Mozaik Sejarah Sulawesi Selatan-Sulawesi Barat

Gambar Produk 1
Rp 103.500
Ukuran: 13,5 x 20,5 cm
Kertas Isi: BookPaper bw
Jumlah: 208 hlm
Sampul: ArtPaper/Kinstruk 230 gr
Rancangan penerbitan kumpulan makalah saya ini bermula ketika Bapak Drs. H. A. Ahmad Saransi, M.Si. berkunjung ke Jurusan Sejarah, dalam rangka merancangkan pembentukan wadah bagi alumni Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra (sekarang Fakultas Ilmu Badaya) Universitas Hasanuddin. Seusai pembicaraan itu, ia menyapa saya dan menyampaikan keinginannya untuk berusaha menerbitkan makalah-makalah yang saya presentasikan pada berbagai kegiatan seminar. Ia berargumentasi untuk menjadikan hasil tulisan dalam seminar itu menjadi bahan bacaan bagi publik agar mereka dapat mengetahui dan memahami identitas diri mereka, dan bahkan dapat medorong para sejarawan maupun pemerhati sejarah melakukan penelitian lebih lanjut dan mengungkapkan prestasi pada pendahulu kita.

Saya merespon usulannya itu dengan senang hati, dan berjanji akan bergiat mengumpulkan makalah-makalah.saya, sambil berkelakar, “memang orang arsip itu tidak ingin naskah arsip hilang.” Saya selalu mendapat undangan untuk mempresentasikan makalah yang berkaitan dengan sejarah daerah ini, namun saya tidak ingat lagi apa saja yang telah saya tulis. Saya langsung ditantang, jika dapat semua daerah yang ada di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat. Saya meresponnya dengan menyatakan bahwa saya berusaha terlebih dahulu makalah yang telah saya tulis, yang lainnya menyusul apabila saya berkesempatan dimintainya menulis.

Pada dasarnya makalah-makalah yang saya tulis erat berkaitan dengan permintaan panitia penyelenggara seminar, baik menyangkut gagasan seminar menyangkut sejaarah daerah, menelusuri sejarah penentuan Hari Jadi Daerah, dan seminar menyangkut sejarah tokoh yang dirancangkan untuk diusulkan agar mendapat penghargaan dari pemerintah sebagai pahlawan nasional. Hal yang terakhirnya ini erat berkaitan dengan peranan sang tokoh dalam memperjuangkan kemerdekaan dan kedaulatan bangsanya, atau memperjuangan kemerdekaan dan kedaulatan Republik Indonesia. Di samping peranannya itu, diperhatikan juga perilaku politik, sosial, dan budaya yang menunjukan ketokohannya yang patut diteladani, karena lebih mementingkan kepentingan rakyat, relah berkorban demi kepentingan bangsanya, dan selalu menepati janji. Bagi masyarakat Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat, sikap menepati janji itu bernilai muliah dan patut dilakukan oleh setiap pemimpin, pemegang kendali politik. Jika pemimpin mengingkari janji, maka akan berakibat hidup bagaikan sebutir telur dihempaskan ke batu. Prinsip ini bertentangan dengan prinsip politik yang dianjurkan oleh Maciavelli yang menyarankan agar setiap orang yang ingin menjadi pemimpin politik patut menghambur janji walaupun itu tidak dapat diwujudkannya kelak.

Buku yang berada di tangan pembaca ini diawali dengan kisah tentang pemukiman awal di wilayah Sulawesi Selatan dan Sulawesi barat yang berpusat pada tokoh Batara Guru. Kisah tentang Barata Guru dan generasi para dewa dalam kehidupan pemerintahan di Kedatuan Luwu berhasil diungkapkan dalam epos I La Galigo. Karya sastra dari Sulawesi Selatan ini dikenal sebagai karya sastra terpanjang di dunia. Karya ini dapat terungkapkan atas permintaan wakil Nederlands Bijbelgenootschap (NBG), B.F. Matthes, sehingga Arung Pancana Towa, Retna Kencana Colliq Pujie, bergiat mengumpulkan naskah-nsakah itu atau menyalinnya untuk Matthes. Namun kemudian ia memandang bahwa naskah itu bersifat pragmentaris belaka sehingga memohon kepada Colliq Pujie untuk menyusun menjadi kisah yang utuh. Oleh karena itu Colliq Pujie dipandang penyusun naskah I La Galigo. Naskah ini terdiri dari 12 (dua belas) jilid dengan jumlah halaman 2851 halaman.

Kisah kehadiran Batara Guru dan periode pemerintahan para dewa itu pada mulahnya dipandang sebagai suatu yang bercorak mitos belaka. Itulah sebabnya sejumlah sejarawan lebih menenkannya periode kesejarahan Kedatuan Luwu itu bermula ketuka tampilnya Simpurusiang.Namun dalam perkembangan belakangan, berdasarkan hasil kerja para arkeologi membuka cakrawala baru tentang periode pemegang kendali politik pada tokoh Batara Guru. Menjadi kisah nyata yang dipoles dalam wujud mitos untuk membakukan kesakralannya. Hasil penelitian dari The Origins of Complex Society in South Sulawesi (OXIS) dan peneliti arkeolog lainnya Kedatuan Luwu telah berkembang di daerah Cerekang sekitar abad ke-12-13. Bahkan muncul pernyataan bahwa Epik I La Galigo dikembangkan di Istana Luwu, ketika berada di Patimang-Malangke dan dipindah-pindahkan ke kerajaan-kerajaan Bugis lainnya (bersama dengan pranata bissu) sebagai bagian dari penegasan senioritas politik Kedatuan Luwu di seluruh semenanjung barat daya Pulau Sulawesi.

