Konstruksi sarang laba-laba terbuksi menahan gempa. Foto: Antara
Konstruksi sarang laba-laba terbuksi menahan gempa. Foto: Antara

Mengenal Konstruksi Sarang Laba-laba yang Tahan Gempa

Antara • 18 September 2022 21:48
Jakarta: Konstruksi sarang laba-laba memiliki keunggulan terutama untuk wilayah-wilayah yang kerap dilanda gempa dan memiliki tanah lunak. Hal ini membuat konstruksi sarang laba-laba menjadi daya tarik sejumlah daerah untuk mengadopsi teknologi ini.
 
Konstruksi sarang laba-laba mulai banyak dikenal di kalangan ahli sipil dan masyarakat. Konstruksi ini juga terbukti mengamankan sejumlah bangunan saat gempa di Aceh pada 26 Desember 2004 dan Nias, Sumatera Barat pada 30 September 2009.

Penemu konstruksi sarang laba-laba

Sejak kajian akademisi yang kemudian disempurnakan (Almarhum) Prof. Aziz Djayasaputra di Institut Teknologi Bandung (ITB) pada awal 2000, konstruksi sarang laba-laba penemuan (Almarhum) Ir. Sutjipto dan (Almarhum) Ir. Ryantori dari Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) berkembang pesat ke sejumlah wilayah Indonesia.
 
Dari hasil kajian akademisi pada 2005, Direktorat Jendral Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum (sekarang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat) menerbitkan surat rekomendasi terhadap penggunaan pondasi ini pada bangunan bertingkat tanggung.
 
Baca juga: Mengenal Rumah Murah dan Instan, Risha dan Ruspin

Sejak saat itu sejumlah bangunan di Tanah Air, terutama di daerah-daerah rawan gempa dan kawasan ekstrim lainnya, mulai memanfaatkan teknologi tersebut.
Pondasi juga terbukti mampu menahan beban pesawat udara untuk apron Bandara Juata Tarakan dan Bandara Hang Nadim Batam hingga saat ini. Alasan penggunaan konstruksi ketika itu karena lokasi dari bandara berada di tanah lunak dan pada terminal Bandara Hang Nadim di atas tanah urukan.

Perkembangan 

Mengenal Konstruksi Sarang Laba-laba yang Tahan Gempa
Lantas dalam perkembangannya inovasi karya putra bangsa ini banyak digunakan untuk bangunan-bangunan di Indonesia, termasuk di Jakarta. Beberapa faktor yang membuat pondasi ini dipilih adalah lebih aman dari risiko gempa, cepat dan mudah dilaksanakan, ekonomis serta ramah lingkungan.
 
Pertimbangan itu membuat fondasi ini banyak dipilih untuk pengerjaan rumah sakit, sekolah dan beberapa bangunan lainnya yang tentunya mengacu kepada pertimbangan konsultan perencana untuk mengadopsi teknologi ini.
 
Konstruksi ini kembali diuji setelah sejumlah bangunan tidak mengalami kerusakan berarti ketika gempa besar melanda Kota Padang, Sumatera Barat, pada 30 September 2009 dan Palu, Sulawesi Tengah, pada 28 September 2018.

Digunakan hingga Papua

Seiring berjalannya waktu, Papua menjadi salah satu pemerintah daerah yang mengadopsi teknologi pondasi sarang laba-laba. Pertimbangannya ternyata bukan tanah ekstrim dan gempa saja, tetapi lebih pada faktor ekonomi.
 
Kementerian PUPR memilih fondasi sarang laba-laba karena pertimbangan kemudahan ekonomi, risiko gempa dan kondisi geografis Papua.
 
Harga bahan bangunan di Papua tidak seperti halnya daerah lain di Indonesia. Sebagai contoh semen, umumnya di sejumlah daerah berkisar Rp60 ribu hingga Rp100 ribu per sak, namun di Papua bisa tembus jutaan per sak.
 
Padahal komponen semen memberikan kontribusi paling besar dalam membangun fondasi. Sehingga dipilihlah fondasi yang selain kuat juga mampu menekan biaya pembangunannya dan mudah dalam pelaksanaannya.
 
Dapat dibayangkan apabila menggunakan fondasi tiang pancang atau borpile, selain biaya transportasi mahal karena harus mendatangkan tiang beton dan alat berat dari daerah lain menggunakan kapal, juga masih harus membawa melalui jalan darat.
 
Berdasarkan pertimbangan itu lantas diputus memilih fondasi sarang laba-laba untuk sejumlah bangunan di Papua, khususnya di Kota Jayapura. Beberapa yang sudah berdiri, di antaranya gedung DPRD, gedung Dinas Kesehatan Provinsi Papua, Pengadilan Negeri Jayapura, Kantor Wilayah Kemenkumham, Kantor Imigrasi, Kantor Badan Pertanahan Nasional, Masjid Agung, Taspen, rumah susun dan yang sedang proses pengerjaan adalah asrama haji.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(KIE)




LEAVE A COMMENT
LOADING
social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif