri tersebut hingga menimbulkan keresahan warga. "Kegiatan kemarin kita tidak diberitahu, padahal sudah ada kesepakatan. Berarti ada yang tidak benar ini," tuturnya saat dihubungi, Ahad (15/1).

Karena itu pihaknya akan memperketat pengawasan terhadap aktivitas GAI maupun JAI. MUI bahkan akan mengikuti segala aktivitas mereka agar kejadian Jumat kemarin tak terulang kembali.

Diakuinya, baik MUI dan Ahmadiyah Yogyakarta sudah melakukan komitmen bersama agar gerakan tersebut tidak mempercayai Mirza Ghulam Ahmad (pendiri Ahmadiyah) sebagai nabi. "Mereka mengaku hanya menganggap Mirza sebagai tokoh pembaharu bukan nabi. Kalau itu silakan, tetapi kenapa masyarakat masih menginginkan mereka bubar. Ini harus kita teliti," tambahnya.

Dikatakan Thoha, selain mengikuti dan mengawasi kegiatan Ahmadiyah, pihaknya juga akan melakukan pengecekan terhadap kurikulum maupun materi pendidikan yang digelar di sekolah Piri Yogyakarta. Hal itu dilakukan agar hal-hal yang dikhawatirkan masyarakat bahwa sekolah itu mengajarkan ajaran Ahmadiyah bisa dibuktikan kebenarannya.

"Kita akan cek juga materi pendidikannya, kalau ternyata melanggar kesepakatan kita dan SKB 3 menteri harus dibubarkan," tandasnya.

Seperti diketahui, ratusan massa dari beberapa elemen masyarakat muslim yang tergabung dalam FUI mendatangi pengajian akbar yang digelar GAI di sekolah Piri Baciro Yogyakarta, Jumat kemarin. Mereka meminta kegiatan yang dihadiri tokoh-tokoh GAI se-Indonesia itu dibubarkan. Bahkan mereka meminta Ahmadiyah di bubarkan di Yogyakarta. Hal itu dilakukan karena menurut mereka pemerintah sudah menyatakan Ahmadiyah adalah aliran sesat.

Ratusan massa itu bahkan sempat beradu otot dengan aparat kepolisian yang menjaga kompleks sekolah tersebut. Aksi itupun bubar dengan damai setelah Walikota Yogyakarta Haryadi Suyuti dan Kapolresta setempat Kombes (pol) Mustaqim berjanji meminta pengajian Ahmadiyah tersebut untuk diselesaikan secepatnya.

Wakil Ketua Pengurus Besar GAI, Muslich Zainal Asikin mengatakan, pertemuan anggota GAI di Yogyakarta tersebut merupakan pengajian rutin yang digelar organisasi tersebut setiap tahunnya. Pertemuan itu kata dia memang diikuti perwakilan GAI se-Indonesia.

Dia menilai aksi yang digelar masyarakat Yogyakarta ini salah sasaran. Pasalnya kata dia, GAI merupakan aliran Ahmadiyah Lahore yang mempercayai nabi Muhammad sebagai nabi terakhir dan Mirza Ghulam Ahmad hanya sebagai tokoh pembaharu.

"Ini hanya kesalahfahaman saja, kami ini Lahore," tegasnya. Pihaknya juga tidak merasa terganggu dengan aksi ratusan massa tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement