Sukses

Badai Matahari Bisa Kacaukan Komunikasi di Bumi

Dalam satu hari atau lebih dari sekarang, kami memperkirakan beberapa dari material itu menabrak kita dan menciptakan satu gelombang geomagnetik.

Liputan6.com, Washington: Suar (debu) surya ternyata bisa menyebabkan gangguan pada satelit komunikasi dan energi di bumi selama beberapa hari ke depan. Ini terungkap setelah ruang angkasa NASA mengamatinya.

Dalam penelitian disebutkan ledakan keras dari matahari telah melepaskan badai radiasi pada tingkat yang tidak pernah disaksikan sejak 2006. Kemungkinan akan mengantar pada aktivitas badai geomagnetik pada Rabu waktu AS atau Kamis (9/6) waktu Indonesia.

"Yang satu ini sedikit dramatis," kata Bill Murtagh, koordinator program di Pusat Peramalan Cuaca Ruang Angkasa NWS seraya menggambarkan surya suar M-2 (berukuran medium) yang memuncak pada pukul 1.41 pagi waktu Amerika Serikat bagian timur atau 05.41 GMT.

Murtagh menambahkan, "Kami melihat suar awal muncul dan itu tidak sebesar itu. Tetapi kemudian muncul erupsi yang berkaitan  dengan itu --kami mendapat radiasi partikel energi  yang mengalir masuk dan kami mendapati injeksi massa korona yang besar."

"Anda bisa melihat semua material meledak dari matahari sehingga cukup luar biasa untuk dilihat," ujar Murtagh.

Observatorium dinamika matahari milik NASA yang diluncurkan tahun lalu menghasilkan gambar dan video berdefinisi tinggi mengenai peristiwa tersebut. Digambarkan sebagai mengagumkan secara visual. Tetapi ditegaskan bahwa karena erupsi tidak secara langsung mengarah ke bumi, maka pengaruhnya diharapkan tetap agak kecil.

"Partikel-partikel awan besar membesar dan jatuh kembali seolah menutupi satu area hampir separuh dari permukaan matahari," kata NASA dalam satu pernyataan.

Murtagh mengatakan, para analis cuaca ruang angkasa melihat dengan teliti untuk melihat apakah peristiwa itu akan menyebabkan benturan medan magnet matahari dan bumi yang jauhnya kira-kira 93 juta mil (150 juta kilometer).

"Sebagian dari tugas kami di sini adalah memantau dan menentukan apakah peristiwa itu diarahkan bumi karena pada dasarnya material yang meledak keluar adalah gas berisi gabungan medan magnet," kata Murtagh.

"Dalam satu hari atau lebih dari sekarang, kami memperkirakan beberapa dari material itu menabrak kita dan menciptakan satu gelombang geomagnetik. Kami tidak mengharapkannya menjadi benar-benar dahsyat tetapi itu bisa menjadi semacam badai bertingkat moderat," lanjutnya.

Setiap aktivitas badai geomagnetik kemungkinan akan tuntas dalam 12-24 jam. "Badai radiasi Matahari mencakup kontribusi yang signifikan dari proton energi tinggi, yang pertama muncul sejak Desember 2006," kata NWS.

Sebanyak 12 satelit dan pesawat ruang angkasa memantau heliosfer dan satu instrumen khususnya dalam orbiter peninjau bulan milik NASA yang mengukur radiasi dan dampaknya.

"Tentu saja selama (dua tahun) hidup misi ini, peristiwa itu adalah yang terpenting," kata Harlan Spence, peneliti utama pada teleskop sinar kosmik untuk pengaruh radiasi atau CRaTER.

"Ini sungguh menarik karena ironisnya saat kami mengembangkan misi pada awalnya kami pikir kami akan meluncurkan lebih dekat ke matahari paling banter saat partikel matahari besar ini muncul," kata Spence.

"Sebagai gantinya kami meluncur ke dalam orbit Matahari bersejarah, minimal membutuhkan waktu sangat lama untuk bangun. Ini menarik dan penting karena menunjukkan Matahari kembali kepada keadaan yang lebih aktif," katanya.

Badai geomagnetik yang dihasilkan bisa menyebabkan beberapa gangguan dalam kisi-kisi tenaga satelit-satelit yang mengoperasikan "global posotioning system" dan perangkat lain, dan bisa mencipta beberapa perubahan rute penerbangan di seluruh kutub. "Biasanya itu tidak akan menyebabkan masalah besar, itu hanya membutuhkan pengelolaan," kata Murtagh.

"Bila Anda terbang dari Amerika Serikat ke Asia, terbang di atas Kutub Utara, ada lebih dari selusin penerbangan setiap hari. Selama badai radiasi besar ini beberapa maskapai penerbangan akan mengubah rute penerbangan menjauhi wilayah kutub demi alasan keamanan demi memastikan mereka bisa terus berkomunikasi," tambah Murtagh.

"Orang-orang yang mengoperasikan satelit juga akan mengawasi hal ini karena badai geomagnetik bisa bertentangan dengan satelit-satelit dalam berbagai cara, baik satelit itu sendiri maupun sinyal yang datang dari panel penerima (receiver)."

Aurora borealis (cahaya utara) dan aurora australis (cahaya selatan) kemungkinan akan juga bisa dilihat dalam beberapa jam terakhir pada tanggal 8 atau 9 Juni, demikian NASA.(Ant/National Weather Service/AFP/ULF)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.