Sukses

Suhu Politik Panas, Yayasan Tjanting Batik Nusantara Ingatkan Pesan Batik Megamendung

Di tengah kondisi sosial politik masih panas, Yayasan Tjanting Batik Nusantara mengingatkan pesan dari Batik Megamendung.

Liputan6.com, Jakarta - Yayasan Tjanting Batik Nusantara menyerukan perdamaian dan rekonsiliasi terkait ketegangan sosial seiring hajatan Pemilihan Umum 2019. Masyarakat yang terpolarisasi diharapkan kembali bersatu dan bersama-sama membangun negeri.

"Sekarang tak ada lagi satu atau dua, yang ada tiga, Persatuan Indonesia," kata Ketua Yayasan Tjanting Batik Nusantara Bonny Widjoseno.

Seruan perdamaian ini terutama menyikapi eskalasi ketegangan sosial politik usai pengumuman hasil rekapitulasi Pemilu 2019. Aksi massa sebagai reaksi pengumuman pada 21 Mei 2019 hingga kini masih terus bergulir. Alhasil bentrok dengan aparat pun tak terhindarkan.

Bonny mengingatkan, kondisi seperti saat ini sangat rawan disusupi kelompok-kelompok oportunis yang ingin mengail ikan di air keruh. "Dalam situasi seperti ini pasti ada provokator yang memancing kerusuhan," katanya.

Untuk mendinginkan suasana saat ini, kata dia, dibutuhkan keteladanan dan seruan adem dari para elit politik. Bukan malah turut memanas-manasi dan memprovokasi. Adapun khalayak luas bisa berkontribusi dengan intensif menginisiasi rekonsiliasi di tingkat akar rumput.

Bonny mengingatkan lagi akan pesan dari Batik Megamendung, motif batik Cirebon yang populer. Pesan nilai kesabaran terselip di balik motif ini.

Mega Mendung terdiri dari kata Mega yang berarti langit atau awan, serta Mendung atau langit yang meredup -biasanya ada di saat akan turun hujan. Gradasi yang ada di motif Mega Mendung tersebut sesuai dengan tujuh lapisan yang ada di langit.

Motif ini menggambarkan bentuk sekumpulan awan di langit. Awan yang muncul ketika cuaca lagi mendung. Makna dari motif ini yaitu setiap manusia harus mampu meredam amarah atau emosinya.

Keberagaman motif batik sejatinya merupakan refleksi dari nilai-nilai luhur bangsa ini. Simbol-simbol dalam batik mengangkat pemahaman akan toleransi, rendah hati, sifat-sifat manusia yang seharusnya menjadi refleksi kebaikan sebagai makhluk Tuhan, dan banyak lagi.

"Batik mampu menjadi cermin kehidupan kita," kata Bonny.

 Simak video pilihan berikut: 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Batik Perdamaian 74 Meter

Dalam skala lebih luas, Yayasan Tjanting Batik Nusantara juga tengah intensif menginisiasi program Batik Perdamaian Dunia. Program ini diniatkan sebagai kontribusi Indonesia bagi perdamaian dunia melalui bahasa batik yang bertepatan dengan 10 tahun batik menjadi warisan budaya tak benda UNESCO dan kehadiran Indonesia sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB pada 2019 ini.

Program Batik Perdamaian Dunia, selain mengambil dua momentum besar tersebut, juga merupakan pengukuhan sikap bangsa Indonesia yang cinta damai. Wujud Batik Perdamaian Dunia adalah batik pada 74 meter kain mori dengan berbagai macam motif dengan makna perdamaian, keberagaman, kemanusiaan dan lain-lain yang merupakan kreasi para maestro batik dari berbagai daerah penghasil batik di Indonesia.

"Angka 74 adalah untuk peringatan kemerdekaan Indonesia," kata Bonny. "Dan yang penting adalah adanya motif Grudo atau Garuda yang akan 'menerbangkan' pesan-pesan positif Batik Perdamaian Dunia."

Batik Perdamaian Dunia memang bukan sebatas seremonial peringatan, namun merupakan bukti bahwa bangsa Indonesia sangat menghargai nilai-nilai luhur termasuk yang termaktub dalam batik. Untuk itu, Batik Perdamaian Dunia juga memiliki pesan bahwa pelestarian batik tidak akan terjadi bila tidak ada pelestarian hulu batik secara berkelanjutan.

"Pembuat canting, regenerasi pembatik, dan pelaku-pelaku hulu batik lainnya, selama ini kurang memperoleh perhatian," kata dia. "Kehadiran negara dalam pelestarian hulu batik, sangat penting," lanjutnya.

Maka untuk memulai perjalanan Batik Perdamaian Dunia yang rencananya akan direntangkan di Ground Zero, New York, Amerika Serikat pada peringatan Hari Batik, 2 Oktober 2019, diperlukan torehan canting pertama oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo sebagai Kepala Negara pada lembar kain mori 74 meter. Torehan tersebut akan ditempatkan pada motif Grudo yang melambangkan kepemimpinan sekaligus restu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.