Selain kisah pembentukan pemerintahan awal di Sulawesi Selatan yang bermula di Kedatuan Luwu, buku ini juga memuat makalah lainnya yang cukup penting dalam menelusuri Sejarah Sulawesi Selatan dan Sulawesi barat, antara lain Nilai Kesejarahan Kerajaan Gowa, Orang Bajo dan persebarannya di Nusantara, dan Pembentukan Kabupaten Maros. Selain itu ditampilkan pula dua srikandi ulung dari Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat. I Manneng Arung Data adalah srikandi abad ke-19 dari Kerajaan Bone. Pemaparan ini mewakili srikandi dari Sulawesi Selatan. Sementara srikandi dari Sulawesi Barat ditampilkan tokoh pejuang mempertahakan Proklamasi Kemerdekaan RI, 17 Ahustus 1945, yaitu Ibu Depu dari Balanipa, yang sekarang merupakan bagian dari Kabupaten Polewali Mandar.

Tambahan pula pada penerbitan ini ditampilkan pula ikon Kota Makassar yaitu Fort Rotterdam (benteng Rotterdam). Benteng ini pada mulanya dikenal dengan nama Benteng Jungpandang. Benteng ini sesungguhnya adalah istana Kerajaan Gowa-Tallo, kerajaan kembar yang terbentuk pada 1528, sebagai strategik penyudahan konflik kekerasan yang terjadi antara Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo ketika itu. Dalam proses penataan konflik itu disadari bahwa pemegang kendali politik dari dua kerajaan itu berasal dari keturunan yang sama. Oleh karena itu mereka bersepakat menyatukah dua kerajaan itu, yang pada awalnya disebut kerajaan kembar Gowa-Tallo, dan dalam perkembangan kemudian dinamakan Kerajaan Makassar.

Dalam perundingan perdamaian itu disepakati bahwa yang menjadi Raja Gowa akan menjadi raja (sombaya) di Kerajaan Makassar dan yang menjadi raja Tallo akan menjadi mangkubumi (tumabicarra buta) di Kerajaan Makassar. Penataan ini yang mendasari rakyat dua kerajaan itu menyebut bahwa satu rakyat tetapi dua raja (sereji ata, na rua karaeng). Akibat dari pembentukan persekutuan itu, maka dibangunlah satu istana untuk kedudukan bagi penguasa Kerajaan Makassar. Kerajaan Gowa memiliki istana di benteng Sombaopu, Kerajaan Talo memiliki istana kerajaan dalam Benteng Talo, dan untuk kegiatan Kerajaan Gowa-Talo atau Kerajaan Makassar, maka dibangunlah Benteng Jungpandang dan disediakan sawah kebesaran (butta kalompoang) yang dinamai Karebosi.

Penerbitan buku ini dapat terwujud berkat dukungan bantuan yang tidak ternilai dari pimpinan dan pengurus Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Sulawesi Selatan untuk merealisasikan gagasan dari Bapak Andi Ahmad Saransi. Sehubungan dengan itu pada kesempatan ini perkenankanlah saya mengucapkan terima kasih yang tulus kepada Bapak Drs. H. Abdul Rahman, M.M, Kepala Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Sulawesi Selatan yang bertindak sebagai pengarah dari Tim Kerja yang dibentuk, Bapak Drs. H.A. Ahmad Saransi, M.Si yang bertindak sebagai penanggungjawab Tim Kerja, Ibu Muhajeri, S.Sos, M.Si yang bertindak sebagai ketua Tim kerja, dan sebagai Wakil Ketua Ibu Dra. Hj. Andi Bunga Untung, sekretaris Ibu Sahari Buana, S.Sos, dan anggota-anggota adalah: Suharman, S.S., MIM, Syamsinar, S.S., Dra. Anggreani, Hamrani Hambab, dan St, Nurianti, S.Sos. Terima kasih yang tulus pula saya haturkan kepada adinda M. Thamrin Mattulada yang telah bekerja keras mengedit naskah makalah saya untuk penerbitan pertama ini. Saya berdoa dan berharap semoga darma bhakti semua mendatangkan rahmad bagi semua pihak yang dapat memetik nilai dan makna dari karya ini.

Tamalanrea, Desember 2015

Dr. Edaward L. Poelinggomang

ORDER VIA CHAT

Produk : Mozaik Sejarah Sulawesi Selatan-Sulawesi Barat

Harga :

https://www.pustakasawerigading.com/2022/10/mozaik-sejarah-sulawesi-selatan.html

ORDER VIA MARKETPLACE

Diskusi