Jenis Hujan di Indonesia, Lengkap dengan Proses Terjadinya
Merdeka.com - Jenis hujan di Indonesia ada tiga jenis. Setiap jenis hujan di Indonesia memiliki ciri dan proses yang berbeda.
Hujan adalah proses pengembalian air yang telah diuapkan ke atmosfer menuju ke permukaan bumi. Pengembalian ini akibat dari udara yang naik hingga melewati ketinggian kondensasi dan berubah menjadi awan.
Hujan terbentuk apabila titik-titik air yang terpisah dari awan jatuh ke bumi. Sebelum terjadinya hujan, pasti ada awan karena awan adalah penampung uap air dari permukaan bumi. Air yang ada di permukaan bumi baik laut, sungai atau danau menguap karena panas dari sinar matahari.
Uap air ini akan naik dan menjadi awan. Awan yang mengandung uap air ini akan terkumpul menjadi awan yang mendung. Pada suhu tertentu di atmosfer, uap air ini akan mengembun dan turun menjadi hujan. Hujan sendiri terdiri dari beberapa jenis, terutama di negara tropis seperti Indonesia.
Jenis hujan di Indonesia ada 3 jenis. Dilansir dari berbagai sumber, ini dia selengkapnya mengenai penjelasan tentang jenis hujan di Indonesia yang menarik untuk dipelajari.
Jenis Hujan di Indonesia
Menurut Iskandar (2012) dikutip dari laman unimus.ac.id, terdapat tiga jenis hujan di Indonesia atau negara tropis lainnya secara umum, yakni;
1. Hujan konveksional (Convectional storms)
Jenis hujan di Indonesia yang pertama adalah hujan konveksional. Jenis hujan ini disebabkan oleh adanya beda panas yang diterima permukaan tanah dengan panas yang diterima oleh lapisan udara di atas permukaan tanah tersebut. Sumber panas di daerah tropis adalah berasal dari matahari.
Beda panas ini biasanya terjadi pada akhir musim kering yang akan menyebabkan hujan dengan intensitas tinggi sebagai hasil proses kondensasi massa air basah pada ketinggian di atas 15 km.
Proses terjadinya hujan tipe konvektif secara singkat adalah sebagai berikut: ketika lapisan udara di atas permukaan tanah menjadi lebih panas daripada lapisan udara di atasnya, maka berlangsunglah gerakan massa udara panas tersebut ke tempat yang lebih tinggi.
Massa udara panas yang bergerak ke tempat yang lebih tinggi tersebut pada saatnya akan terkondensasi. Pada proses ini terjadi pelepasan tenaga panas yang akan menyebabkan udara menjadi tambah panas, dan dengan demikian, mendorong udara panas tersebut bergerak lebih tinggi lagi sampai ketinggian tertentu di mana uap air panas tersebut membeku dan jatuh sebagai hujan oleh adanya gravitasi.
Tipe hujan konvektif biasanya dicirikan dengan intensitas yang tinggi berlangsung relative cepat, dan mencakup wilayah yang tidak terlalu luas. Tipe hujan konvektif inilah yang seringkali digunakan untuk membedakan dari tipe hujan yang sering dijumpai di daerah beriklim sedang (tipe hujan frontal) dengan intenstitas hujan lebih sedang.
2. Hujan Frontal (Frontal/cyclonic storms)
Jenis hujan di Indonesia yang kedua adalah hujan frontal. Jenis hujan ini umumnya disebabkan oleh bergulungnya dua massa udara yang berbeda suhu dan kelembapan. Pada tipe hujan ini, massa udara lembap yang hangat dipaksa bergerak ke tempat yang lebih tinggi (suhu lebih rendah dengan kerapatan udara dingin lebih besar).
Tergantung pada tipe hujan yang dihasilkannya, hujan frontal dapat dibedakan menjadi hujan frontal dingin dan hangat. Hujan frontal dingin biasanya mempunyai kemiringan permukaan frontal yang besar dan menyebabkan gerakan massa udara ke tempat yang lebih tinggi cepat sehingga bentuk hujan yang dihasilkan adalah hujan lebat dalam waktu singkat.
Sebaliknya, pada hujan frontal hangat, kemiringan permukaan frontal tidak terlalu besar sehingga gerakan massa udara ke tempat yang lebih tinggi dapat dilakukan dengan perlahan-lahan (proses pendinginan berlangsung bertahap).
Tipe hujan yang dihasilkannya adalah hujan yang tidak terlalu lebat dan berlangsung dalam waktu lebih lama (hujan dengan intensitas rendah). Hujan badai dan hujan monsoon adalah tipe hujan frontal yang lazim dijumpai.
3. Hujan Orografik (Orographic storm)
Jenis hujan di Indonesia yang ketiga adalah hujan orografik. Jenis hujan ini umum terjadi di daerah pegunungan, yaitu ketika massa udara bergerak ke tempat yang lebih tinggi mengikuti bentang lahan pegunungan sampai saatnya terjadi proses kondensasi.
Ketika massa udara melewati daerah bergunung, pada lereng di mana angin berhembus (windward side) terjadi hujan orografik. Sementara pada lereng dimana gerakan massa udara tidak atau kurang berarti (leeward side), udara yang turun akan mengalami pemanasan dengan sifat kering, dan daerah ini disebut daerah “bayangan” dan hujan yang terjadi disebut hujan di daerah “bayangan” (jumlah hujan lebih kecil daripada hujan yang terjadi di daerah windward side).
Besarnya intenstitas hujan orografik cenderung menjadi lebih besar dengan meningkatnya ketebalan lapisan udara lembap di atmosfer yang bergerak ke tempat yang lebih tinggi. Tipe hujan orografik dianggap sebagai pemasok air tanah, danau, bendungan, dan sungai karena berlangsung di daerah hulu DAS.
(mdk/edl)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sebagai negara tropis, Indonesia memiliki curah hujan yang cukup tinggi.
Baca SelengkapnyaAda penjelasan lengkap mengapa hujan turun berbentuk tetesan, bukan sekaligus air besar turun dari langit.
Baca SelengkapnyaAda enam pohon tumbang imbas hujan disertai angin kencang mengguyur wilayah Jakarta
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Proses masuknya Jepang ke Indonesia berawal pada masa Perang Dunia II pada tahun 1942.
Baca SelengkapnyaIndonesia menjadi rumah bagi berbagai jenis burung yang memukau. Intip jenis burung endemik yang umum dijumpai.
Baca SelengkapnyaLambung menjalankan fungsinya dalam beberapa proses tahapan.
Baca SelengkapnyaPada musim hujan seperti sekarang, kita kerap kali kehujanan. Satu hal yang harus segera kita lakukan setelah kehujanan ini adalah mandi. Mengapa?
Baca SelengkapnyaAda banyak jenis ular hitam yang tersebar di berbagai lingkungan. Namun, tidak semua ular hitam ini berbahaya dan berbisa.
Baca SelengkapnyaHujan dengan intensitas sedang hingga lebat ini diprediksi akan disertai dengan kilat atau petir dan angin kencang.
Baca Selengkapnya